Korporatisasi dinilai menjadi kunci menyejahterakan petani. Upaya itu antara lain ditempuh dengan mengonsolidasikan lahan petani yang umumnya sempit. Harapannya, usaha petani mencapai skala bisnis yang menguntungkan.
Oleh
C Anto Saptowalyono
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Konsolidasi lahan sempit menjadi lahan skala bisnis dinilai menjadi kunci dalam mengembangkan pertanian rakyat. Selama ini sebagian besar pelaku usaha pertanian adalah perorangan yang berkiprah pada skala mikro di lahan sempit.
"Jika tidak dikonsolidasikan, tidak mungkin melahirkan sistem pertanian yang produktif," kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Teten Masduki pada rapat kerja nasional pembangunan pertanian tahun 2020 di Jakarta, Senin (27/1/2020).
Hal penting yang perlu ditempuh, kata Teten, adalah menciptakan bisnis model, yaitu mengonsolidasikan lahan-lahan sempit dalam skala misalnya 100 hektar untuk komoditas tertentu berdasarkan klaster. Dengan demikian, petani bisa dihubungkan secara langsung ke penyerap hasil produksi (offtaker) serta ke lembaga pembiayaan. "Kami sedang mengembangkannya," ujarnya.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menambahkan, pemerintah mencanangkan sasaran untuk mewujudkan pertanian yang maju, mandiri, dan modern. Pencapaiannya butuh fokus pada sejumlah aspek, antara lain terkait peningkatan produksi dan produktivitas serta kapasitas sumber daya manusia.
Menurut Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto, pertanian menjadi sektor yang prospektif di antara sektor nonmigas lainnya. ”Kementerian Perdagangan berkomitmen meningkatkan akses pasar (produk pertanian) ke luar negeri dan mengembangkan kerja sama pusat promosi perdagangan di tingkat global bersama Kementerian Pertanian,” ujarnya.
Pertanian membutuhkan transformasi secara menyeluruh, tak hanya menyangkut infrastruktur fisik, tetapi juga kualitas sumber daya manusia. pertanian menjadi sektor yang prospektif di antara sektor-sektor nonmigas.
Korporasi
Mengutip Presiden Joko Widodo, Teten mengatakan, bahwa korporatisasi menjadi kunci menyejahterakan petani. "Yakni mengonsolidasikan lahan-lahan sempit menjadi lahan skala bisnis untuk menanam komoditas tertentu dan ini dioperasikan," katanya.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian saat memberi pengarahan menuturkan pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Koordinasi dan sinkronisasi data di tingkat pusat dan daerah menjadi hal penting.
Terkait kinerja ekspor pertanian, Agus Suparmanto menyebutkan, beberapa produk yang meningkat antara lain mete, sarang walet, dan teh. "Roti, rempah-rempah, dan buah-buahan masih memiliki potensi besar dalam ekspor produk pertanian," kata Agus.
Negara tujuan ekspor antara lain Belgia, Inggris, dan China. "Kebutuhan produk-produk pertanian di Eropa sangat tinggi. Namun demikian perlu dukungan dari transportasi, seperti kargo," kata Agus.