Menkeu: Wabah Virus Korona Menambah Ketidakpastian Global
›
Menkeu: Wabah Virus Korona...
Iklan
Menkeu: Wabah Virus Korona Menambah Ketidakpastian Global
Wabah virus korona di China dan sejumlah negara lain menambah risiko ketidakpastian global. Pemerintah mewaspadai dampak rambatan ke perekonomian domestik. Terlebih, China adalah mitra dagang utama Indonesia.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Faktor eksternal yang memengaruhi perekonomian Indonesia semakin berisiko pasca-merebaknya wabah virus korona baru (novel coronavirus/2019-nCoV) asal Wuhan, China. Pemerintah mewaspadai hal tersebut sembari menjaga keyakinan pelaku ekonomi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kondisi perekonomian global semakin dinamis memasuki tahun 2020. Berbagai peristiwa tak terduga justru muncul pasca-kesepakatan dagang AS-China fase pertama yang diharapkan membawa perbaikan ekonomi. Risiko ketidakpastian global kini semakin meningkat.
”Merebaknya virus korona menimbulkan pesimisme yang menggulung ekonomi pada Januari ini, bertepatan dengan perayaan tahun baru China yang dianggap bisa menjadi momentum China mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR di Jakarta, Selasa (28/1/2020).
Wabah virus korona diyakini memengaruhi sebagian besar aktivitas perekonomian di China. Dampak merebaknya wabah virus asal Wuhan ini akan terasa pada triwulan I dan II tahun 2020. China kehilangan momentum untuk meningkatkan konsumsi domestik saat perayaan tahun baru dan libur panjang hingga Februari 2020 ini.
Sri Mulyani menekankan, wabah virus korona yang terjadi di China dan sejumlah negara lain menambah risiko ketidakpastian global. Semua negara, termasuk Indonesia, harus berwaspada tinggi untuk menghalau dampak rambatan ke perekonomian domestik. Terlebih, China adalah mitra dagang utama Indonesia.
”Risiko (yang kini muncul) tidak terduga dan sangat volatile sehingga semua negara wajib mewaspadai dan menyiapkan instrumen kebijakan apabila ingin ekonomi tetap tumbuh tinggi,” kata Sri Mulyani.
Indonesia saat ini terus membaca dan melihat potensi pertumbuhan ekonomi. Namun, pada saat yang sama, mewaspadai titik rawan yang muncul akibat pembalikan kondisi global. Daya tahan domestik ditingkatkan dengan menjaga keyakinan pelaku ekonomi dan melakukan reformasi struktural secara konsisten.
Penyebaran virus korona memiliki dampak pada perlambatan perekonomian China yang berpotensi menyebabkan permintaan China terhadap ekspor Indonesia menurun. Terlebih, China merupakan mitra dagang dan investasi, serta berkontribusi tinggi terhadap perkembangan pariwisata Indonesia.
Asian Development Bank (ADB) menyebutkan, setiap 1 persen pelemahan ekonomi di China akan menurunkan PDB Indonesia sebesar 0,2 persen.
”Indonesia akan terus membaca potensi pertumbuhan ekonomi dan menjaga titik rawan dapat menimbulkan spill over dalam perekonomian domestik,” kata Sri Mulyani.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), China merupakan negara tujuan ekspor nonmigas Indonesia nomor satu. Pada 2019, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke China sebesar 25,85 miliar dollar AS. Indonesia masih mengalami defisit perdagangan nonmigas dengan China sebesar 18,72 miliar dollar AS.
Pada Januari-November 2019, China juga menjadi penyumbang kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tertinggi kedua bagi Indonesia. Pada periode tersebut, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 14,92 juta. Dari jumlah itu, sebanyak 1,92 juta orang atau 12,87 persen adalah wisman asal China.
Secara terpisah, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Indrasari Wisnu Wardhana menyatakan, sejauh ini dampak merebaknya wabah virus korona belum terlihat dalam kegiatan ekspor impor Indonesia. Dampak terhadap ekspor akan teridentifikasi setidaknya pada enam bulan ke depan.
Pemerintah meningkatkan koordinasi sebagai langkah antisipasi untuk kegiatan impor dari China. Kemendag berkoordinasi dengan Badan Karantina Pertanian, utamanya untuk meninjau dampak terbawanya virus korona pada produk-produk pertanian dan buah-buahan.