AS Galang Pendekatan Multilateral dalam Isu Pencurian Ikan
›
AS Galang Pendekatan...
Iklan
AS Galang Pendekatan Multilateral dalam Isu Pencurian Ikan
AS mendorong negara- negara sahabatnya menegakkan hukum maritimnya, serta kedaulatan dan hak berdaulatnya. Washington sangat terbuka bekerja sama dalam pengembangan kemampuan pasukan penjaga laut dan pantai negara mitra.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Amerika Serikat mengajak negara-negara di sekitar Samudra Pasifik menangani pencurian ikan lewat mekanisme multilateral. Sebab, tidak ada negara yang mempunyai kapasitas memadai untuk mengatasi masalah itu sendirian.
Komandan Pasukan Penjaga Laut dan Pantai AS untuk wilayah Pasifik Laksamana Madya Linda Fagan menyebut pencurian ikan adalah masalah dunia. Cadangan pangan dunia dapat terganggu oleh penangkapan ikan secara ilegal dan tidak dilaporkan (IUUF) yang tidak tertangani.
”IUUF harus diatasi bersama. Saya mendorong pendekatan multilateral dan pembahasan tentang bagaimana menyelesaikan masalah ini,” ujar Fagan di sela-sela lawatan ke Jakarta, Jumat (31/1/2020).
Fagan mengunjungi Indonesia dan menemui sejumlah lembaga terkait keamanan dan keselamatan kemaritiman di Tanah Air. Ia, antara lain, menyambangi Badan Keamanan Laut serta Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Isu Natuna dalam konteks keamanan maritim termasuk yang dibahas dalam pertemuan Fagan dengan Bakamla. ”Pendekatan multilateral cenderung lebih baik. Kita akan lebih kuat jika bersama,” katanya.
Isu pencurian ikan di Tanah Air mencuat pada awal tahun ini saat kapal-kapal Bakamla mengusir kapal-kapal penjaga laut dan pantai China dari zona ekonomi eksklusif Indonesia di Laut Natuna Utara, Desember 2019. Kapal-kapal itu diketahui mengawal kapal nelayan China yang mencuri ikan di sana.
Peran Bakamla
Fagan menekankan pentingnya pasukan penjaga laut dan pantai, termasuk Bakamla, dalam penegakan hukum di laut. AS mendorong negara- negara sahabatnya menegakkan hukum maritimnya, serta kedaulatan dan hak berdaulatnya.
Karena itu, Washington sangat terbuka bekerja sama dalam pengembangan kemampuan pasukan penjaga laut dan pantai negara-negara mitranya. Selama beberapa tahun terakhir, pasukan penjaga laut serta pantai AS dan Bakamla telah bekerja sama terkait keamanan kemaritiman.
Dari lawatan ke Bakamla, Fagan mengapresiasi Bakamla yang sedang berkembang menjadi pasukan penjaga laut dan pantai Indonesia itu. ”Ini perjalanan panjang seperti kami dulu,” katanya.
AS membutuhkan lebih dari seabad untuk punya pasukan penjaga laut dan pantai seperti sekarang. Dimulai dari Pasukan Penyelamat Laut pada abad ke-19, AS mengembangkan satuan khusus yang kini menjadi pasukan penjaga laut dan pantai sejak pertengahan abad ke-20. ”Wilayah tugas saya dari San Francisco sampai (pesisir) Madagaskar. Juga sampai Kutub Utara,” ujarnya.
Secara terpisah, Deputi Operasi dan Latihan Bakamla Laksamana Muda TSNB Hutabarat menyebut Bakamla memprioritaskan berbagai kerja sama guna peningkatan kapasitas di bidang keamanan dan keselamatan maritim. Kerja sama peningkatan kemampuan penegakan hukum, penguatan pusat kendali operasi laut, pertukaran informasi maritim, serta rencana pembangunan pusat pendidikan Bakamla juga jadi prioritas.
Sepanjang 2019, Bakamla dan pasukan penjaga laut dan pantai AS terlibat dalam sejumlah kegiatan di kawasan. Anggota Bakamla ikut pelatihan yang digelar AS, mulai dari teknis mesin, pengelolaan perbekalan di pangkalan, hingga kesehatan.