Anak Balita asal China dalam Perawatan Intensif di Manado
›
Anak Balita asal China dalam...
Iklan
Anak Balita asal China dalam Perawatan Intensif di Manado
Satu lagi warga negara China dirawat di RSUP Prof dr RD Kandou di Manado, Sulut. Pasien berusia 2 tahun 6 bulan itu masih diobservasi pihak RS.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Seorang warga negara China dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Pusat Prof dr RD Kandou Manado, Sulawesi Utara, karena menunjukkan gejala terjangkit virus korona tipe baru atau novel coronavirus. Saat ini, diduga masih banyak warga negara China berstatus wisatawan di Manado, tetapi belum diketahui jumlahnya.
Pasien tersebut adalah Y, warga negara China laki-laki berusia 2 tahun 6 bulan. ”Ia diterima sejak kemarin siang setelah dirujuk dari rumah sakit swasta. Pasien menunjukkan gejala infeksi virus korona tipe baru (2019-nCoV), yaitu demam, batuk, dan pilek,” kata Kepala Bidang Medik RSUP Kandou dr Handry Takasenseran, di Manado, Selasa (4/2/2020).
Pasien yang ditemani ibu dan ayahnya itu telah berada di Manado sejak 21 Januari lalu.
Saat diterima di RSUP Kandou, suhu tubuh pasien 37,5 derajat celsius. Saat ini kondisinya stabil dengan suhu tubuh 37 derajat celsius dan napasnya tidak sesak. Namun, kata Handry, keadaan pasien belum dapat dikatakan membaik karena hasil foto rontgen menunjukkan adanya radang paru-paru.
Sampel lendir telah diambil dan dikirim ke Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Jakarta untuk uji laboratorium. Hasil uji diperoleh 4-5 hari lagi. ”Kita tunggu hasilnya untuk menyatakan dia terinfeksi atau tidak,” katanya.
Menurut Handry, pasien baru mendapatkan perawatan di instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit swasta, Senin (3/2/2020). Namun, pasien yang ditemani ibu dan ayahnya itu telah berada di Manado sejak 21 Januari lalu.
Handry menyebut tidak mengetahui kota asal pasien di China. Ia juga tidak tahu tempat tinggal pasien dan keluarganya selama di Manado ataupun status keimigrasiannya. ”Fokus kami saat ini hanya merawat pasien dan memantau perkembangan kesehatan pasien. Saat ini ia terus dalam pengawasan,” katanya.
Y adalah pasien kedua yang dirawat di ruang isolasi RSUP Kandou karena dugaan terjangkit virus korona. Sebelumnya, seorang penerjemah bahasa Mandarin yang bekerja untuk maskapai penerbangan Lion Air juga dirawat setelah melayani penerbangan Wuhan-Denpasar. Namun, hasil uji laboratorium menegasikan kecurigaan infeksi virus korona.
Hingga Senin (3/2/2020), di seluruh dunia ada 17.485 kasus positif virus korona tipe baru. Sebanyak 362 orang telah meninggal, termasuk satu warga negara China di Manila, Filipina. Belum ada kasus positif virus korona tipe baru di Indonesia hingga kini.
Untuk menghindari infeksi di Tanah Air, pemerintah memutuskan menutup penerbangan langsung dari dan ke daratan China mulai Rabu (5/2/2020) pukul 00.00 WIB. Pemerintah juga berhenti memberikan fasilitas bebas visa kunjungan dan visa on arrival bagi warga negara China dan warga negara lainnya yang singgah di China dalam 14 hari terakhir.
Masih ada warga China
Pemerintah Sulut dan maskapai Lion Air telah menutup penerbangan langsung antara Manado dan China sejak Minggu (1/2/2020). Meski demikian, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sulut Lumaksono mengatakan, masih ada warga negara China di Manado yang takut pulang ke negaranya, termasuk mereka yang tiba dengan fasilitas bebas visa.
Lumaksono tidak dapat memastikan Y dan keluarganya tiba dengan fasilitas bebas visa. Secara teknis, wisatawan China masih boleh tinggal hingga batas 30 hari. Namun, penutupan penerbangan dari dan ke China berarti mereka dapat tinggal di wilayah Sulut sampai melebihi batas waktu.
”Kalau terindikasi penyakit, tentu kami golongkan sebagai force majeure. Menurut Pasal 86 Ayat 2 Peraturan Menkumham Nomor 21 Tahun 2018, mereka diperbolehkan tinggal atas alasan kemanusiaan. Ada perpanjangan sampai 30 hari,” katanya.
Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Tempat Pemeriksaan Imigrasi Manado Arthur Mawikere mengakui, pihaknya belum dapat memastikan berapa jumlah warga negara China yang masih tinggal di Manado sejak penerbangan antara Manado dan China ditutup. Ia juga tidak mengetahui di mana mereka tinggal.
Sejauh ini, baru ada 15 warga China yang melapor ke Kantor Imigrasi Manado. Mayoritas adalah wanita dan anak-anak yang datang dengan fasilitas bebas visa untuk mengunjungi suami dan ayah mereka.
”Mereka mengajukan permohonan izin tinggal sementara. Mereka takut pulang, tetapi mau pulang pun sudah tidak ada tiket yang dijual. Saat ini kami masih menunggu kebijakan dari Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham mengenai perlakuan bagi warga China yang masih di Sulut ini,” kata Arthur.
Sementara itu, Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Sulawesi Utara dan Gorontalo I Putu Anom Dharmaya menegaskan sudah tidak ada wisatawan asal daratan China di Sulut. Semua sudah dipulangkan pada 31 Januari seiring penutupan penerbangan ke Manado dari China oleh Pemprov Sulut.
Di Hotel Sintesa Peninsula, misalnya, menurut Putu Anom yang menjabat general manager di sana, kebanyakan tamu yang menginap adalah peserta paket wisata enam hari. ”Makanya, semua sudah dipulangkan. Sekarang tidak ada lagi orang China yang bisa ke Manado untuk tujuan apa pun,” katanya.
Sementara itu, Asisten Manajer Sumber Daya Masyarakat Hotel Fourpoints Manado Marischya Paneseh mengatakan masih ada wisman asal China di hotelnya. Para wisman China yang disebutnya mayoritas penyelam itu datang jauh hari sebelum ada rencana penutupan penerbangan dari dan ke China.