Siapa Layak Dampingi Anies?
Dua nama calon pengganti wakil gubernur akhirnya disepakati partai pengusung, Gerindra dan PKS. Proses penentuan wakil gubernur masih berlangsung di DPRD DKI Jakarta.
Ahmad Riza Patria atau Nurmansjah Lubis? Pilihan calon pengganti wakil gubernur (wagub) akhirnya disepakati pada dua nama tersebut yang juga mewakili dua partai pengusung, Gerindra dan PKS. Sosok wagub terpilih diharapkan dapat lebih mengoptimalkan kinerja pemerintahan DKI Jakarta.
Jalan buntu antara Gerindra dan PKS menemukan titik terang. Setelah berbagai polemik mewarnai pencarian sosok pengganti Sandiaga Uno untuk menduduki kursi wakil gubernur DKI Jakarta, Senin, 20 Januari 2020, Partai Gerindra mengumumkan nama Ahmad Riza Patria dan Nurmasjah Lubis.
Kesepakatan antara Gerindra dan PKS ini menjadi babak baru dalam pemilihan wagub pengganti. Setelah tarik ulur yang cukup panjang hingga jabatan wagub kosong selama satu tahun lebih, kini Ibu Kota akan menantikan sosok pendamping kerja Gubernur Anies Baswedan.
Setelah mengumumkan dua calon tersebut, Gerindra dan PKS pun secara resmi telah menyerahkan surat kepada Gubernur DKI Jakarta. Selanjutnya, surat berisi rekomendasi dua calon dari partai pendukung ini akan diberikan kepada DPRD DKI Jakarta untuk dilakukan tahap penentuan sesuai dengan peraturan perundangan.
Kesepakatan antara Gerindra dan PKS ini menjadi babak baru dalam pemilihan wagub pengganti.
Jika sesuai rencana, ditargetkan semua proses penentuan wagub akan selesai pada minggu awal Februari 2020. Kini, DPRD tengah melakukan persiapan kelengkapan administrasi yang diperlukan dan terus melakukan koordinasi dalam internal legislatif.
Pada 27 Januari 2020, Rapat Pimpinan Gabungan DPRD sudah dilakukan untuk membahas proses penggantian wagub. Kemudian, 29 Januari 2020, badan legislatif ini akan mengesahkan tata tertib proses pengangkatan wagub pengganti.
Di hari yang sama, direncanakan pula panitia pemilihan wagub selesai dibentuk. Kepanitiaan ini akan diisi oleh perwakilan dari setiap fraksi partai yang ada di DPRD DKI Jakarta.
Setelah tata tertib dan panitia pemilihan selesai disusun, pembahasan dilanjutkan dalam rapat Badan Musyawarah (Bamus). Selanjutnya, dapat digelar rapat paripurna untuk menentukan wagub pengganti.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2018, rapat paripurna baru dapat dilaksanakan jika telah memenuhi persyaratan kuorum 50 persen + 1. Dengan jumlah anggota DPRD DKI Jakarta periode saat ini, syarat kuorum setidaknya dihadiri oleh 54 orang anggota DPRD.
Forum akan memilih salah satu di antara dua nama cawagub yang diajukan. Ada dua pilihan yang dapat disepakati untuk menentukan suara wagub terpilih. Pertama, calon dengan suara terbanyak atau calon yang mendapatkan 50 persen + 1 dari jumlah anggota DPRD yang hadir dan memenuhi kuorum.
Kandidat
Ahmad Riza Patria dikenal sebagai politisi Gerindra. Ia menjabat sebagai Ketua DPP sejak 2008 di partai besutan Prabowo tersebut. Karier kepartaiannya bisa dibilang sangat moncer dengan menjabat sejumlah posisi strategis.
Tahun 2009, pria kelahiran Banjarmasin, 17 Desember 1969, ini pernah menjadi Ketua Divisi Penggalangan dan Kontra Penggalangan Bappilu Pusat Gerindra. Kemudian, ia juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Badan Pengawas dan Disiplin Gerindra pada 2016.
Debutnya sebagai seorang politisi kian cemerlang dengan berhasil menduduki kursi DPR untuk dua periode, tahun 2014-2019 dan 2019-2024. Di ranah legislatif, aktivis KNPI ini dikenal sebagai anggota Dewan yang aktif dan vokal.
Pada periode awal (2014-2019), ia menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi II DPR. Selain itu, ia juga didapuk menjadi Wakil Ketua Fraksi Gerindra MPR. Saat ini, Ahmad Riza juga masih mendapat amanah sebagai Wakil Ketua Komisi V DPR dan Ketua Fraksi Gerindra MPR.
Selain sebagai politisi, lulusan Teknik Sipil ISTN Jakarta dan Master in Bussines Administration ITB ini juga memiliki banyak pengalaman di bisnis properti. Hingga kini, ia tercatat sebagai Komisaris PT Indoproperti Galaraytama dan Presiden Direktur PT Gala Ray Pratama.
