Disney on Ice: Live Your Dreams produksi Feld Entertainment Inc memungkinkan para penonton menyaksikan aksi langsung aktor dan aktris pemeran karakter-karakter di film ini dengan gerakan menawan mereka di atas es.
Oleh
J GALUH BIMANTARA
·2 menit baca
Disney dari tahun ke tahun mampu memikat ribuan atau mungkin jutaan pasang mata untuk menonton film-film kartun produksinya. Melalui Disney on Ice: Live Your Dreams, karakter-karakter kartun favorit dibawa ke dunia nyata dengan aksi teatrikal yang lebih mengagumkan karena karakter-karakter ini berselancar di es.
Jika mendengar Disney dan es, yang cepat terbayang adalah karakter dalam film Frozen bernama Elsa, putri berambut putih dengan kemampuan magis membuat dan mengontrol es. Latar cerita film tersebut kental dengan suasana musim dingin nan bersalju yang dominan bernuansa putih serta kristal.
Disney on Ice: Live Your Dreams produksi Feld Entertainment Inc memungkinkan para penonton menyaksikan aksi langsung aktor dan aktris pemeran karakter-karakter di film ini dengan gerakan-gerakan menawan mereka di atas lapisan es.
Mereka meluncur, berputar, melompat, atau bahkan berputar sambil melompat. Namun, semua teknik itu menjadi atraktif karena dikemas dengan koreografi mengikuti alur cerita sehingga turut menggugah emosi penontonnya. Selain karakter dalam film Frozen, ada juga para tokoh dari film Moana, Coco, Beauty and the Beast, hingga Cinderella.
Pertunjukan diselenggarakan di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang, 29 Januari-2 Februari. Harga tiket berkisar Rp 200.000-Rp 1,5 juta pada hari biasa dan Rp 250.000-Rp 1,6 juta pada akhir pekan. Tiket bisa diperoleh lewat tiket.com.
Ngacakacak
Acara gratis tetapi tetap menarik untuk akhir pekan ini juga tersedia. Ada butik barang-barang preloved (bekas pakai) dan baru bernama Ngacakacak yang menyelenggarakan kelas furoshiki pada Jumat (31/1/2020) dan Sabtu (1/2/2020) pukul 11.00-13.00. Butik Ngacakacak berada di Jalan Taman Radio Dalam Raya Nomor 8.
Furoshiki merupakan teknik membungkus kado ala Jepang menggunakan kain persegi. Salah satu pendiri Ngacakacak, Roes Indra Christy, menjelaskan, kain furoshiki di era Edo pada 1600-an digunakan sebagai kain pembuntal pakaian para pengguna rumah mandi (ofuro) publik, saat ofuro publik bertumbuhan di ibu kota. Kain ini juga jadi alas berdandan saat akan mengenakan kimono.
Ada butik barang-barang preloved (bekas pakai) dan baru bernama Ngacakacak yang menyelenggarakan kelas furoshiki pada Jumat (31/1/2020) dan Sabtu (1/2/2020) pukul 11.00-13.00.
Ketika masa sakoku (politik isolasi Jepang), kesadaran terhadap kebudayaan dan estetika melonjak. Kain-kain furoshiki lantas dibuat dengan sangat indah, bahkan bersulam benang emas. Dengan berbagai teknik mengikat dan membuntal, kain dijadikan pembungkus oleh-oleh saat bepergian.
Budaya furoshiki saat ini kembali populer seiring menguatnya gerakan peduli lingkungan. ”Kami mempromosikan pengurangan penggunaan kertas ketika memberikan kado atau buah tangan kepada kerabat dan teman,” tutur Christy.
Namun, ketersediaan tempat di kelas furoshiki amat terbatas karena peminat melimpah. Christy menyarankan untuk mengonfirmasi dulu ke ponselnya di nomor 08118189226 atau ke nomor pendiri Ngacakacak yang lain, Asri Prizal (08119950905).