Mantan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton menyebut, Trump ingin membekukan bantuan kepada Ukraina sampai negara itu membantunya dalam investigasi terhadap politisi Demokrat, termasuk mantan Wapres Joe Biden.
Oleh
Adhitya Ramadhan
·3 menit baca
WASHINGTON, SENIN— Sidang dakwaan pemakzulan Presiden Donald Trump di Senat AS memasuki pekan penting, Senin (27/1/2020), menyusul terbitnya laporan harian The New York Times dalam edisi Sabtu (25/1).
The New York Times melaporkan, dalam naskah bukunya yang belum dipublikasikan, The Room Where It Happened; A White House Memoir, mantan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton menyebut, Trump berkata kepadanya ingin membekukan bantuan kepada Ukraina sampai negara itu membantunya dalam investigasi terhadap politisi Demokrat, termasuk mantan Wapres Joe Biden dan putranya, Hunter Biden, yang pernah jadi pejabat perusahaan gas Ukraina.
Keberadaan naskah itu lalu dikonfirmasi kepada kantor berita The Associated Press oleh seseorang yang mengetahui naskah itu dalam kondisi anonim. Laporan The New York Times jadi amunisi baru bagi Demokrat untuk menekan Senat yang didominasi Republikan agar memanggil Bolton untuk bersaksi. Sidang pemakzulan dilanjutkan, Senin siang, dengan agenda penyampaian argumen tim kuasa hukum Trump.
Saat laporan The New York Times dipublikasi, tujuh manajer pemakzulan dari Demokrat segera memanggil semua senator untuk memaksa Bolton agar dipanggil sebagai saksi dan menunjukkan naskahnya beserta dokumen lain yang relevan. Salah seorang senator Demokrat, Chuck Schumer, menyatakan hal sama. ”Warga AS mengetahui bahwa persidangan yang adil harus termasuk pengungkapan dokumen dan saksi yang dilarang oleh presiden. Ini dimulai dengan Tuan Bolton,” demikian pernyataan para manajer pemakzulan.
Tim pengacara Trump telah berulang kali menyatakan, presiden dari Republik itu tak pernah menunda bantuan militer kepada Ukraina untuk menekan agar negara tersebut menginvestigasi Biden dan putranya.
Trump juga membantah laporan itu dalam serangkaian cuitan di Twitter, Senin pagi. ”Saya tidak pernah mengatakan kepada John Bolton bahwa bantuan untuk Ukraina terkait pada investigasi Demokrat termasuk (dua) Biden,” ujar Trump dalam sebuah cuitan. ”Bahkan, dia tak pernah mengeluhkan ini saat diberhentikan. Jika John Bolton mengatakan hal tersebut, itu demi kepentingan penjualan bukunya.”
Trump menyebut, masyarakat bisa melihat transkrip percakapannya via telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang memperlihatkan dirinya tak menekan Zelensky untuk melakukan investigasi agar mendapatkan bantuan.
Trump juga mengklaim bahwa DPR AS yang dikuasai oleh Demokrat ”tak pernah meminta John Bolton untuk bersaksi”. Demokrat pernah meminta Bolton untuk bersaksi, tetapi ia tak pernah datang. Demokrat lalu tidak memanggil Bolton karena Bolton mengancam untuk menuntut balik dan Demokrat memanggil saksi lain. Ancaman Bolton itu akan memicu persidangan yang panjang.
Bolton, menurut Trump, diberhentikan—versi Bolton menyebutkan dirinya mengundurkan diri—dari jabatannya sehari sebelum akhirnya Trump menyalurkan bantuan kepada Ukraina, 11 September 2019. Bolton telah menyatakan kepada anggota DPR bahwa dirinya bersedia memberikan kesaksian meski ada larangan pembantu presiden untuk bersaksi dalam penyelidikan.
Trump menghadapi dua pasal pemakzulan. Pertama, tuduhan menyalahgunakan kekuasaan dengan meminta Ukraina menginvestigasi Biden sambil menahan bantuan militer untuk negara itu. Kedua, tuduhan bahwa Trump menghambat penyelidikan Kongres dengan memerintahkan pejabatnya untuk tidak bekerja sama dalam penyelidikan pemakzulan terhadapnya. (AP/REUTERS)