Billie Eilish, Bintang Pop yang Lahir dari Kamar Tidur
Billie Eilish, pemenang empat Grammy Awards tahun ini adalah bintang yang lahir dari kamar tidur. Di atas kasur ia mencipta dan merekam lagu-lagu yang gundah, sinis, sekaligus jahil.
Billie Eilish adalah fenomena. Dia artis termuda yang pernah menyabet lima gelar bergengsi sekaligus sepanjang penyelenggaraan Grammy Awards. Sejumlah bintang rock “gaek” menyanjungnya. Semua itu dia mulai dari kamar tidur.
“Terima kasih. Kurasa, banyak lagu lain yang pantas menerima ini. Aku tak pernah meyangka ini akan terjadi padaku,” kata Billie, dengan rambut hijau ngejreng yang seperti menyeruak dari ubun-ubunnya ketika menerima piala Grammy untuk kategori Song of the Year atas lagu “Bad Guy”, Minggu (26/01/2020) malam waktu Los Angeles, AS.
Billie Eilish adalah nomine di enam kategori. Selain kategori Song of the Year, dia juga membawa pulang piala untuk Record of the Year, Album of the Year, Best New Artist, dan satu kategori spesifik Best Pop Vocal Album. Satu yang luput adalah kategori Best Pop Solo Performance yang akhirnya jadi milik Lizzo.
Abangnya, Finneas O’Conell selalu ada di sisi Billie. Dia juga mengucap terima kasih. “Kami membuat musik dari kamar tidur. Kami masih melakukannya. Untuk kalian semua yang membuat musik di kamar, kalian mendapat ini,” kata Finneas merujuk pada piala berbentuk gramafon itu.
Ketika menyabet lima piala itu, Billie baru berumur 18 tahun, 37 hari. Abangnya 22 tahun. Album perdana yang dikerjakan kakak-beradik dari pasangan Patrick O’Connell dan Maggie Baird ini baru keluar pada Maret 2019 berjudul When We All Fall Asleep, Where do We Go?.
Sepanjang 2019, lagu-lagu dari album itu, seperti “You Should See Me in a Crown”, “Bad Guy” dan “Bury My Friend” terdengar di mana-mana, seolah jadi “lagu kebangsaan” bagi keresahan remaja. Seluruh lagu di album itu bertengger di jenjang Top 100 Billboard. Sebelas tembang ditulis Billie bareng abangnya, sementara dua lainnya sang kakak sendirian.
Musik besutan mereka tak terdengar seperti standar pop remaja kebanyakan yang cenderung ceria. Ada nuansa gelap—cenderung menyeramkan—pada lini musiknya, dengan lirik bercorak sinisme, jahil, tapi bisa juga manis. Lirik lagu “Bad Guy”, “I’m the bad type, make-your-mama-sad-type” bisa dibilang bukti keunikan itu.
Gaya busananya juga tergolong tak lazim, setidaknya berbeda dari kebanyakan bintang pop remaja dengan busana ketatnya. Billie lebih senang memakai baju dan celana kedodoran, dengan warna-warni menyilaukan. Warna serupa juga dia terapkan di rambutnya.
Aku nggak nyaman pakai baju ketat, sementara di dunia tari, kebanyakan cewek seusiaku begitu
“Aku nggak nyaman pakai baju ketat, sementara di dunia tari, kebanyakan cewek seusiaku begitu. Aku khawatir pada tampilanku, sampai nggak tahan mengaca,” kata Billie yang aktif menari kontemporer pada usia 13-16 tahun ini. Cedera pada panggulnya membuat dia mundur dari kancah tari.
Kegelisahan berlebih
Lewat penuturan kepada Josh Eells dari Rolling Stone, Billie menduga, pergolakan jiwa dan cedera panggul selama menekuni tari memicu depresinya. Sejak kecil, si bungsu itu membutuhkan perlakuan berbeda dari keluarganya. Dia mengidap sindroma Tourette, dan punya kegelisahan berlebih jika ditinggal. Billie juga mengalami sinestesia; melihat warna atau angka tertentu pada obyek yang ia lihat atau dengar.
Billie juga sering mengalami mimpi buruk; dia melihat monster atau makhluk janggal lainnya. Dia bahkan masih melompat agak jauh dari tempat tidur, takut kalau-kalau ada monster di kolong merengkuh kakinya. Kelak, kecemasan-kecemasan ini, bersama kutipan lirik dari lagu rap favorit, juga curahan hatinya, ia tulis di buku catatan. “Dari buku itulah inspirasi menulis lagu berasal,” ujar Billie.
Kedua orang tua mereka memutuskan berhenti mengejar karir sebagai aktor untuk fokus mendidik dua anaknya. Billie dan Finneas menjalani home-schooling tanpa kurikulum formal. Patrick mengatakan, anak-anaknya bebas mengeksplorasi sesuai minat sepanjang hari atau sepanjang pekan, misalnya pergi ke museum, mengulik musik, atau menyambangi pusat teknologi. Billie lulus ujian persamaan setara SMA pada umur 15 tahun.
