Temui Presiden, Bupati dan Perwakilan Warga Natuna Bertolak ke Jakarta
›
Temui Presiden, Bupati dan...
Iklan
Temui Presiden, Bupati dan Perwakilan Warga Natuna Bertolak ke Jakarta
Delapan orang perwakilan warga Natuna, Kepulauan Riau, Senin (3/2/2020), bertolak ke Jakarta menemui Presiden. Mereka ingin pemerintah memindahkan lokasi karantina WNI yang dipulangkan dari Wuhan.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
NATUNA, KOMPAS — Delapan orang perwakilan warga Natuna, Kepulauan Riau, Senin (3/2/2020), bertolak ke Jakarta untuk menemui Presiden Joko Widodo. Mereka ingin pemerintah segera memindahkan lokasi karantina 238 orang yang dipulangkan dari Wuhan, China, ke tempat yang lebih jauh dari permukiman.
Bupati Natuna Abdul Hamid Rizal mengatakan, pemerintah daerah sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan karantina 238 warga negara Indonesia (WNI) yang dipulangkan dari Wuhan. Untuk mengantisipasi penularan, ia meliburkan siswa SD dan SMP selama 14 hari sampai karantina di Natuna selesai.
”Fasilitas di RS Terintegrasi Tingkat III Pangkalan Udara Raden Sadjad itu tidak memadai. Jadi, saya heran mengapa pemerintah memilih lokasi itu sebagai tempat karantina,” kata Abdul.
Dari pantauan, sejak pagi, sekitar 500 orang berkumpul di Gedung DPRD Natuna untuk menuntut pemindahan lokasi karantina. Abdul yang baru saja tiba dari Batam setelah mengikuti rapat di Polda Kepri sempat dilempari warga dengan botol air mineral. Mereka kecewa karena selama beberapa hari ini ia tidak berada di Natuna.
Salah satu tokoh warga, Novain Pribadi, mengatakan, warga kecewa karena pemerintah terkesan memaksakan kehendak tanpa mempertimbangkan suara warga setempat. Oleh karena itu, warga meminta Bupati Natuna dan tujuh perwakilan warga menemui Presiden di ke Jakarta pada hari ini juga.
”Warga Natuna tidak pernah menolak saudara WNI dari China. Yang kami tolak itu kebijakannya karena tidak pernah ada sosialisasi dan koordinasi dengan warga ataupun pemerintah daerah,” ujar Novain.
Tuntutan warga yang utama, lanjut Novain, pemerintah diminta memindahkan tempat karantina ke lokasi yang jauh dari permukiman. Salah satu opsi yang ditawarkan warga adalah, selama berada di Natuna, WNI dari Wuhan bisa dikarantina di KRI-594 Semarang yang berfungsi sebagai kapal rumah sakit.
Menurut Novain, pemilihan lokasi karantina di RS Terintegrasi Tingkat III Lanud Raden Sadjad menimbulkan kepanikan warga. Sebanyak 29 keluarga dari total 90 keluarga di Kelurahan Penagi, lokasi terdekat dari RS tersebut, saat ini mengungsi ke tempat lain karena khawatir tertular virus korona jenis baru.
RS Terintegrasi Tingkat III Lanud Raden Sadjad terletak di Ranai yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Natuna. Di lokasi itu, saat ini, stok masker, vitamin C, dan pembersih tangan sudah langka karena diborong warga.
Hal itu juga menjadi salah satu tuntutan warga yang selama empat hari terakhir berunjuk rasa. Mereka meminta pemerintah pusat memperhatikan kesehatan dan keselamatan warga Natuna. Pemerintah diminta menyediakan bantuan berupa alat pelindung diri dan obat-obatan dengan jumlah mencukupi.
”Kami titip pesan melalui Bupati dan tujuh orang perwakilan warga agar menyampaikan aspirasi kami itu kepada Presiden secara langsung,” ucap Novain.
Kepala Polres Natuna Ajun Komisaris Besar Nugroho menyatakan, 531 aparat gabungan diturunkan untuk mengawal unjuk rasa tersebut. Menurut dia, sampai saat ini, aksi protes warga masih berlangsung damai. Ia berharap pertemuan di Jakarta segera membuahkan solusi yang bisa diterima semua pihak.