Sistem Pengendalian Banjir Ditargetkan Rampung 2020
›
Sistem Pengendalian Banjir...
Iklan
Sistem Pengendalian Banjir Ditargetkan Rampung 2020
Upaya untuk mengatasi banjir tahunan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terus dilakukan secara bertahap. Penanganan di bagian hulu Sungai Citarum bakal berlanjut ke bagian hilir.
Oleh
Tatang Mulyana Sinaga/Cornelius Helmy Herlambang/Laksana Agung Saputra
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS - Presiden Joko Widodo meresmikan Terowongan Nanjung di Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (29/1/2020). Infrastruktur raksasa ini bakal melengkapi sistem pengendalian banjir Citarum hulu yang ditargetkan pemerintah rampung tahun ini.
Terowongan Nanjung terdiri dari dua terowongan air, masing-masing sepanjang 230 meter dengan diameter 8 meter. Terowongan ini diklaim mampu meningkatkan kapasitas debit Citarum dari 570 meter kubik per detik menjadi 700 meter kubik per detik. Letaknya di sekitar kawasan Curug Jompong. Kawasan di aliran Sungai Citarum lama itu terbentuk dari sisa lava gunung api purba sekitar 4 juta tahun lalu.
Akan tetapi, terowongan yang berfungsi melancarkan aliran Sungai Citarum itu belum cukup efektif mengatasi banjir di kawasan Bandung selatan. Alasannya, banjir masih melanda tiga kecamatan di Bandung selatan, yaitu Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang, dalam sepekan terakhir. Banjir merendam ribuan rumah dan sejumlah ruas jalan utama.
”Memang masih ada kawasan yang kebanjiran. Saat ini, masih ada beberapa proyek (pengendalian banjir) yang masih proses (dikerjakan). Namun, kita sudah berada di jalur yang betul. Semuanya dikerjakan dari hulu ke hilir, baik infrastruktur fisik maupun rehabilitasi lahan,” ujar Presiden Jokowi.
Memang masih ada kawasan yang kebanjiran.
Sejauh ini, sejumlah proyek infrastruktur dibangun di hulu Citarum. Pada tahun 2018, pemerintah menyelesaikan pembangunan kolam retensi Cieunteung (Kabupaten Bandung) dan embung Gedebage (Kota Bandung). Selain itu, normalisasi Sungai Cibeureum dan Sungai Cilembar juga dilakukan untuk memaksimalkan fungsinya mengalirkan air.
Infrastruktur untuk mengatasi banjir luapan Citarum yang masih dibangun antara lain sodetan Cisangkuy, kolam retensi Andir, serta sejumlah polder di sekitar Citarum. Saat semuanya tuntas tahun ini, pemerintah bakal melanjutkan pembangunan infrastruktur ke kawasan hilir Citarum, seperti Karawang dan Bekasi.
”Kita baru mengerjakan di hulu, itu pun belum selesai. Jika semuanya sudah 100 persen, baru kita bicara banjir banyak berkurang,” ujarnya. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, sebelum Terowongan Nanjung dioperasikan, aliran Citarum terhambat di Curug Jompong karena bentuk sungainya melengkung. Dengan adanya terowongan, sebagian besar debit Citarum dapat mengalir tanpa melalui Curug Jompong.
Hasil dari pembangunan Terowongan Nanjung mulai terlihat dari berkurangnya luasan banjir. Luasan banjir pada 2016 mencapai 490 hektar. Namun, pada Januari 2020 berkurang menjadi 80 hektar. Lama genangan juga berkurang. Sebelum ada terowongan, hujan empat hari dengan curah hujan 35 milimeter-67 milimeter membuat Dayeuhkolot terendam selama 40 jam, April 2019.
Setelah dibangun terowongan, hujan selama lima hari dengan intensitas 60 mm-72 mm menggenangi kawasan yang sama selama 11 jam. Gubernur Jabar Ridwan Kamil berharap, infrastruktur yang sedang dikerjakan dan direncanakan segera rampung agar penanganan banjir di Bandung berjalan optimal.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Citarum Bob Arthur Lombogia mengatakan, penyelesaian pembangunan kolam retensi Andir, polder Bojongsoang, dan sodetan Cisangkuy membutuhkan dukungan masyarakat, salah satunya terkait penyediaan lahan. Sementara itu, Asep Solihin (35), warga Dayeuhkolot, menilai, sistem pengendali banjir belum memberi hasil ideal. Meski demikian, banjir lebih cepat surut dibandingkan tahun sebelumnya.