Anggaran untuk memodernisasi alat utama sistem persenjataan TNI perlu ditingkatkan. Begitu pula dengan anggaran untuk pemeliharaan dan perawatannya.
Oleh
Edna C Pattisina
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – TNI perlu meningkatkan kesiapan operasional alat utama sistem persenjataannya. Selain mengikuti rencana strategis Minimum Essential Force (MEF) atau Kekuatan Pokok Minimum, anggaran dan pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan senjata perlu diperhatikan.
Dalam konferensi pers rapat pimpinan TNI, Rabu (29/1/2020), Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, untuk meningkatkan kesiapan alat utama sistem persenjataan (alutsista), TNI melaksanakan sesuai dengan perencanaan yang ada di dalam rencana MEF. Saat ini, pelaksanaan MEF telah masuk ke tahap ketiga yang berlangsung pada tahun 2020-2024.
Hadi mengatakan, TNI akan mengajukan tambahan alutsista kepada Kementerian Pertahanan untuk meningkatkan kesiapan alutsista."TNI untuk meningkatkan kesiapan alutsista masih sesuai dengan apa yang sudah kita buat yaitu termuat pada minimum essential force. Akan kita ajukan ke Kemhan (Kementerian Pertahanan) seperti itu, ya masih normal,” kata Hadi.
Menurut catatan Kompas yang diperoleh dari Kementerian Pertahanan, pencapaian MEF pada tahap kedua (2014-2019) tidak berhasil memenuhi target yaitu 75,5 persen. Data di Mabes TNI menyebutkan pada akhir 2019, pemenuhan MEF baru 63,19 persen dari total 100 persen yang seharusnya tercapai tahun 2024. Hal ini diantaranya disebabkan anggaran pertahanan yang angkanya berkisar satu persen Produk Domestik Bruto serta beberapa proses pengadaan yang masih terkatung-katung seperti pembelian pesawat tempur dan satelit militer. Tidak terpenuhinya MEF ini berakibat pada berkurangnya kesiapan operasional TNI.
Dosen Paramadina Graduate School of Diplomacy Anton Aliabbas memiliki perspektif lain terkait masalah kesiapan operasional TNI. Menurut Anton, ada masalah dalam penggunaan anggaran. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kesiapan operasional TNI perlu ada alokasi anggaran perawatan alutsista yang proporsional. Anggaran untuk pemeliharaan dan perawatan alutsista ini seharusnya meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah kepemilikan alutsista.
“Dari hasil penelitian kami, ada kekurangan informasi tentang berapa persentase anggaran pemeliharaan alutsista kita dalam lima tahun terakhir,” kata Anton.
Anton yang bersama timnya dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Muhammad Haripin dan dosen Universitas Paramadina Shiskha Prabawaningtyas meluncurkan penelitian tentang “Evaluasi Satu Dekade Transformasi Pertahanan Indonesia 2010-2019” menemukan bahwa pemerintah hanya menyajikan besaran anggaran modernisasi alutsista yang trennya terus menurun. Sementara, penyajian anggaran pemeliharaan dan perawatan tidak jelas sehingga dipertanyakan pada pos manakah anggaran itu diadakan.
“Masuknya pos belanja barang, belanja modal, atau bagaimana?” kata Anton.
Menanggapi hal ini, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Agus Setiadji menjelaskan kalau anggaran Kemhan/TNI dibagi dalam tiga kelompok yaitu anggaran belanja pegawai, belanja modal dan belanja barang. Pemeliharaan dan perawatan masuk dalam kelompok belanja barang.
“Harwat (pemeliharaan dan perawatan-red) tidak boleh menggunakan anggaran belanja modal, karena kan sifatnya habis dan operasional,” kata Agus.
Rapim TNI 2020 dipimpin oleh Hadi Tjahjanto yang didampingi KSAL Laksamana TNI Siwi Sukma Adji, KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna, dan Wakil KSAD Letjen TNI Tatang Sulaiman. Panglima TNI menyampaikan penetapan 11 Program Prioritas TNI yang dirancang untuk dapat menghadapi dinamika perkembangan lingkungan strategis dan tantangan tugas TNI ke depan.
Kesebelas program tersebut adalah lain revitalisasi dan percepatan program-program MEF; penyempurnaan Dokrin TNI dan Angkatan; penyempurnaan organisasi TNI; pengembangan sistem pengelolaan SDM TNI; pembangunan TNI AD menjadi kekuatan terpusat, kewilayahan dan pendukung; pembangunan TNI AL melalui penyusunan Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT); pembangunan TNI AU untuk mencapai air supremacy atau air superiority; pembentukan Pasukan Khusus Tri Matra; pengembangan Sistem Operasi Tri Matra yang berbasis teknologi berkemampuan Network Centric Warfare; penguatan diplomasi militer dan peningkatkan kontribusi dalam rangka memenangkan kepentingan nasional; serta sistem pengadaan Alutsista berbasis Effect-Based and Interperability.