Tertekan Virus Korona, China Luncurkan Stimulus Ekonomi
›
Tertekan Virus Korona, China...
Iklan
Tertekan Virus Korona, China Luncurkan Stimulus Ekonomi
Merebaknya kasus virus korona tipe baru turut memukul kinerja ekonomi China. Menyikapi situasi itu, Pemerintah China akan memberi stimulus untuk menopang kinerja ekonomi.
Oleh
Benny D Koestanto
·3 menit baca
BEIJING, MINGGU — Bank sentral China pada Minggu (2/2/2020) menyatakan akan menggelontorkan dana stimulus 1,2 triliun yuan atau sekitar 173 miliar dollar AS ke dalam perekonomian. Stimulus itu diharapkan memompa perekonomian negeri itu di tengah tekanan berantai akibat merebaknya virus korona tipe baru dan efek lanjutan perang dagang dengan AS.
Bank Rakyat China (PBOC) mengatakan, stimulus itu akan diluncurkan pada awal pekan ini. Stimulus itu dimaksudkan sebagai sarana Beijing mempertahankan ”likuiditas yang masuk akal dan berlimpah” dalam sistem perbankan serta pasar mata uang yang stabil, terutama selama masa epidemi virus korona jenis baru.
Dengan stimulus itu, diperkirakan keseluruhan likuiditas sistem perbankan China akan menjadi 900 miliar yuan (129 miliar dollar AS), lebih besar nilainya daripada periode yang sama tahun lalu. Langkah ini akan dimulai saat dibukanya kembali pasar keuangan China, Senin ini, setelah masa liburan Festival Musim Semi yang diperpanjang berakhir.
Korona
Virus korona jenis baru yang mirip SARS yang berasal dari pusat kota Wuhan di China kini telah menginfeksi lebih dari 14.000 orang di negara itu dan merenggut lebih dari 300 nyawa. Selain stimulus, pihak PBOC juga mengumumkan langkah-langkah khusus pada Sabtu pekan lalu terkait dengan merebaknya virus itu. Pihak bank sentral menyatakan bakal meningkatkan dukungan moneter dan kredit bagi perusahaan yang membantu dalam memerangi virus tersebut, seperti perusahaan medis.
Bank sentral China mendesak lembaga keuangan untuk menyediakan ”sumber daya kredit yang cukup” untuk rumah sakit dan unit penelitian medis. Pihak berwenang juga melonggarkan tarif atas barang-barang yang diimpor untuk digunakan dalam perang melawan virus, termasuk yang dari AS, negara yang telah terlibat dalam perang dagang selama sekitar dua tahun terakhir.
Upaya lanjutan
Langkah untuk menyuntikkan likuiditas ke dalam sistem keuangan China itu dilakukan ketika pemerintah tengah bekerja untuk menopang kepercayaan dari masyarakat dan dunia usaha pada ekonomi yang sebenarnya sudah melambat. Komisi Regulasi Sekuritas China mengatakan pada hari Minggu bahwa dampak epidemi virus korona jenis baru itu terhadap pasar keuangan hanya jangka pendek semata. Hal itu diproyeksikan tidak akan memengaruhi tren jangka panjang, demikian dilaporkan People’s Daily, salah satu media yang dikelola pemerintah.
Namun, sektor transportasi dan pariwisata China telah terpukul karena liburan Festival Musim Semi yang sepi tahun ini. Sejumlah acara berskala besar dibatalkan, tempat-tempat umum ditutup, dan orang-orang didesak untuk tetap berada di rumah sebagai langkah untuk mengatasi wabah tersebut.
China telah menyarankan warganya untuk menunda perjalanan ke luar negeri dan membatalkan tur wisata berkelompok di luar negeri dan domestik. Bioskop-bioskop ditutup seiring dengan penundaan peluncuran-peluncuran film terbaru.
Negara-negara lain pun telah meminta dan melarang warga mereka bepergian ke China. Ini juga seiring dengan langkah sejumlah maskapai mengurangi jadwal penerbangan ke negeri itu. Manufaktur juga telah membatasi aktivitasnya. Raksasa teknologi Taiwan Foxconn, misalnya, memilih menutup operasional pabriknya di China hingga pertengahan Februari, yang memungkinkan lebih banyak karyawan lokal untuk menunda kembalinya mereka setelah istirahat pada masa libur Imlek.
Toyota, IKEA, Starbucks, Tesla, McDonald’s, dan Volkswagen adalah beberapa perusahaan raksasa yang untuk sementara waktu menghentikan produksi atau menutup gerai mereka di China. Raksasa teknologi Tencent juga berada di antara perusahaan yang memerintahkan staf mereka untuk bekerja di rumah hingga 10 Februari.
Sektor transportasi dan pariwisata China terpukul merebaknya virus korona tipe baru.
Pertumbuhan ekonomi China mencapai 6,1 persen tahun lalu, paling lambat dalam kurun waktu tiga dekade. Para analis memperingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi itu dapat melemah lebih lanjut jika penyebaran patogen misterius tersebut berlangsung untuk waktu yang lama. Analis pada lembaga Standard & Poor’s mengatakan, konsumsi berkontribusi sekitar 3,5 poin persentase dari tingkat pertumbuhan ekonomi China pada 2019. Penurunan konsumsi sebesar 10 persen akan menurunkan sekitar 1,2 poin persentase dari PDB negeri itu. (AFP).