Wabah Virus Korona Berpotensi Ganggu Perekonomian Nasional
›
Wabah Virus Korona Berpotensi ...
Iklan
Wabah Virus Korona Berpotensi Ganggu Perekonomian Nasional
Perekonomian nasional berpotensi terdampak penyebaran virus korona yang berasal dari Wuhan, China. Potensi dampak itu muncul karena China merupakan tujuan ekspor terbesar Indonesia.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perekonomian nasional berpotensi terdampak penyebaran virus korona yang berasal dari Wuhan, China. Potensi dampak itu muncul karena China merupakan tujuan ekspor terbesar Indonesia.
Penyebaran virus korona memiliki dampak pada perlambatan perekonomian di China secara jangka panjang yang berpotensi menyebabkan permintaan China terhadap ekspor Indonesia menurun.
”Saat ini belum ada dampak yang terlihat (terhadap kegiatan ekspor-impor). Dampak pada ekspor dapat terlihat pada enam bulan ke depan,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Indrasari Wisnu Wardhana saat ditemui di Jakarta, Senin (27/1/2020).
Dalam kegiatan importasi, Wisnu mengatakan, pemerintah meningkatkan koordinasi sebagai langkah antisipasi. Dia berkoordinasi dengan Badan Karantina Pertanian, utamanya untuk meninjau dampak terbawanya virus korona pada produk-produk pertanian.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, China menempati posisi nomor satu sebagai negara tujuan ekspor nonmigas Indonesia sepanjang 2019. Ekspor nonmigas Indonesia ke China sepanjang 2019 bernilai 25,85 miliar dollar Amerika Serikat (AS).
BPS mencatat, Indonesia masih mengalami defisit perdagangan nonmigas dengan China sepanjang 2019, yakni sebesar 18,72 miliar dollar AS. Meskipun demikian, nilai tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan defisit pada 2018 yang senilai 20,84 miliar dollar AS.
Berkaca dari peristiwa merebaknya sindrom pernapasan akut parah (severe acute respiratory syndrome/SARS) pada 2003, peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rusli Abdullah, menilai, Indonesia mesti mewaspadai dampak penyebaran virus korona pada ekonomi makro. ”Apalagi, Indonesia memiliki relasi ekonomi yang kuat dengan China,” katanya.
Berdasarkan data yang dihimpun dari penelitian Jong-Wha Lee dan Warwick J McKibbin yang berjudul ”Estimating the Global Economic Costs of SARS” dan dipublikasikan di National Academies Press (US), Washington, AS, Rusli mengatakan, penurunan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akibat wabah SARS pada 2003 mencapai 0,08 persen. Oleh sebab itu, Rusli menyatakan, pertumbuhan PDB Indonesia berpotensi melambat akibat penyebaran virus korona.
Selain itu, Rusli mengatakan, ada dampak langsung yang mesti diwaspadai Indonesia terkait penyebaran virus korona. Dampak langsung itu berupa tenaga kerja asing yang berasal dari China dan bekerja di kawasan industri di Morowali, Sulawesi Tengah.
Upaya antisipasi
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menerapkan sejumlah upaya yang mengantisipasi penyebaran virus korona melalui penerbangan. ”Kami telah meningkatkan pengawasan terhadap sejumlah layanan penerbangan yang beroperasi di rute internasional yang rawan terhadap penyebaran virus,” kata Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra melalui siaran pers.
Garuda Indonesia tidak memiliki rute penerbangan langsung dari dan menuju Wuhan. Meskipun demikian, Irfan menyatakan, korporasi telah menetapkan kebijakan penyampaian dokumen kesehatan (general declaration of health) dan manifes penumpang kepada petugas kesehatan kantor kesehatan pelabuhan terminal penerbangan internasional. Kebijakan ini berlaku bagi penumpang yang tiba serta berasal dari penerbangan langsung ataupun transit, khususnya dari China dan Hong Kong.