.Penambangan emas ilegal serta penebangan hutan dinilai merupakan penyebab kerusakan lingkungan pemicu bencana. Pemerintah berkomitmen untuk menutup tambang-tambang ilegal.
Oleh
TIM KOMPAS
·3 menit baca
RANGKASBITUNG, KOMPAS - Pemetaan pascabencana menemukan banjir bandang yang melanda Bogor, Jawa Barat, dan Lebak, Banten, pada awal Januari 2020 disebabkan kerusakan lingkungan. Penambangan emas ilegal serta penebangan hutan dinilai merupakan penyebab kerusakan lingkungan pemicu bencana. Pemerintah berkomitmen untuk menutup tambang-tambang ilegal.
”Ke depan, tambang (ilegal) itu harus dihentikan. Kami sedang merencanakan pasca-penutupan langkah-langkah yang akan dilakukan nanti. Sudah ada rencana mengeluarkan perpres penanganan pasca-penambangan,” kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin seusai acara penanaman pohon di halaman Gedung Negara Rangkasbitung, Lebak, Kamis (30/1/2020).
Kemarin, Wapres beserta sejumlah menteri mengunjungi pengungsi di Depo Pendidikan dan Pelatihan Tempur Resimen Induk Daerah Militer III Siliwangi di Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak. Perpres yang akan mengatur rehabilitasi lahan bekas tambang, kata Wapres, tidak hanya berlaku untuk Lebak, tetapi juga untuk semua daerah di Indonesia. Pertimbangannya, kerusakan lingkungan akibat penambangan ilegal juga terjadi di Bogor, Bengkulu, dan Sulawesi Utara.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya memaparkan, berdasarkan penelitian Kementerian LHK, terdapat 50 titik longsor di Lebak dan 65 titik longsor di Bogor. Longsor terjadi karena ada banyak aktivitas penambangan emas ilegal di Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang berada di sebagian Lebak dan Bogor.
Wapres menambahkan, pemerintah pusat siap membantu merelokasi warga. Namun, relokasi baru bisa dilakukan setelah pemerintah daerah melaporkan data lengkap warga yang harus direlokasi. Pemerintah akan memberikan bantuan Rp 50 juta untuk warga yang rumahnya rusak berat, Rp 25 juta rusak sedang, dan Rp 10 juta rusak ringan. Penyintas bencana mendapat bantuan Rp 500.000 per bulan.
Berawal di Pasir Madang
Kepala Bidang Pemetaan Kebencanaan dan Perubahan Iklim Badan Informasi Geospasial (BIG) Ferari Pinem mengatakan, dari 1.700 ha luas Desa Pasir Madang, Sukajaya, Kabupaten Bogor, yang longsor mencapai 420 ha. ”Hampir seperempat desa ini hilang. Ini yang jadi sumber banjir bandang di Bogor dan Lebak,” kata Ferari.
Desa Pasir Madang berada di punggung perbukitan yang membelah dua bagian aliran sungai, yaitu ke barat di wilayah Bogor dan ke timur di Kabupaten Lebak, Banten. ”Kalau kawasan ini longsor lagi, ada potensi banjir bandang kembali melanda Bogor dan Lebak,” ujar Ferari. Ferari menambahkan, kawasan hutan di hulu harus dikembalikan fungsi ekologisnya. Untuk itu, diperlukan penataan ulang tata ruang. ”Kami merekomendasikan Desa Pasir Madang tidak boleh menjadi permukiman,” ucapnya.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana Agus Wibowo mengatakan, lahan yang longsor dan miring akan direhabilitasi dengan ditanami vetiver. Sesuai perhitungan BIG, jumlah bibit vetiver 12.000 tanaman per ha. ”Relokasi permukiman masih dibahas,” ujarnya.
Efek domino
Banjir bandang dan longsor di Bogor dan Lebak tidak hanya menimbulkan kerugian, seperti bangunan rusak atau korban jiwa. Kehidupan sosial dan ekonomi korban juga terdampak hingga jangka waktu lama. Bencana itu, misalnya, merusak infrastruktur transportasi di Lebak. Ada 27 jembatan permanen dan gantung yang putus, serta jalan ambles sepanjang 40 meter. Sawah atau lahan produktif juga banyak yang tertutup lumpur tebal.
Sekretaris Daerah Lebak Dede Jaelani mengatakan, Lebak ada dalam transisi menuju pemulihan hingga empat bulan ke depan. Selama masa ini, perbaikan infrastruktur menjadi fokus perhatian. Pihaknya belum mendapatkan angka final perkiraan kerugian akibat bencana awal tahun di Lebak. (NTA/AIK/JOG/GIO/VAN)