Konstruksi untuk fase 2A MRT akan dimulai pada Maret 2020. Ruas yang akan dibangun pertama tahun ini adalah Bundaran Hotel Indonesia hingga Harmoni.
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah melalui persiapan panjang, PT Mass Rapid Transit Jakarta memastikan konstruksi untuk fase 2A koridor selatan-utara akan dimulai pada Maret 2020. Kontraktor pelaksana adalah kontraktor gabungan Jepang dan Indonesia, sesuai aturan pinjaman pendanaan bagi pembangunan MRT Jakarta.
Silvia Halim, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Kamis (30/1/2020), dalam acara forum jurnalis MRT Jakarta, menjelaskan, sama seperti fase 1 koridor selatan-utara dari Lebak Bulus ke Bundaran Hotel Indonesia, pendanaan untuk pembangunan fase 2A ini juga berasal dari pinjaman Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA). Artinya, pinjaman yang diberlakukan adalah skema tight loan atau pinjaman yang mensyaratkan 70 persen kontraktor pelaksana dan komponen MRT berasal dari Jepang dan sisanya lokal Indonesia.
Itu sebabnya kontraktor pemenang paket CP 201, Shimizu, ber-joint venture dengan kontraktor nasional Adhi Karya dalam pembangunan. Adapun kontraktor pemenang ini sudah ditunjuk 24 Januari 2020.
Proyek paket 201 ini bernilai Rp 4,03 triliun dan akan menghubungkan Bundaran Hotel Indonesia hingga ke Harmoni. Dibangun sebagai trek bawah tanah, pada CP 201 akan ada dua stasiun bawah tanah, yaitu Stasiun Thamrin dan Stasiun Monas. CP 201 sudah siap dikerjakan karena MRT Jakarta sudah mendapatkan kontraktor pemenang.
Silvia melanjutkan, sesuai hasil studi kelayakan (FS), fase 2A yang semua paket pekerjaan konstruksinya dilelang pada 2020 ini seluruhnya akan terentang sepanjang 6,3 km, yaitu dari Bundaran HI ke Kota.
Seluruhnya akan berbentuk trek bawah tanah dengan tujuh stasiun. Untuk pembangunan, PT MRT Jakarta membagi paket kontrak (CP) menjadi enam CP.
CP 200 adalah pembangunan dinding diafragma bagian dari gardu listrik bawah tanah di kawasan Taman Monas. CP 200 ini sudah selesai dibangun akhir tahun lalu.
Lainnya adalah pekerjaan konstruksi CP 201 (Bundaran HI-Harmoni dengan dua stasiun bawah tanah), CP 202 (Harmoni-Glodok dengan 3 stasiun bawah tanah), CP 203 (Glodok-Kota dengan 2 stasiun bawah tanah). Lalu CP 205 adalah paket pengadaan sistem perkeretaapian dan CP 206 paket pengadaan kereta.
Dengan konstruksi bawah tanah, Silvia juga menjelaskan, sudah pasti pembangunan akan memberikan dampak kepada lingkungan sekitarnya. Namun, sama seperti fase 1, ia menjelaskan, untuk fase 2A akan tetap diberlakukan kontrol lingkungan yang ketat.
MRT Jakarta berupaya menerapkan analisis dampak lingkungan (amdal) ketat. Ia mencontohkan, untuk penghijauan di jalur yang terkena proyek, diupayakan saat proyek selesai bisa dikembalikan lagi. Lalu, sebelum mengerjakan konstruksi, kontaktor akan mengidentifikasi pohon-pohon mana yang harus ditebang atau dipindahkan.
”Kalaupun ditebang, ada aturan kami mesti mengganti satu pohon yang ditebang dengan 10 pohon. Lalu kalau dipindahkan mesti ada perlakuan terhadap pohon yang dipindahkan,” tutur Silvia.
Untuk stasiun Monas yang masuk dalam CP 201 ini nantinya akan ada di dalam kawasan Monas. Adapun pintu masuknya ada beberapa di antaranya dari depan Museum Nasional, dan dari patung kuda.
”Izin untuk pembangunan stasiun di kawasan Monas ini sudah kami peroleh,” ujar Silvia.
Adapun untuk fase 2B atau perpanjangan dari 2A, yaitu dari Kota ke Ancol Barat, saat ini masih dalam proses FS.
Capai 100.000 penumpang
Dalam kesempatan yang sama, William P Sabandar, Direktur Utama PT MRT Jakarta, optimistis pada 2020 penumpang MRT Jakarta akan meningkat. Saat ini, rata-rata 95.000 penumpang MRT per hari. Targetnya, ada 100.000 penumpang per hari tahun ini. Total 2,46 juta penumpang MRT pada 2019, sementara pada 2020 ditargetkan 3,65 juta penumpang.
Sejumlah kebijakan yang dibuat Pemprov DKI Jakarta diharapkan menjadi faktor yang mendukung peningkatan itu. Di antaranya tarif parkir yang akan dinaikkan dan integrasi angkutan umum.