Tokoh Nasional Lepas Kepergian Gus Sholah lewat Media Sosial
›
Tokoh Nasional Lepas Kepergian...
Iklan
Tokoh Nasional Lepas Kepergian Gus Sholah lewat Media Sosial
Meninggalnya pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah, menjadi perhatian sejumlah tokoh nasional. Mereka berdukacita dan mengenang sosok Gus Sholah lewat akun media sosial.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepergian pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah, memantik reaksi warganet di jagat media sosial. Berita wafatnya Gus Sholah menjadi salah satu isu yang paling diperbincangkan pada Senin (3/2/2020) pagi.
Media sosial Twitter dipenuhi ungkapan belasungkawa atas kepergian Gus Sholah. Berita kepulangan Gus Sholah menjadi topik yang paling dibicarakan sejak Senin Minggu (2/2) malam. Pada Senin pagi, isu kepulangan Gus Sholah masuk menjadi enam besar trending topic di Twitter. Sejumlah tokoh, dari cendikiawan hingga politisi, mengucapkan duka mendalam melalui media sosial setelah adik mantan Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid itu berpulang pada Minggu (2/2/2020) malam di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta.
”Selamat jalan Gus Sholah. Guru bangsa yang tenang, teduh, kharismatik, dan sangat santun. Kami akan merindukanmu Gus. Terima kasih atas seluruh kebaikan yang telah engkau berikan bagi negeri ini. Selamat jalan. Sampaikan salam kami untuk Gus Dur, Gus,” tulis Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Jansen Sitindaon di akun Twitter miliknya.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD juga merasa kehilangan sosok Gus Sholah. Di mata Mahfud, Gus Sholah adalah seorang senior dan sahabat yang tidak pernah berhenti berkhidzmah bagi kemanusiaan dan kebangsaan. Menurut Mahfud, saat sedang sakit pun, Gus Sholah kerap menghubungi dirinya untuk menolong orang-orang yang merasa terzalimi.
”Gus Sholah disenangi dan menyenangi orang banyak. Rekam jejak perjalanan hidupnya menunjukkan kehebatannya sebagai keluarga ulama yang berpikiran modern dan terbuka,” kata Mahfud MD.
Politisi Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono, punya kesan tersendiri bersama Gus Sholah. Agus mengatakan, Gus Sholah pernah menyemangati dirinya yang mulai menekuni dunia politik dan kemasyarakatan.
”Pertemuan dengan Gus Sholah itu menyelipkan banyak makna, nasihat, dan pelajaran berharga tentang Islam, kebangsaan, kenegaraan, dan kerakyatan,” kata Agus melalui akun Instagram miliknya.
Akun media sosial partai politik pun turut mengucapkan belasungkawa. Akun Twitter DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), misalnya, menyebut Gus Sholah sebagai ulama yang memberikan banyak hikmah kepada bangsa Indonesia. DPP Partai Solidaritas Indonesia dan Partai Kebangkitan Bangsa juga langsung menuliskan ucapan belasungkawa beberapa jam setelah Gus Sholah berpulang.
Selalu dikenang
Ketua MPR Bambang Soesatyo mengatakan, keluarga besar MPR berkabung atas wafatnya Gus Sholah. Bambang mengatakan, almarhum Gus Sholah akan selalu dikenang sebagai negarawan yang gigih menjaga dan merawat persatuan bangsa.
Selain sebagai tokoh bangsa, menurut Bambang, Gus Sholah telah menjadi tokoh panutan karena selalu bekerja dan berbicara demi persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh sebab itu, kata Bambang, tidak hanya segenap keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU) yang merasa kehilangan. Para sahabat Gus Sholah dari berbagai kalangan dan komunitas lainnya pun merasakan kehilangan, termasuk Partai Golkar.
”Nama almarhum tak akan pernah hilang dari catatan Partai Golkar sebab pada pemilihan presiden tahun 2004, Partai Golkar meminang Gus Sholah sebagai calon wakil presiden untuk disandingkan dengan calon presiden Wiranto,” kata Bambang melalui siaran pers.
Bambang mengenang Gus Sholah sebagai sosok yang sering menerima dan menampung keluh kesah dari beragam kalangan. Itu sebabnya, banyak komunitas menjadikan almarhum Gus Sholah sebagai sosok pejuang martabat kemanusiaan. Bambang menyampaikan, Gus Sholah melakoni peran itu tanpa pamrih.
”Dia menyuarakan berbagai persoalan melalui sejumlah tulisan yang dipublikasikan serta tak segan menyampaikan kritik yang konstruktif,” ujar Bambang.
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan atau Zulhas merasa sangat kehilangan atas kepergian Gus Sholah. Zulhas mengaku akan merindukan nasihat-nasihat, kerendahan hati, dan kedalaman ilmu Gus Sholah. Ia menilai, Gus Sholah adalah sosok yang mewarisi semangat perjuangan ayahnya, KH Wahid Hasyim.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto juga menyampaikan ucapan belasungkawa dari keluarga besar PDI-P atas kepergian Gus Sholah. Sepanjang hidupnya, Gus Sholah selalu mengingatkan bangsa Indonesia agar menjaga negeri ini tetap solid dan kokoh serta menjaga keragaman.
Pada akhir hidupnya, kata Hasto, Gus Sholah kembali ke pesantren sebagai pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Kembalinya Gus Sholah ke pesantren dimaknai Hasto sebagai upaya mengingatkan semua pihak perihal pentingnya pesantren sebagai soko guru kemajuan bangsa.
Sebelum meninggal, Salahuddin Wahid atau yang akrab disapa Gus Sholah (77 tahun) dirawat dan dioperasi di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta. Menurut putra Gus Sholah, Irfan Wahid, jenazah almarhum akan dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga Tebuireng, Jombang, Senin (3/2) sore. Gus Sholah akan dimakamkan di samping makam kakaknya, Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid.