Sebanyak 44.696 pedagang di sembilan kabupaten/kota se-Bali, menyediakan transaksi non tunai. Transaksi ini menggunakan Quick Response Code Indonesia Standard
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS – Sebanyak 44.696 pedagang di sembilan kabupaten/kota se-Bali, menyediakan transaksi non tunai. Transaksi ini menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesia Standard). Hal ini sejalan dengan gencarnya gerakan pembayaran non tunai (GPN) yang terus dipropagandakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali.
Tahun ini, BI Bali menyasar pembayaran tiket obyek wisata, tiket parkir, dan memeperbanyak pasar tradisional. Hingga Jumat (31/1/2020), dua pasar tradisional menerapkan QRIS, pasar tradisional ikan Kedonganan, Kabupaten Badung, dan pasar tradisional Phula Kerti.
“Sejumlah obyek wisata, khususnya di wilayah Kabupaten Badung, segera menerapkan pembayaran tiket dengan cara QRIS,” kata Kepala Kantor BI Bali Trisno Nugroho, di Denpasar, Jumat (31/1/2020).
Ia menambahkan akan terus mendorong para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menerapkan QRIS. Menurutnya, UMKM perlu menerapkan guna memperluas akses promosi, penjualan serta mendukung proses produksi. Pada Denpasar Festival 2019 lalu, puluhan peserta pameran dan pedagangnya menggunakan QRIS. Selain mempermudah transaksi, QRIS juga memberikan rasa aman.
Sejumlah obyek wisata, khususnya di wilayah Kabupaten Badung, segera menerapkan pembayaran tiket dengan cara QRIS (Trisno Nugroho)
Trisno mengakui keikusertaan pedagang di Pulau Bali masih sekitar dua persen dari data nasional. Jumlah pedagang nasional terdata sebanyak 2.251.136 dagang yang menerapkan QRIS. Bali masih 44.696 pedagang dengan 52 persennya atau 23.395 pedagang berada di Kota Denpasar. Salah satu perbankan yang dirangkul kerjasama Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali.
Lanjut Trisno, pasar tradisional menjadi salah satu fokusnya untuk implementasi QRIS. Alasannya, pasar merupakan representasi ekonomi kerakyatan. Dengan implementasi QRIS di pasar tradisional, ia berharap masyarakat segala lapisan dapat menikmati kemajuan teknologi dan mempercepat perputaran uang, khususnya di usaha mikro, kecil dan menengah.
Terbantu
Putu Adnyani, pemilik Bara Silver mengatakan transaksi usaha kerajinan perak miliknya terbantu dengan adanya QRIS. Menurutnya, transaksi menjadi praktis dan terkontrol dengan tertib.
Pada pembukaan Pasar Phula Kerti, Senin (27/1/2020), selesai pembukaan pasar setelah direvitalisasi, Wali Kota Denpasar Rai Mantra mengapresiasi Bank Indonesia serta BPD Bali untuk pengadaan QRIS tersebut.
Menurutnya, hal ini seejalan dengan Visi Pemerintah Kota Denpasar untuk mewujudkan Denpasar menjadi Kota yang Cerdas (Smart City) dengan pemanfaatan teknologi di setiap bidang, termasuk sarana transaksi digital di lingkungan pasar tradisional.
Rai Mantra mengatakan Pasar Phula Kerti menjadi lebih bersih dan modern, apalagi menerapkan pasar rakyat tradisional Denpasar, berbasis digital pertama dengan meluncurkan aplikasi bernama e-Semeton. “Ini merupakan suatu kemajuan teknologi yang dipadukan dengan kearifan lokal, dan saya harapkan bisa di contoh oleh pasar-pasar tradisional lainya di Denpasar,” ujarnya.
Pasar tradisional Phula Kerti ini milik warga Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan selama setahun terakhir direvitalisasi dan selesai bulan Januari 2020 ini. Selain menyediakan pembayaran QRIS, pasar ini juga menyediakan aplikasi e-Semeton. Aplilasi ini diunduh melalui telepon genggam berbasis android dan masyarakat dapat bebelanja sistem daring.
Jumlah pedagang Pasar Phula Kerti ini terdata sebanyak 229 kios. Area parkir untuk kendaraan roda dua dan empat serta dilengkapi dengan tempat bongkar muat barang, tempat pembuangan sampah, Wifi Corner, CCTV, Pojok ASI hingga pengelolaan limbah pasar.