Relokasi anggaran untuk mendukung PON 2020 Papua membuat anggaran pelatnas tahun 2020 berkurang 50 persen menjadi Rp 250 miliar. Dana ini akan diprioritaskan untuk pelatnas Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Anggaran pelatnas olahraga tahun anggaran 2020 turun sebanyak 50 persen dari 2019. Menyikapi keterbatasan ini, Kemenpora mengalokasikan anggaran pelatnas berdasarkan level atlet. Atlet yang akan tampil di Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020 menjadi prioritas.
Kepala Bidang Olahraga Internasional sekaligus Pejabat Pembuat Komitmen Deputi Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPON) Kemenpora Yayan Rubaeni menjelaskan, tahun ini ada pengurangan anggaran pelatnas 50 persen.
”Kalau tahun lalu anggaran pelatnas Rp 500 miliar, tahun ini hanya tersedia Rp 250 miliar yang akan dipakai untuk Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020, Asian Games dan Asian Paragames 2022, termasuk untuk operasional sekretariat PPON,” katanya di Jakarta, Kamis (30/1/2020).
Pengurangan itu, menurut Yayan, terjadi karena ada relokasi anggaran untuk mendukung Pekan Olahraga Nasional 2020 di Papua. Dengan adanya pengurangan anggaran, alokasi dana pelatnas dibuat berdasarkan level atlet.
"Sekarang tetap menggunakan sistem kluster, tetapi tidak penuh. Kami membagi berdasarkan level atlet. Misalnya, atlet bulu tangkis dan angkat besi kami dukung sepenuhnya karena nama-nama yang diajukan memang level Olimpiade dan mempunyai peringkat dunia. Begitu juga cabang lain, selama mereka atlet Olimpiade kami dukung,” kata Yayan.
Di luar nama-nama atlet Olimpiade, Kemenpora harus mempertimbangkan potensi prestasi dan ketersediaan anggaran. Cabang balap sepeda, misalnya, mengajukan sembilan nama atlet. Sejauh ini, baru tiga atlet trek dan tiga pebalap BMX yang disetujui Kemenpora.
Tim balap sepeda masih memperjuangkan dua nama atlet muda. Mereka adalah Bernard Benyamin van Aert yang telah berjasa membawa pulang dua medali dari Kejuaraan Balap Sepeda Trek Asia 2020 di Jincheon, Korsel, yang dipercepat pada 17-22 Oktober 2019, dan pebalap muda Angga Dwi Wahyu Prahesta yang merebut tiga medali pada Kejuaraan Balap Sepeda Trek Asia 2019 di Jakarta, 8–13 Januari 2019.
Hingga Kamis, Kemenpora baru melakukan verifikasi proposal sepuluh cabang Olimpiade. Verifikasi terbagi menjadi dua tahap, yaitu program review serta seleksi anggaran dan administrasi. Enam cabang sudah selesai menjalani verifikasi tahap pertama. Keenam cabang itu adalah bulu tangkis, angkat besi, tenis, voli pantai, balap sepeda, dan atletik.
Selanjutnya, Kemenpora bersama cabang olahraga akan menghitung besaran dukungan anggaran terhadap program kegiatan yang sudah disetujui. Sebanyak empat cabang yang masih berproses pada tahap pertama adalah senam, skate board, taekwondo, dan tinju.
Tim balap sepeda Indonesia mengajukan anggaran Rp 10,5 miliar yang akan dipakai antara lain untuk pelatnas, uji coba, suplemen, dan peralatan. Manajer Balap Sepeda Indonesia Budi Saputro menjelaskan, pihaknya menantikan anggaran pelatnas segera cair. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan pelatnas dan uji coba ke luar negeri yang berjalan sejak awal Januari. Pebalap sepeda Chrismonita Dwi Putri, misalnya, menjalani seri terakhir Piala Dunia Balap Sepeda Trek UCI 2019-2020 di Milton, Kanada, 24-26 Januari 2020. (DNA)
“Saya menggunakan uang talangan untuk mengirim atlet ke luar negeri. Artinya, kami menunggu pencairan anggaran pelatnas,” kata Budi.
Pinjam uang
Demikian juga program tim angkat besi Indonesia sudah berjalan sejak awal Januari. Tiga atlet senior Indonesia, yaitu Eko Yuli Irawan (kelas 61 kg), Deni (69 kg), dan Triyatno (73 kg), pekan ini mengikuti kejuaraan Fajr Cup di Rasht, Iran. Pada Febuari, tim angkat besi Indonesia juga akan tampil di International Solidarity Championship dan Kejuaraan Asia Yunior di Tashkent, Uzbekistan.
Manajer tim angkat besi Indonesia Alamsyah Wijaya mengatakan, pihaknya mengajukan anggaran Rp 11,3 miliar. Namun, karena anggaran belum cair, tim angkat besi Indonesia meminjam uang Rp 300 juta untuk mengirim atlet tampil di Iran. “Kalau tidak pinjam uang, anak-anak tidak bisa berangkat,” katanya.
Yayan menjelaskan, dalam pekan ini enam cabang olahraga yang sudah selesai verifikasi program diharapkan bisa menandatangani nota kesepahaman. “Mereka memang cabang olahraga yang bisa dikatakan paling serius mempersiapkan Olimpiade. Kami harap langkah pengajuan proposal ini diikuti cabang olahraga lain sehingga dana bisa segera diproses,” ujar Yayan.