Penyebaran Wabah Virus Korona Baru Melampaui SARS
Virus korona pemicu SARS memang lebih mematikan, tetapi virus korona galur baru dari Wuhan, China, lebih sulit dideteksi dan mudah menular dari manusia ke manusia.
Virus korona pemicu SARS memang lebih mematikan, tetapi virus korona galur baru dari Wuhan, China, lebih sulit dideteksi dan mudah menular dari manusia ke manusia.
Hanya dalam sebulan, jumlah orang terinfeksi 2019-nCoV sudah melampaui serangan virus SARS yang mewabah sepanjang November 2002 hingga Juni 2003. Virus korona pemicu SARS memang lebih mematikan, tetapi korona galur baru dari Wuhan, China, ini lebih sulit dideteksi dan mudah menular dari manusia ke manusia.
Pada Jumat (31/1/2020), jumlah kasus infeksi 2019-nCoV sudah sebanyak 9.776 yang tersebar di 23 negara. Sebanyak 9.658 kasus ditemukan di China, terutama di Kota Wuhan, Provinsi Huebei, yang menjadi sumber awal wabah ini. Adapun korban meninggal sebanyak 213 orang, semua dari China.
Ini berarti jumlah kasus infeksi virus 2019-nCoV di China sudah menyalip virus korona pemicu SARS yang menginfeksi 5.327 orang di China dan mengakibatkan 349 korban meninggal. Secara global, wabah SARS menginfeksi 8.098 orang di 29 negara dan mengakibatkan 774 orang meninggal.
Terus meluasnya serangan 2019-nCoV ini membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan status darurat kesehatan global. ”Kekhawatiran terbesar kami adalah potensi penyebaran virus ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah yang tidak siap untuk menghadapinya,” kata Sekretaris Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Baca juga: Virus Korona Menjadi Darurat Kesehatan Global
Di luar China infeksi virus ini telah ditemukan di Thailand (14 kasus), Hong Kong (12 kasus), Jepang (11 kasus), Singapura (10 kasus), Taiwan dan Australia (9 kasus), Malaysia (8 kasus), Makau (7 kasus), Korea Selatan dan Amerika Serikat (masing-masing 6 kasus), Perancis (5 kasus), Jerman dan dan Uni Arab Emirat (masing-masing 4 kasus), Kanada (3 kasus), Italia dan Vietnam (2 kasus), Kamboja, Finlandia, India, Nepal, Filipina, dan Sri Langka (masing-masing 1 kasus).
Virus korona baru ini dikhawatirkan juga telah menyebar ke negara-negara lain tanpa diketahui karena virus ini lebih sulit dideteksi dibandingkan dengan SARS. Orang terinfeksi SARS tidak menularkan virus sampai beberapa hari setelah gejala muncul dan yang paling menular pada hari kesepuluh atau setelah inkubasi penderita dalam tahap parah. Oleh karena itu, isolasi pasien yang efektif sudah cukup untuk mengendalikan penyebaran.
”Jika virusnya menular sebelum gejala muncul atau bahkan jika virus bisa ditularkan tanpa gejala, SARS akan jauh lebih sulit di atasi, bahkan bisa jadi tidak mungkin untuk dikendalikan,” kata Direktur Pengendalian Penyakit Menular WHO Brian Doberstyn dalam buku SARS, How Global Epidemic was Stopped (WHO, 2006).
Tanpa gejala
Masalahnya, virus korona baru ini memiliki karakter penularan seperti yang dikhawatirkan Doberstyn tersebut. Sekalipun SARS memiliki tingkat kematian lebih tinggi, yaitu 9,6 persen, dibandingkan dengan 2019-nCoV yang hanya sekitar 2 persen, virus korona galur baru ini lebih menular.
Riset Qun Li dari Chinese Center for Disease Control and Prevention dan tim yang diterbitkan di The New England Journal of Medicine pada 29 Januari 2020 menunjukkan, 2019-nCoV telah menular dari manusia ke manusia sebelum virus ini pertama kali diidentifikasi.
Dalam kajian ini, peneliti mempelajari 425 pasien pertama yang terinfeksi 2019-nCoV. Empat kasus pertama infeksi virus baru korona diidentifikasi oleh rumah sakit di kota Wuhan pada 29 Desember 2019 menggunakan mekanisme pengawasan untuk pneumonia dengan sebab yang tidak diketahui. Mekanisme ini dibangun setelah tahun wabah SARS.
Baca juga: Sebaran Virus Korona Meluas, Korban Terus Bertambah
Meski demikian, sebelum identifikasi pertama, virus korona baru dipastikan telah menular dari manusia ke manusia. Sebanyak 55 persen pasien yang terinfeksi sebelum 1 Januari 2020 terkait dengan Pasar GrosirMakanan Laut Huanan, di Wuhan. Namun, data juga menunjukkan ada peningkatan eksponensial jumlah kasus infeksi di kalangan penduduk Wuhan yang tidak terpapar dengan Pasar Makanan Laut Huanan sejak akhir Desember.
Sebelum identifikasi pertama, virus korona baru dipastikan telah menular dari manusia ke manusia.
