Sikap pantang menyerah, kemampuan keluar dari tekanan, dan menahan rasa sakit, membuat Roger Federer mampu bertahan di level tertinggi tenis dunia untuk waktu yang lama.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
MELBOURNE, SELASA - Roger Federer menyebut kemenangan pada perempat final Australia Terbuka sebagai keberuntungan. Namun, kalangan tenis memiliki pendapat lain: ”Federer adalah Federer”.
Ungkapan itu disebutkan, salah satunya oleh Tennys Sandgren, yang dikalahkan Federer pada perempat final Australia Terbuka di Rod Laver Arena, Melbourne Park, Selasa (28/1/2020). Petenis Amerika Serikat itu mengakui kehebatan Federer keluar dari tekanan. Lewat laga dramatis, Federer mengalahkan Sandgren, 6-3, 2-6, 2-6, 7-6 (10-8), 6-3.
Kemenangan didapat Federer setelah menggagalkan match point Sandgren pada set keempat sebanyak tujuh kali!
Saat tiebreak, Federer tertinggal, 3-6, lalu berbalik unggul 10-8. Itu artinya, tak sekali pun Federer membuat kesalahan. Lolos dari kondisi sulit pada set keempat, Federer tampil lebih baik pada set penentuan.
”Terkadang, Anda membutuhkan keberuntungan. Saya hanya berharap, Sandgren tidak membuat winner. Jika dia kehilangan satu atau dua match point, tak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Saya benar-benar beruntung hari ini,” komentar Federer yang tampil dengan rasa sakit karena otot pangkal paha yang tegang sejak set ketiga.
Federer bisa saja berpendapat kemenangan yang mengantarkannya bertemu Novak Djokovic pada semifinal adalah keberuntungan. Namun, tanpa kemampuan bertahan dan keluar dari situasi kritis, kemenangan atas Sandgren tak mungkin terjadi.
”Saat tiebreak set keempat, saya mencoba bertahan, sementara level permainan Federer meningkat. Dia tak memberi saya kesempatan. Kredit untuknya, Federer adalah Federer,” kata Sandgren.
Pujian juga disampaikan mantan petenis putri nomor satu dunia, Chris Evert. Dia takjub ketika Federer tak membuat satu pun kesalahan saat menggagalkan tujuh match point Sandgren.
Brad Gilbert, yang pernah melatih Andre Agassi, Andy Roddick, dan Andy Murray, bahkan, menyebut penampilan Federer seperti aksi pesulap Houdini.
Pelatih Serena Williams, Patrick Mouratoglou, juga memberi komentar melalui akun Twitter-nya. ”Saat melihat pertandingan Roger, kita melihat keajaiban. Keajaiban terkadang terjadi pada sang juara, itu karena dia tak pernah menyerah”.
Komentar Mouratoglou itu paling tepat menggambarkan momen yang dialami Federer. Hal itu karena Federer mengalami hal serupa ketika mengalahkan petenis tuan rumah, John Millman, pada babak ketiga.
Federer menang, 4-6, 7-6 (7-2), 6-4, 4-6, 7-6 (10-8), dengan merebut enam poin terakhir secara beruntun. Keenam poin itu didapat sejak Federer tertinggal, 4-8, hingga berbalik menjadi 10-8 saat super tiebreak.
”Sebenarnya permainan Federer naik-turun pada pertandingan itu, tetapi dia bermain sangat baik pada enam poin terakhir. Dia tak membuat kesalahan. Dalam posisi tertinggal 4-8, sebenarnya apapun bisa terjadi. Tetapi, Federer adalah Federer,” komentar Rafael Nadal, yang menyaksikan penampilan Federer pada babak ketiga dari kamar hotelnya.
Sembunyikan sakit
Semifinalis tunggal putri Australia Terbuka 2008, Daniela Hantuchova, memberi pendapat lain tentang penampilan Federer. Selain pantang menyerah, mantan petenis peringkat kelima dunia itu, mengatakan, Federer bisa menyembunyikan rasa sakitnya, meski akhirnya meminta perawatan.
”Ini yang berbeda dari Federer dan Rafael Nadal. Mereka bisa menyembunyikan rasa sakit dari lawan. Ini penting bagi atlet, mereka tidak boleh memperlihatkan kesulitan pada lawan. Djokovic, bahkan, belum bisa melakukan ini,” tutur Hantuchova yang menjadi komentator untuk stasiun TV Fox Sports.
Sakit pada pangkal paha itu memperlambat gerakan Federer, terutama pada set kedua dan ketiga. Kondisi itu membatasi gerakannya hingga membuat 30 kesalahan pada dua set tersebut. Meski berusaha menghindari meminta medical time out, Federer akhirnya melakukannya pada pertengahan set ketiga.
”Saya tidak tahu apakah kalian akan menyebut cedera. Ini hanya rasa sakit, mungkin karena banyak pertandingan ketat atau juga karena tegang,” kata Federer, yang harus bermain 14 set selama 9 jam 45 menit dalam tiga babak terakhir.
”Semoga tidak ada masalah besar. Ada waktu dua hari untuk istirahat, bertemu dokter dan fisioterapis,” lanjutnya.
Federer membutuhkan pemulihan tersebut karena akan berhadapan dengan Djokovic yang 26 kali mengalahkannya dari 49 pertemuan. Djokovic juga menguasai Melbourne Park dengan menjadi juara tunggal putra terbanyak, tujuh kali.
”Kami sudah sering bersaing dalam tahap seperti ini. Persaingan dengan Roger dan Rafa membuat saya menjadi seperti sekarang ini,” kata Djokovic setelah mengalahkan Milos Raonic, 6-4, 6-3, 7-6 (7-1).
Kemenangan Djokovic dan Federer meloloskan dua dari ”Big Three” ke semifinal. Petenis ketiga, Rafael Nadal, akan berupaya mendapatkan tempat yang sama dari perempat final melawan Dominic Thiem, Rabu.
Ini akan menjadi persaingan pertama kedua petenis di Melbourne Park. Berstatus sebagai jagoan lapangan tanah liat, pertemuan mereka pun lebih banyak terjadi di lapangan berkarakter lambat tersebut. Dari 13 pertemuan, 12 di antaranya berlangsung di tanah liat, termasuk pada final Perancis Terbuka dua tahun terakhir.
”Itu akan menjadi pertandingan berat dan menarik. Saya melihat penampilan Thiem pada babak keempat, dia bermain sangat bagus. Saya harus bermain dengan semua kemampuan terbaik saya,” kata Nadal.
Di bagian putri, semifinal pertama akan mempertemukan petenis nomor satu dunia dan harapan tuan rumah, Ashleigh Barty, dengan petenis AS Sofia Kenin. Dua tempat semifinal lainnya diperebutkan oleh Anett Kontaveit lawan Simona Halep, serta Garbine Muguruza melawan Anastasia Pavlyuchenkova. (AFP/REUTERS)