Bayu Kertanegara mulai menjalani latihan lari gawang untuk memperkuat otot hamstring. Namun, Bayu yang selama ini menekuni sprint, juga memiliki potensi menjadi andalan baru di lari gawang.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Sprinter Bayu Kertanegara menjalani program penguatan otot hamstring dengan berlatih bersama tim lari gawang. Berlatih lari gawang yang banyak melatih otot pinggul, paha, dan otot inti, memungkinkan Bayu menjadi lebih kuat ketika tampil di nomor lari jarak pendek.
Bayu mulai berlatih dengan tim lari gawang, pada Senin (27/1/2020), di Stadion Madya Senayan, DKI Jakarta. Pelatih lari gawang Fitri ”Ongky” Haryadi mengatakan, Bayu bergabung setiap Senin dan Jumat dimulai pekan ini. Hal itu menindaklanjuti instruksi Ketua Umum PB PASI Bob Hasan supaya Bayu pindah dari lari jarak pendek ke lari gawang.
”Instruksi dijalankan oleh Ibu Eni (Nuraini, kepala pelatih sprint) yang menitipkan Bayu kepada saya,” ujar Ongky.
Menurut Ongky, tujuan utama Bayu ke tim lari gawang adalah untuk meningkatkan kemampuannya. Sebab, lari gawang identik dengan latihan beban untuk memperkuat otot pinggul, paha, dan otot inti. ”Apabila terbiasa dengan latihan seperti itu, kemampuan lari di lintasan datar Bayu bisa menjadi lebih baik,” ujarnya.
Sebelumnya, Eni menuturkan, Bayu ada masalah dengan kekuatan otot pahanya. Terbukti, saat ikut Universiade 2019, atlet berusia 22 tahun itu mengalami cedera hamstring. Hal itu membuat dirinya tergusur dari pelatnas dan tidak ikut SEA Games 2019.
Bayu adalah elemen penting ketika tim estafet 4x100 meter meraih perak Asian Games 2018. Saat itu, Bayu menjadi pelari keempat yang memastikan Indonesia finis kedua di belakang tim Jepang. ”Salah satu cara membenahi otot paha itu ya mengarahkan Bayu untuk berlatih lari gawang. Lagi pula, Pak Bob juga minta dia pindah ke lari gawang karena punya kelebihan tinggi badan dan kecepatan cukup baik,” ujar Eni.
Ada potensi
Ongky mengutarakan, dalam latihan Senin pagi, Bayu mengikuti sesi latihan ketangkasan melompati gawang bertinggi 30 sentimeter dengan jarak antargawang 40 meter dengan total lima gawang. Dari latihan itu, Bayu terlihat memiliki kecepatan yang sangat baik.
Kendati demikian, Bayu masih banyak kelemahan. Salah satunya, gerakan tangan dan kakinya belum sinkron. Ketika salah satu kaki melangkahi gawang, pundaknya cenderung terangkat. Padahal, idealnya, pundak itu sejajar.
”Kalau pundak terangkat, itu membuat gerakan menjadi kaku. Akibatnya, kaki lambat landing. Pelari juga bisa goyang ketika di atas dan berpotensi kehilangan kestabilan di lintasan yang bisa memicu menabrak gawang-gawang selanjutnya,” ujar Ongky.
Namun, lanjut Ongky, Bayu punya potensi untuk berkembang. Sebab, dia punya kelebihan postur tubuh ideal, yakni tinggi 180 sentimeter. Dasar lari di lintasan datarnya juga bagus. Dia punya catatan waktu terbaik lari 100 meter 10,69 detik.
Catatan itu jauh lebih baik dari pelari gawang putra terbaik Indonesia saat ini, Rio Maholtra dengan rekor di 100 meter 10,86 detik. ”Kalau punya catatan waktu lari 100 meter sekitar 10,5 detik, teorinya pelari itu bisa lari gawang 110 meter sekitar 13,7-13,8 detik. Itu dengan catatan, teknik lari gawangnya sudah bagus,” jelas Ongky.
Ongky mengatakan, dirinya perlu melihat perkembangan Bayu dalam dua bulan ke depan. Jika mampu menangkap pelajaran dengan baik dan cepat, tidak menutup kemungkinan Bayu menjadi andalan baru lari gawang. ”Dia bisa menjadi pengganti Rio yang sekarang sudah dikembalikan ke daerah. Apalagi dia masih muda dan Rio sudah mau masuk fase senior,” tuturnya.
Sejauh ini, Indonesia memang hanya mengandalkan Rio pada sejumlah perlombaan lari gawang internasional. Namun, dengan catatan waktu terbaik sekaligus rekornas 14,02 detik yang dibuat pada Asian Games 2018, pelari berusia 26 tahun itu belum bisa memberikan prestasi terbaik ataupun medali pada sejumlah kejuaraan yang diikuti, termasuk pada SEA Games 2019.
Bayu menuturkan, dirinya sangat tertarik dengan latihan lari gawang karena memiliki banyak variasi yang cenderung tidak membosankan. Dia yakin bisa fokus latihan lari 100 meter dan lari gawang bersamaan.
”Namun, untuk saat ini, saya harus banyak latihan senam gawang di depan cermin (shadow drill). Sebab, gerakan tangan saya masih sangat kaku ketika melewati gawang,” pungkas atlet yang mulai berlatih atletik sejak usia 16 tahun itu.