Sejumlah cabang olahraga masih perlu menyesuaikan proposal anggaran dengan pagu mata anggaran tertentu yang melebihi batas yang ditetapkan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Hingga akhir Januari 2020, sejumlah cabang olahraga masih perlu merevisi atau menyempurnakan proposal anggaran pelatnas. Beberapa cabang olahraga harus mencoret atau mengurangi sejumlah kebutuhan pelatnas, seperti peralatan dan vitamin, karena melewati pagu anggaran yang sudah ditetapkan Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Manajer tim angkat besi Indonesia, Alamsyah Wijaya mengatakan, proposal anggaran pelatnas angkat besi belum final. “Beberapa kebutuhan harus dicoret atau dikurangi karena dianggap melewati indeks yang ditetapkan Kemenpora,” katanya di Jakarta, Rabu (29/1/2020).
Untuk anggaran vitamin dan suplemen misalnya, tim angkat besi Indonesia mengajukan anggaran Rp 461 juta. Dalam proposal, disebutukan anggaran itu akan dipakai untuk membeli berbagai jenis obat-obatan dan multivitamin yang penting untuk atlet, seperti glukosamin yang dibutuhkan untuk menjaga kondisi tulang rawan dan kesehatan sendi. Ada pula vitamin C dan obat antinyeri.
Namun, kebutuhan untuk obat dan multivitamin itu harus dikurangi. Berdasarkan arahan dari Kemenpora, untuk multivitamin dianggarkan sebesar Rp 2.500.000 per orang per bulan. Itu artinya, dengan 13 atlet yang menjalani pelatnas selama 12 bulan, anggaran tersedia untuk multivitamin adalah Rp 390 juta. Jumlah anggaran ini lebih rendah Rp 71.000.000 dari kebutuhan riil di lapangan.
Demikian juga untuk anggaran peralatan dan perlengkapan latihan, perlengkapan pemulihan, dan perlengkapan pertandingan harus dikurangi. Semula, tim angkat besi Indonesia mengajukan perlengkapan dan peralatan sebesar Rp 1,2 miliar. Tetapi, Kemenpora menyarankan agar anggaran untuk peralatan dikurangi menjadi Rp 796 juta.
Kepala pelatih tim angkat besi Indonesia Dirdja Wihardja mengatakan, dengan situasi ini pihaknya batal membeli peralatan angkat besi asal China dengan merk Zang Kong. Peralatan itu akan dipakai di Olimpiade Tokyo 2020. Adapun peralatan yang biasa dipakai Eko Yuli dan kawan-kawan di tempat latihan adalah Eleiko, yang merupakan produk buatan Eropa.
“Untungnya kami masih punya dua set peralatan bekas SEA Games 2019. Jadi, nanti atlet berlatih dengan alat lama,” kata Dirdja.
Menurut Dirdja, adaptasi atlet terhadap peralatan sangat penting mengingat ada perbedaan pada setiap detail produk peralatan angkat besi. Untuk peralatan dari China, misalnya, ada tekstur pegangan yang berbeda. “Kalau atlet sudah terbiasa memakai peralatan kejuaraan, mereka akan tampil lebih percaya diri,” katanya.
Selain suplemen dan peralatan, uang saku untuk tim pendukung juga sempat disarankan untuk dikurangi dari Rp 10.500.000 menjadi Rp 7.500.000. Tim angkat besi Indonesia tidak setuju dengan pengurangan ini karena tim pendukung rencananya akan dibuat menyatu dengan atlet.
Secara keseluruhan, tim angkat besi Indonesia mengajukan anggaran Rp 11,3 miliar, untuk memenuhi kebutuhan antara akomodasi, transportasi, uang saku, suplemen, dan peralatan latihan. Jumlah anggaran bisa berubah disesuaikan dengan ketersediaan anggaran Kemenpora.
Penambahan atlet
Proposal anggaran tim balap sepeda Indonesia juga belum final. Tim balap sepeda Indonesia mengajukan pelatnas untuk sembilan atlet dan enam pelatih. Namun, Kemenpora hanya memberi persetujuan untuk pelatnas tiga atlet BMX dan tiga atlet trek.
Hingga saat ini, PB ISSI mengusahakan penambahan dua atlet dan dua pelatih untuk nomor ketahanan di trek. Atlet yang diusulkan adalah Bernard Benyamin van Aert yang telah berjasa membawa pulang dua medali dari Kejuaraan Balap Sepeda Trek Asia 2020 di Jincheon, Korea Selatan, yang diajukan karena kualifikasi Olimpaide dan berlangsung pada 17-22 Oktober 2019, serta pebalap muda Angga Dwi Wahyu Prahesta yang merebut tiga medali pada Kejuaraan Balap Sepeda Trek Asia 2019 di Jakarta, 8-13 Januari 2019.
“Mereka pebalap muda dan berprestasi, masa kami tinggal. Kami berusaha agar dua bahan bagus ini tetap dipertahankan di pelatnas,” kata Manajer Balap Sepeda Indonesia Budi Saputro.
Selain terkait jumlah atlet dan pelatih, Budi menjelaskan, masih ada pembahasan soal peralatan latihan dan suplemen. Namun, ia mengapresiasi Kemenpora karena telah menyetujui agenda uji coba perlombaan balap sepeda ke luar negeri.
Total anggaran yang diajukan oleh tim balap sepeda Indonesia sebesar Rp 10,5 miliar. Dalam waktu dekat, tim balap sepeda akan bertemu dengan Kemenpora untuk finalisasi jumlah anggaran. “Mereka meminta agar pekan depan sudah MOU. Bagi kami ini sangat bagus karena sejak Januari ini, beberapa atlet sudah ke luar negeri untuk ikut kejuaraan,” kata Budi.
Hingga Rabu malam, Kemenpora belum bersedia untuk memberikan keterangan terkait finalisasi proposal anggaran. “Maaf, saya masih di ruang rapat. Silakan konfirmasi kepada Plt Deputi Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora,” kata Kepala Bidang Olahraga Prestasi Internasional, selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) PPON Yayan Rubaeni.
Plt Deputi Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Chandra Bakti juga menolak memberi keterangan. “Silakan tanya langsung ke PPK. Terima kasih ya,” katanya, melalui pesan singkat.