Kajian ini juga menemukan, periode inkubasi rata-rata virus ini adalah 5,2 hari dengan interval 4,1 hingga 7 hari. ”Penularan dari manusia ke manusia di antara kontak dekat telah terjadi sejak pertengahan Desember dan menyebar secara bertahap dalam waktu sebulan setelah itu,” tulis Li.
Tak terdeteksi
Keterlambatan deteksi virus2019-nCoV di Wuhan disebabkan sebagian orang yang terinfeksi tanpa gejala sakit. Kini, laporan terbaru Camilia Rothe dari University Hospital LMU Munich dan tim di New England Journal of Medicinei pada 30 Januari 2020 menyebutkan, orang yang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala sakit ternyata dapat menyebarkan virus korona baru ini.
Orang yang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala sakit ternyata dapat menyebarkan virus korona baru ini.
Kasus ini melibatkan seorang perempuan dari Shanghai yang melakukan perjalanan ke Jerman untuk perjalanan bisnis pada 19 Januari hingga 22 Januari 2020. Perempuan ini tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit, termasuk batuk dan demam, sehingga lolos penapisan awal. Dia hanya sakit dalam penerbangan kembali ke China dan dikonfirmasi pada 26 Januari telah terinfeksi virus 2019-nCoV.
Namun, pada 24 Januari, seorang pengusaha Jerman berusia 33 tahun, yang mengadakan pertemuan dengan perempuan itu pada 20 dan 21 Januari, menderita sakit tenggorokan, kedinginan, dan nyeri otot dengan demam dan batuk. Tes menunjukkan bahwa pengusaha Jerman ini telah terinfeksi 2019-nCoV.
Pada 28 Januari, tiga rekan kerja pengusaha Jerman ini juga dinyatakan positif terkena virus. Padahal, hanya satu dari pasien ini yang melakukan kontak dengan perempuan dari Shanghai itu, sedangkan dua lainnya hanya kontak dengan laki-laki (pengusaha) Jerman.
”Fakta bahwa orang tanpa gejala adalah sumber potensial infeksi 2019-nCoV harus menjadi dasar penilaian ulang dinamika transmisi wabah saat ini,” tulis Rothe.
Jerman adalah salah satu dari empat negara, bersama dengan Vietnam, Jepang, dan Amerika Serikat, yang telah melaporkan adanya penularan virus tersebut secara domestik di dalam negeri. Semua penularan ini awalnya dibawa orang dari China tanpa diketahui yang bersangkutan telah terinfeksi sehingga lolos dalam pemeriksaan awal.
Semua penularan ini awalnya dibawa orang dari China tanpa diketahui yang bersangkutan telah terinfeksi sehingga lolos dalam pemeriksaan awal.
Seperti kasus di Jerman, di Jepang, seorang sopir bus wisata di Jepang yang telah mengangkut wisatawan dari Wuhan juga dinyatakan positif terinfeksi virus korona. Dengan sifatnya yang asimtomatik ini, sebagian orang yang telah terinfeksi tetapi tanpa gejala sakit bisa saja menularkan virus ke orang lain tanpa diketahui. Oleh karena itu, penapisan suhu tubuh bisa kurang efektif untuk penapisan virus ini.
”Meskipun saat ini China telah melakukan larangan pergi bagi seluruh penduduknya guna menghentikan penyebaran virus dan di Indonesia saat ini telah dibekali termoscaner sebagai modal penapisan di semua pintu masuk, hal itu tidak menjadi jaminan,” kata Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Ede Surya Darmawan dalam keterangan tertulis.
Baca juga: Ilmuwan Australia Mengopi Virus Korona Baru untuk Cari Terobosan Pengobatannya
Kekhawatiran bahwa virus ini telah masuk ke Indonesia memang beralasan. Sekalipun hampir semua negara yang memiliki intensitas kunjungan orang dari Wuhan yang tinggi telah mengonfirmasi adanya infeksi virus ini, seperti Thailand, Jepang, Malaysia, hingga Singapura, hingga kini belum ada konfirmasi infeksi 2019-nCoV di Indonesia. Padahal, data dari Business 1ntelligence Service (B1S) m1nd, Indonesia menyumbang 7 persen dari sekitar 1,4 juta penerbangan keluar dari Wuhan antara Desember 2018 dan November 2019 atau peringkat keenam terbesar.
Dengan karakter virus baru korona ini yang bisa menularkan dari orang yang terinfeksi walaupun tanpa gejala, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS merekomendasikan pengujian beberapa kategori spesimen klinis, termasuk tiga jenis spesimen meliputi pernapasan atas, pernapasan bawah dan spesimen serum, serta jenis spesimen tambahan (seperti feses dan urine) terhadap orang yang dicurigai. Spesimen tersebut harus dikumpulkan sesegera mungkin setelah Patient Under Investigation (PUI) diidentifikasi terlepas dari waktu onset gejala.
Kita tentu berharap virus korona baru ini memang belum masuk ke Indonesia. Namun, kita juga harus menyiapkan skenario terburuk jika virus ini diam-diam telah masuk ke negeri ini.