Perkembangan e-sports memiliki masa depan yang cerah di Indonesia. Paling tidak terlihat dari turnamen Piala Presiden 2020. Peserta dari tingkat lokal mulai mampu bersaing di tingkat internasional.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Pada tahun ini gelaran Piala Presiden E-sports mampu menyedot peserta hingga 177.098 peserta. Tak hanya dari Indonesia, sebanyak 39 atlet e-sports dari Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Kamboja turut memeriahkan turnamen yang baru dilaksanakan sejak tahun lalu tersebut.
Jumlah tersebut jauh meningkat dibandingkan dengan peserta tahun lalu yang hanya mencapai 15.000 orang. Penonton yang memadati laga grand final di Indonesia Convention Exhibition, Tangerang, Banten, Minggu (2/2/2020), pun menambah semarak perlombaan.
”Tahun ini semakin menarik dan saya berharap peserta pada 2021 dapat diikuti lebih dari 200.000 peserta,” kata Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali dalam pidato penutupnya.
Menurut Zainudin, semakin bertambah banyaknya jumlah peserta pada tahun ini menunjukkan bahwa perkembangan e-sports atau olahraga elektronik di Indonesia luar biasa. Karena itu, pemerintah akan terus memberikan dukungan agar olahraga ini dapat terus maju. Ia berharap, agar semakin banyak turnamen e-sports di Indonesia.
Zainudin menegaskan, e-sports memiliki dampak yang positif apabila disalurkan ke arah yang benar. Kegiatan ini masuk dalam olahraga karena memiliki nilai sportivitas dan profesionalitas.
Nilai tersebut terlihat dari hasil Piala Presiden Esports 2020. Meskipun Indonesia menjadi tuan rumah, tetapi pemenang dari turnamen ini berasal dari Vietnam.
Team Flash berhasil menjadi juara untuk pertandingan gim Free Fire. Sementara itu, juara eFootball Pro Evolution Soccer (PES) diraih oleh Nguyen Tuan Anh.
Indonesia hanya mampu menang untuk turnamen yang diikuti oleh peserta dari dalam negeri. Aby Ramadhan berhasil menjuarai Mobile Premier League untuk gim Fruit Dart dan Dio Alsabah menjuarai gim asal Indonesia, Ultra Space Battle Brawl.
Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Marciano Norman pun berharap perdebatan tentang e-sports masuk dalam kategori olahraga atau bukan agar segera dihentikan. Ia ingin olahraga ini terus dikembangkan karena peminatnya yang semakin besar.
”Olahraga ini sudah dipertandingkan dalam laga ekshibisi pada Asian Games 2018 dan dipertandingkan secara resmi pada SEA Games 2019. Bahkan, atlet Indonesia meraih prestasi pada turnamen tersebut. Ini jelas bagian dari olahraga,” ujar Marciano.
Ia menegaskan, KONI sangat terbuka apabila Pengurus Besar E-sports Indonesia masuk ke dalam anggota KONI. PB ESI hanya tinggal melengkapi persyaratan yang dibutuhkan.
Menanggapi pernyataan Marciano, anggota Dewan Pembina PB ESI Sandiaga Uno akan berusaha agar olahraga ini dapat terus berkembang untuk jangka panjang. Ia ingin, olahraga ini tidak hanya mengundang antusiasme dari pemain dan penggemarnya. Namun, perlu ada tata kelola, regulasi, dan kompetisi yang mendukung.
Ia menjelaskan, saat ini PB ESI sedang membentuk kepengurusan di tingkat Provinsi. Sejauh ini proses tersebut berjalan lancar karena mendapatkan dukungan dari daerah. Dengan adanya PB ESI, ia berharap tidak ada kebijakan yang tumpang tindih. ”Kami ingin atlet Indonesia dapat dibina hingga tingkat kelas dunia. Indonesia memiliki peluang tersebut,” ujar Sandiaga.
Besarnya pertumbuhan e-sports di Indonesia dirasakan oleh para pemain dari Vietnam. Pemain Team Flash, Doan Ngoc Phuoc mengatakan, antusiasme e-sports di negaranya masih kalah dengan Indonesia.
”Industri e-sports di Indonesia lebih besar karena antusiasme dari peminatnya yang tinggi. Saya pikir industri e-sports di Indonesia bisa lebih cepat berkembang daripada di Vietnam,” ujar Phuoc.
Hal senada dituturkan Nguyen Tuan Anh. Ia sempat diragukan dapat bisa menjadi juara di Piala Presiden Esports 2020 sebab turnamen ini diikuti oleh Rizky Faidan yang telah banyak mengikuti turnamen tingkat dunia. Karena itu, nama Rizky sangat dikenal oleh para pemain eFootball PES profesional, termasuk di negaranya.
Menurut Anh, Indonesia memiliki banyak atlet esports hebat yang dapat bersaing di tingkat internasional. ”Atlet Indonesia biasa bermain dengan berani dan tangguh,” ujar Anh yang juga merupakan atlet renang tersebut.
Ketua Panitia Penyelenggara Piala Presiden Esports 2020, Giring Ganesha mengatakan, e-sports dapat menjadi masa depan bangsa Indonesia. Hal tersebut terlihat dari perkembangan turnamen Piala Presiden yang hanya berasal dari tingkat lokal, tetapi mampu berkembang ke tingkat internasional. Ia berharap, turnamen ini dapat menjadi bagian dari sejarah e-sports Indonesia.
Bagi Aby yang baru bermain MPL sejak 6 bulan lalu, turnamen ini menjadi langkah baru dalam hidupnya. Remaja 15 tahun tersebut akan terus berusaha menekuni hobinya dan berharap dapat menjadi pemain e-sports profesional. Meskipun demikian, ia tidak akan melupakan tugasnya sebagai seorang pelajar, yakni sekolah.