Sementara itu, perjalanan karier calon wagub Nurmansjah Lubis juga tak kalah hebat. Nurmansjah memang politisi tulen yang besar di Partai Keadilan Sejahtera. Tahun 1998, ia telah menjabat sebagai bendahara umum. Kemudian, sempat menjabat sebagai Ketua Umum Partai Keadilan sebelum akhirnya berubah menjadi PKS.
Sejak awal memang debut politik lelaki asal Jakarta yang lahir pada 8 Desember 1964 ini sangatlah terang. Di PKS, ia pernah menjabat beberapa posisi penting. Mulai dari Ketua Umum PKS wilayah Kebon Pala I tahun 2002 hingga 2005. Setelah itu, ia diamanahi untuk menjadi Ketua Komisi Legislasi Majelis Pertimbangan Wilayah (MPW) PKS.
Karier politik kepartaiannya berlanjut saat menjadi Ketua Komisi Kebijakan Publik dan Kajian Strategis MPW PKS. Nurmansjah juga tercatat pernah menjadi anggota DPRD DKI Jakarta dari PKS untuk dua periode sejak 2004 hingga 2014.
Pada Pemilu Legislatif 2019, Nurmansjah sempat kembali maju sebagai calon anggota legislatif untuk Dapil DKI Jakarta I. Namun, dirinya gagal kali ini menduduki kursi DPRD DKI Jakarta.
Selain aktivitas politik, alumni STAN dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ini juga mengembangkan bisnis. Kecintaannya pada kopi membuat Nurmansjah mantap menekuni dunia barista sekaligus pemilik kedai kopi ”Bang Ancah” di kawasan Bendungan Hilir. Ia tercatat juga pernah menjabat sebagai Corporate Secretary PT Syarikat Tafakul dan Direktur Keuangan PT Asuransi Tafakul hingga 2004.
Melanjutkan kerja
Gubernur Anies Baswedan tentunya membutuhkan sosok wagub yang dapat membantu dan saling melengkapinya untuk memimpin Ibu Kota. Wagub pengganti harus memahami tugas dan bertindak selaras agar kinerja dan roda pemerintahan DKI Jakarta dapat berjalan optimal.
Sesuai dengan amanat UU No 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah, tugas utama seorang wakil kepala daerah adalah membantu kepala daerah menakhodai roda pemerintahan. Gubernur dan wakil gubernur tentunya akan berbagi tugas dalam melaksanakan fungsi koordinasi, administrasi, evaluasi, dan lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Kompleksnya berbagai urusan di Jakarta membuat wakil gubernur mempunyai andil yang besar. Bahkan, dalam perjalanannya, hingga awal tahun 2000-an dengan peraturan daerah kekhususan yang berlaku saat itu, seorang Gubernur DKI Jakarta didampingi hingga empat wakil gubernur yang secara khusus membidangi untuk urusan tertentu, seperti pembangunan, ekonomi, sosial politik, dan pemerintahan.
Pembagian tugas antara gubernur dan wakilnya merupakan hal lumrah. Saat mendampingi Anies, wagub Sandi memang begitu fokus pada persoalan ekonomi dan kewirausahaan rakyat.
Melihat hal tersebut, sulit untuk melepaskan sosok wagub pengganti dengan Sandiaga Uno. Walau tak genap setahun menjabat, sosok dan gaya memimpin Bang Sandi yang khas sudah terekam jelas bagi publik Jakarta.
Tengoklah luwesnya seorang Sandiaga menyapa warga Jakarta yang ditemuinya langsung di tepi jalan, di dalam pasar, hingga gang-gang kampung. Sedari masa kampanye hingga menjabat wagub, Sandi terbilang sering turun langsung ke lapangan untuk mengecek kondisi Kota Jakarta atau sekadar menyapa dan berdialog dengan warganya.
Belum lagi getolnya program One Kecamatan One Center for Entrepreneurship (OKE OCE) yang terus ia gaungkan untuk mengangkat ekonomi kerakyatan. Namun, program kewirausahaan yang ini seolah juga ikut tenggelam gaungnya bersama mundurnya Sandi dari kursi wagub. Diketahui namanya pun telah berubah menjadi PKT atau Program Kewirausahaan Terpadu.
Selayaknya, wagub pengganti dapat melanjutkan kerja-kerja di bidang ekonomi dan wirausaha kerakyatan yang telah bangun sebelumnya, serta siap mengemban tugas lainnya sebagai pendamping gubernur. Latar belakang kedua cawagub menegaskan mereka sebagai sosok profesional yang sangat berkapasitas.
Lalu, siapakah di antara Ahmad Riza Patria dan Nurmasjah Lubis yang berpeluang menduduki jabatan wagub? Keduanya sama-sama memiliki peluang besar.
Saat ini proses politik untuk penentuan wagub sedang bergulir di ruang DPRD serta diharapkan dapat berjalan lancar dan transparan. Siapa pun yang terpilih nantinya, Ahmad Riza Patria ataupun Nurmansjah Lubis, semoga dapat bekerja dan memberikan yang terbaik untuk Jakarta. (Eren Marsyukrilla/Litbang Kompas)