Pembelian pompa-pompa baru merupakan pengadaan dengan APBD DKI Jakarta 2020. Saat ini, prosesnya masih dalam tahapan lelang. Pompa-pompa baru itu baru bisa digunakan pada akhir tahun ini.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan menambah tujuh rumah pompa dengan 21 pompa baru pada 2020. Penambahan pompa dimaksudkan meningkatkan kapasitas penyusutan banjir pada masa mendatang.
Tujuh rumah pompa baru itu dibangun di titik-titik yang tergenang dalam sejumlah banjir awal tahun ini, antara lain Teluk Gong, Muara Angke, Kelapa Gading, dan Jati Pinggir. Rumah-rumah pompa ini menambah rumah pompa yang sudah ada sebelumnya.
Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Juaini Yusuf mengatakan, di Teluk Gong, misalnya, dari tiga unit yang saat ini sudah ada, dengan tambahan baru itu akan menjadi enam pompa. Demikian juga di Muara Angke. ”Kalau lihat kemarin, kapasitas kurang. Makanya kami tambahkan untuk menambah kapasitas yang dilayani,” katanya di Jakarta, Jumat (31/1/2020).
Pembelian pompa-pompa baru ini merupakan pengadaan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta 2020. Saat ini, prosesnya masih dalam tahapan lelang. Pompa-pompa baru itu baru bisa digunakan pada akhir tahun.
Saat ini, Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta mempunyai 478 pompa yang digunakan untuk menyusutkan genangan. Namun, pada banjir 1 Januari lalu, lebih dari 100 pompa tak berfungsi baik karena terendam ataupun tersangkut sampah. Saat ini, perbaikan masih dilakukan terhadap 24 pompa.
Adapun antisipasi banjir untuk jangka panjang adalah dengan menambah luasan waduk dan waduk baru. Menurut rencana, tahun 2020, program ini akan dilakukan di lima lokasi, yaitu Waduk Brigiff, Marunda, Pondok Rangon, Ulujami, dan Giri Kencana.
Ketua Harian Forum Daerah Aliran Sungai Nasional Chay Asdak mengatakan, semakin rentannya Jakarta mengalami genangan dan banjir mengindikasikan tanah Jakarta yang sudah jenuh oleh air. Saat ini, tidak ada pencegahan instan untuk mengatasinya. Pompa dapat digunakan untuk mengurangi dampak, tetapi tak menyelesaikan akar masalah.
Menurut Chay, untuk jangka menengah, DKI wajib melebarkan sungai dan menerapkan konsep distribusi banjir atau flood distribution concept. Konsep ini dilakukan dengan menambah kantong-kantong air di sepanjang aliran sungai di hulu dan tengah, yaitu di Depok dan Bogor. Kolam-kolam air di sepanjang aliran sungai itu akan menampung luapan sungai sebelum masuk Jakarta.
Metode ini, lanjut Chay, sangat efektif untuk mengurangi volume air sungai yang masuk ke Jakarta. Sementara untuk mengurangi kerentanan banjir akibat hujan lokal, DKI Jakarta perlu menambah kapasitas sungai dengan mengeruk dan memperlebar sungai-sungai serta menambah waduk dan juga embung.