Maggie mengajarkan mereka menyusun struktur lagu pakai gitar. Keluarga itu punya tiga piano di rumah, termasuk satu gran piano tua. Finneas diberi kado Natal berupa satu set drum pada usia tiga tahun, dan belajar piano di umur 11 tahun. Sementara Billie, menulis lagu pertamanya dengan ukulele di umur empat tahun.
Kedua anak ini senang bermusik. Sebabnya, orangtua mereka tak akan menyuruh mereka tidur kalau sedang mengerjakan musik.
Beranjak besar, mereka mulai merekam lagu di kamar Finneas memakai komputer iMac yang dibeli dari tabungan Finneas—pernah jadi aktor cilik di serial Modern Family dan Glee. Lagu pertama mereka adalah “Ocean Eyes” yang diunggah ke Soundcloud empat tahun lalu. Lagu sendu itu menjadi viral, yang videonya di Youtube hingga kini telah ditonton lebih dari 250 juta kali.
Lagu itu masuk di album mini Don’t Smile at Me (2017). Label rekaman besar Interscope Records yang merilisnya. Walau berada di payung label besar, proses rekaman mereka tetap berlangsung di kamar tidur Finneas.
Setelah kontrak dengan label terjadi, Billie dan Finneas pernah diajak “bekerja” di studio sesungguhnya, dengan kolaborator orang-orang lebih dewasa sebagai produser ataupun penulis lagu. Billie tak nyaman dengan semua itu.
Ada orang berumur 50-an tahun yang pernah menghasilkan lagularis, menyuruhku melakukan ini-itu. Itu menyeramkan, karena tak seorang pun mendengarku
“Ada orang berumur 50-an tahun yang pernah menghasilkan lagularis, menyuruhku melakukan ini-itu. Itu menyeramkan, karena tak seorang pun mendengarku. Mungkin karena aku bocah perempuan berumur 14 tahun. Kami pernah membuat ‘Ocean Eyes’ tanpa keterlibatan orang-orang ini. Lalu kenapa kami jarus menjalani ini semua?” kata pelaku diet vegan ini.
Sambil tiduran
Proses rekaman lebih mulus di rumah. Finneas bilang, di rumah, Billie bisa lebih santai. Billie merekam suaranya sembari tiduran di kasur, dikelilingi bantal bermotif bunga. “Penyanyi lain harus berdiri supaya diaframanya terbuka. Billie terdengar luar biasa hanya sambil tiduran,” kata Finneas, yang kini telah pindah ke rumah yang dia beli sendiri, empat menit dari rumah orangtuanya di daerah Highland Park, Los Angeles.
Rekaman itu menghasilkan album debut yang telah didengar lebih dari dua miliar kali. Jadwal pentas Billie pun luar biasa padat. Penontonnya bukan remaja belaka, tapi juga para orangtua yang mendampingi anak-anaknya. Di antara para orangtua itu adalah bintang rock generasi X, seperti Eddie Vedder (Pearl Jam), Thom Yorke (Radiohead), Dave Grohl (Foo Fighters), dan Billie Joe Armstrong (Green Day).
Manajer turnya, Brian Marquis bilang, para bintang rock itu sering menyambangi Billie di belakang panggung, untuk menyenangkan anak mereka. “Grohl dan Armstrong yang paling ramah. Yorke, seperti biasa, dingin dan kaku. Tapi Yorke pernah memuji Billie, ‘Kamu membuat dunia musik belakangan ini jadi lebih menyenangkan’,” kisah Brian.
Respons Billie umumnya tenang cenderung canggung. Dia tak pernah kelimpungan (star struck) berada di dekat musisi besar, terutama yang tua-tua. Sanjungan dari Yorke itu ditanggapi lempeng saja. “… terima kasih,” kata Billie yang pernah dihujat gara-gara mengaku tak kenal Van Halen ini.
Mungkin Billie juga tak kenal Noel Gallagher dari band Oasis penulis lirik “so I start the revolution from my bed” di lagu “Don’t Look Back in Anger”. Namun, dia dan abangnya telah menjalani “revolusi dari kasur”, hingga berani tur keliling dunia. Billie Eilish akan manggung di ICE BSD, Tangerang Selatan, pada 7 September nanti. (NYTIMES.COM/ROLLINGSTONE.COM)
Billie Eilish Pirate Baird O\'Connell
Lahir: Los Angeles, AS, 18 Desember 2001
Ayah: Patrick O’Connell
Ibu: Maggie Baird
Kakak: Finneas O’Connell
Diskografi:
- Don’t Smile at Me (2017)
- When We All Fall Asleep, Where Do We Go? (2019)