Meluasnya Penyebaran Virus Korona Picu WHO Tetapkan Darurat Kesehatan Global
›
Meluasnya Penyebaran Virus...
Iklan
Meluasnya Penyebaran Virus Korona Picu WHO Tetapkan Darurat Kesehatan Global
Dengan ditetapnya status darurat ini, bukan berarti bahwa WHO tidak percaya terhadap China. Justru sebaliknya, WHO sangat yakin dengan komitmen, kemampuan, dan transparansi China dalam mengontrol penyakit ini.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
GENEVA, JUMAT – Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO akhirnya menyatakan epidemi penyakit pernapasan akut 2019-nCoV dari Wuhan, China, sebagai darurat kesehatan global. Keputusan ini diambil setelah Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mendapatkan masukan dari para pakar dalam pertemuan, Kamis (30/1/2020) waktu setempat atau Jumat dini hari WIB.
Setelah status tersebut ditetapkan, konsekuensinya adalah respons internasional, termasuk pendanaan internasional, untuk menanggulangi penyakit ini makin besar.
Tedros menegaskan bahwa penetapan status ini bukan didasarkan atas apa yang sedang terjadi di China, tetapi lebih karena apa yang mungkin terjadi di luar China. “Kekhawatiran terbesar kami adalah potensi virus ini untuk menyebar ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lemah yang tidak bisa mengatasi jika ada wabah terjadi,” kata Tedros.
Status darurat ini juga bukan berarti bahwa WHO tidak percaya terhadap China. Justru sebaliknya, WHO sangat yakin dengan komitmen, kemampuan, dan transparansi China dalam mengontrol penyakit ini.
Tedros menyatakan, dalam beberapa minggu terakhir dunia telah menyaksikan munculnya penyakit yang disebabkan oleh virus korona tipe baru yang belum diketahui sebelumnya yang berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Untuk sementara WHO menyebutnya sebagai penyakit pernapasan akut 2019-nCoV.
Penyakit ini kemudian menyebar luas ke berbagai negara. Sejauh ini sudah ada 18 kasus positif penyakit pernapasan akut nCoV di 18 negara di luar China. Bahkan, sudah ada kasus penularan antarmanusia di Jerman, Jepang, Vietnam, dan Amerika Serikat.
Sudah ada kasus penularan antarmanusia di Jerman, Jepang, Vietnam, dan Amerika Serikat.
Sejauh ini total ada 7.834 kasus positif penyakit pernapasan akut akibat virus korona baru, sebanyak 99 persen atau 7.736 kasus di antaranya berada di China. Korban meninggal akibat penyakit ini sudah mencapai 213 orang per Jumat siang.
“Kami tidak mengetahui dampak seperti apa yang diakibatkan jika penyakit ini sampai di negara dengan sistem kesehatan yang lemah. Kita harus bertindak sesuatu sekarang untuk mencegah negara-negara di dunia bersiap dengan kemungkinan itu,” kata Tedros.
“Atas alasan itulah, saya menyatakan kedaruratan kesehatan global terhadap wabah penyakit pernapasan akut akibat virus korona baru 2019,” tegas Tedros.
Jeremy Farrar, Direktur Wellcome Trust, menilai keputusan WHO “sangat tepat”. “Pernyataan bahwa penyakit ini sudah menjadi darurat kesehatan global akan memperkuat fokus pemerintah untuk melindungi warganya. Negara-negara dengan ekonomi lemah cenderung akan kesulitan melakukan tindakan untuk mencegah penyebaran penyakit ini," kata Trust.
Dampak ekonomi
Walaupun telah menetapkan status darurat kesehatan global, WHO tidak merekomendasikan--bahkan menentang--pembatasan perjalanan dan perdagangan dengan China. Pada kenyataannya, sejumlah negara telah mengevakuasi warganya dari China, melarang warganya bepergian ke China, dan banyak maskapai penerbangan yang juga menghentikan operasional penerbangan ke China.
Para ekonom khawatir, dampak ekonomi akibat penyakit pernapasan akut 2019-nCoV ini lebih besar daripada epidemi Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) yang menewaskan 800 orang dan mengguncang perekonomian global sebesar 33 miliar dolar AS.
Saat ini, dampak ekonomi dari penyakit akibat virus korona tipe baru ini sudah terlihat seiring dengan banyaknya perusahaan multinasional yang menghentikan oeprasionalnya di China. Perusahaan paling mutakhir yang menutup perusahaan cabangnya di China adalah Google dan IKEA. Pasar saham juga terdampak epidemi ini. (REUTERS)