Desa Kedungbanteng dan Desa Banjarasri, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (3/2/2020), kembali tergenang banjir. Kondisi kali ini bahkan lebih parah daripada banjir yang terjadi sebelumnya.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Desa Kedungbanteng dan Desa Banjarasri, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (3/2/2020), kembali tergenang banjir. Kondisi genangan kali ini bahkan lebih parah daripada banjir yang terjadi sebelumnya. Masyarakat beraktivitas di tengah genangan.
Camat Tanggulangin Sabino Mariano mengatakan, Desa Kedungbanteng dan Banjarasri dilanda banjir sejak awal tahun. Namun, banjir paling parah terjadi dua pekan belakangan. Pada Sabtu lalu, banjir sempat surut, bahkan benar-benar kering.
”Sekarang banjir datang lagi setelah hujan deras mengguyur pada Minggu (2/2/2020). Kondisi banjirnya bahkan lebih parah dibandingkan yang terjadi sebelumnya. Di jalan ketinggian airnya 50 sentimeter (cm), padahal sebelumnya jalan itu sudah diuruk tanah,” ujar Sabino.
Sekarang banjir datang lagi setelah hujan deras mengguyur pada Minggu. Kondisi banjirnya bahkan lebih parah dibandingkan yang terjadi sebelumnya.
Tinggi genangan air di permukiman warga mencapai 50 cm hingga 80 cm. Padahal, saat banjir sebelumnya, ketinggian genangan air sekitar 40 cm dan terdalam sekitar 70 cm. Banjir merendam rumah warga di sembilan rukun tetangga (RT) di dua desa yang lokasinya bersebelahan tersebut.
Karena kondisi banjir yang lebih parah, masyarakat berjaga mulai Minggu malam hingga dini hari. Sejumlah instansi, seperti kepolisian sektor, kecamatan, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sidoarjo juga bersiaga apabila masyarakat memerlukan evakuasi ke tempat yang lebih aman.
Selain permukiman warga, banjir juga merendam Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kedungbanteng dan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Tanggulangin. Sebelumnya, hanya SMPN 2 Tanggulangin yang terendam, sedangkan sekolah dasar hanya tergenang bagian halamannya. Air tidak sampai masuk kelas.
Pantauan di lokasi, banjir merendam semua ruang kelas di SDN Kedungbanteng. Sementara di SMPN 2 Tanggulangin, banjir merendam 19 ruang dengan rincian 11 ruang kelas dan 8 ruang lain, seperti laboratorium, ruang UKS, bimbingan konseling, ruang olahraga, dan koperasi.
”Banjir yang terjadi sebelumnya hanya merendam tujuh ruang kelas. Jadi, ada tambahan empat ruang kelas yang terendam saat ini. Ruang kelas yang tidak terendam tinggal yang lantainya sudah ditinggikan 60 cm, sebanyak empat ruang,” kata Kepala SMPN 2 Tanggulangin Al Hadi.
Desa Kedungbanteng dan Desa Banjarasri merupakan daerah rawan bencana karena dilanda banjir setiap tahun. Namun, pada tahun-tahun sebelumnya, banjir hanya berlangsung beberapa jam, bahkan paling lama tiga hari sudah surut. Baru di tahun ini dua desa itu justru tak pernah surut dari genangan.
Selain hujan deras, banjir disebabkan sungai dan saluran air yang melintasi dua desa itu buntu di mana-mana. Permukaan sungai penuh sampah rumah tangga, terutama popok bayi sekali pakai dan tanaman gulma. Perilaku masyarakat yang membuang sampah di sungai menjadi masalah utama.
Selain itu, sedimentasi sungai sangat tinggi dan mengeras karena bertahun-tahun tidak ada program normalisasi. Pengerukan dasar sungai terkendala sulitnya akses untuk alat berat. Hal itu terjadi karena bantaran sungai terokupasi oleh bangunan liar berupa warung kopi, warung makan, dan jembatan yang tidak standar.
Pekan lalu, Camat Tanggulangin Sabino Mariano menginisiasi kerja bakti massal melibatkan 350 warga untuk membersihkan sungai dan saluran air. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo juga telah mengerahkan alat berat untuk mengeruk dasar sungai. Namun, hal itu dilakukan secara parsial karena terbatasnya akses untuk alat berat.
Menurut Sabino, pihaknya akan menelusuri lebih jauh lagi terkait penyebab permasalahan banjir di Desa Banjarasri dan Kedungbanteng. Sebab, upaya yang sudah dilakukan ternyata belum membuahkan hasil, bahkan banjir semakin parah. Upaya yang dilakukan, seperti menguruk jalan dengan tanah agar lebih tinggi, juga sia-sia karena material akhirnya terbawa air.