Tujuh Mahasiswa asal Sumatera Selatan yang Belajar di China Kembali ke Tanah Air
›
Tujuh Mahasiswa asal Sumatera ...
Iklan
Tujuh Mahasiswa asal Sumatera Selatan yang Belajar di China Kembali ke Tanah Air
Tujuh mahasiswa asal Sumatera Selatan yang tengah menuntut ilmu di China tiba di Palembang, Sabtu (1/2/2020). Meski berasal dari sejumlah kampus yang jauh dari Wuhan, mereka diminta pulang oleh keluarganya yang cemas.
Oleh
Rhama Purna Jati
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Tujuh mahasiswa asal Sumatera Selatan yang tengah menuntut ilmu di China tiba di Palembang, Sabtu (1/2/2020). Meski berasal dari sejumlah kampus yang jauh dari Wuhan, mereka diminta pulang oleh keluarganya yang cemas pada penyebaran virus korona jenis baru.
Ketujuh mahasiswa itu berasal dari Palembang, Prabumulih, Ogan Komering Ilir, dan Muara Enim. Mereka tiba di Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II, Palembang, pukul 17.15.
Saat tiba di bandara, suhu tubuh mereka diperiksa dengan alat pendeteksi suhu. Tujuannya, memastikan suhu tubuh tidak lebih dari 38 derajat celsius. Tidak hanya itu, mereka juga kembali menjalani pemeriksaan tubuh menggunakan termometer digital dan serangkaian pemeriksaan lain.
Saat diperiksa, para mahasiswa tersebut menggunakan masker. Petugas juga memberikan kartu kewaspadaan kesehatan untuk dibawa pulang seluruh mahasiswa.
”Kami pulang karena orangtua khawatir dengan kondisi di China,” ucap Adam Amrismafasyah (19), salah seorang mahasiswa.
Kami pulang karena orangtua khawatir dengan kondisi di China.
Adam menerangkan, selama perjalanan pulang dari China ke Palembang, dirinya singgah di Bangkok, Thailand, dan Jakarta. ”Kami juga melewati sejumlah tahap pemeriksaan yang sangat ketat,” lanjutnya.
Mahasiswa semester 3 Jurusan Ekonomi Internasional dan Perdagangan Jiansu Normal University China ini mengatakan, kabar tentang virus ini sudah terdengar sejak akhir Desember tahun lalu. Hanya saja, kondisinya semakin mencekam dalam dua minggu terakhir.
”Hampir semua moda transportasi umum berhenti beroperasi. Praktis kami hanya mengandalkan taksi,” ucapnya.
Tidak hanya itu, untuk mendapatkan makanan pun sangat sulit. Kalaupun ada, jumlahnya terbatas dan harganya sangat mahal. Bahkan, untuk mendapat izin keluar dari asrama pun sangat sulit.
”Sekitar 90 persen mahasiswa Indonesia di kampus saya sudah pulang, sisanya memilih menetap di sana,” ujar Adam.
Adam menuturkan, saat ini hingga 15 Februari nanti adalah masa liburan kuliah. Namun, jika kondisi belum aman, pihak kampus akan memperpanjang waktu liburan. ”Kalaupun liburan tidak berlanjut, kami diperbolehkan mengajukan cuti sampai wabah ini teratasi,” lanjutnya.
Anisa Sekar (18), mahasiswi di Changchun University, mengatakan, isu tentang virus korona menyebar sangat cepat. ”Bahkan kami hampir kehabisan masker. Akhirnya, kami hanya bisa diam di kamar,” ujarnya.
Akan tetapi, komunikasi dengan pihak Kedutaan Besar dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia di China masih terus terjalin. Persatuan pelajar Indonesia setempat juga tidak berhenti memberikan bantuan.
Bahkan kami hampir kehabisan masker. Akhirnya, kami hanya bisa diam di kamar.
Kepala Seksi Pengendalian Karantina dan Surveillance di Kantor Kesehatan Pelabuhan Palembang dokter Fenty Wardha menyebutkan, setelah menerima laporan ada tujuh mahasiswa yang pulang ke Palembang, pihaknya langsung melakukan serangkaian pemeriksaan. ”Hal ini bertujuan untuk memastikan mereka bukan terduga virus korona,” katanya.
Fenty menuturkan, setelah ini, pemantauan lanjutan akan dilakukan pemerintah daerah masing-masing. ”Pemantauan harus dilakukan karena masa inkubasi virus ini bisa mencapai 14 hari. Bisa saja gejala itu baru muncul ketika mereka sudah berada di daerahnya masing-masing,” ujarnya. Gejala itu seperti batuk, demam, dan flu.
Pemantauan harus dilakukan karena masa inkubasi virus ini bisa mencapai 14 hari. Bisa saja gejala itu baru muncul ketika mereka sudah berada di daerahnya masing-masing.
Pemeriksaan serupa akan terus dilakukan di pintu masuk warga, baik kedatangan internasional maupun domestik. Di SMB II ada sejumlah penerbangan internasional, yakni Malaysia dan Singapura. ”Kami akan menerapkan pemeriksaan yang sama pada orang yang baru datang dari sejumlah negara yang memiliki kasus korona,” katanya.
Pemeriksaan yang sama dilakukan di sejumlah pintu masuk, seperti pelabuhan. ”Bahkan, kru dari kapal asing yang negara asalnya juga memiliki kasus korona juga akan kami diperiksa,” kata Fenty.