Cegah Penyebaran Korona, Impor Komoditas Hortikultura asal China Ditunda
›
Cegah Penyebaran Korona, Impor...
Iklan
Cegah Penyebaran Korona, Impor Komoditas Hortikultura asal China Ditunda
Penundaan impor itu berlaku hanya untuk komoditas asal China. Impor paling besar itu adalah bawang putih dan bawang bombay. Buah-buahan juga ada, seperti jeruk, apel, dan pir.
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menunda impor sejumlah komoditas hortikultura asal China, termasuk bawang putih, dalam rangka pencegahan masuknya virus korona baru ke Indonesia. Padahal, saat ini harga bawang putih di tingkat konsumen tengah merangkak naik.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto mengatakan, penundaan impor itu berlaku hanya untuk komoditas asal China. ”Impor paling besar itu bawang putih dan bawang bombay. Buah-buahan juga ada, seperti jeruk, apel, dan pir,” tuturnya saat ditemui di Jakarta, Selasa (4/2/2020).
Penundaan impor itu berlaku hanya untuk komoditas asal China. Impor paling besar itu bawang putih dan bawang bombay. Buah-buahan juga ada, seperti, jeruk, apel, dan pir.
Kementerian Pertanian merupakan instansi pemerintah yang mengeluarkan rekomendasi impor komoditas pertanian. Rekomendasi impor ini merupakan syarat untuk mendapatkan izin impor di Kementerian Perdagangan.
Prihasto menyatakan, sejumlah importir komoditas hortikultura sudah mengajukan permohonan rekomendasi impor. Walaupun dikatakan tanaman bukan media penularan virus korona baru, pemerintah tetap harus berhati-hati dan tidak boleh abai.
Untuk itu, lanjutnya, pemerintah menyarankan agar importir mencari alternatif negara-negara sumber impor lainnya. Untuk komoditas buah-buahan, pengusaha dapat mengimpor dari Selandia Baru, Australia, sedangkan untuk bawang putih bisa mengimpor dari India, Mesir, dan Iran.
Saat ini, harga bawang putih di tingkat konsumen merangkak naik. Pusat Informasi Harga Pangan Strategis mendata, rata-rata nasional harga bawang putih di pasar tradisional pada awal Januari senilai Rp 32.650 per kilogram (kg), sedangkan pada Rabu ini mencapai Rp 47.000 per kg.
Menanggapi kenaikan harga itu, Prihasto menilai, ada permasalahan distribusi. Pasokan bawang putih di pasar nasional pun akan diisi dengan panen pada Maret mendatang yang berkisar 40.000 ton-50.000 ton.
Harga bawang putih pada awal 2019 juga mengalami lonjakan di tingkat konsumen. Lonjakan harga itu disebabkan oleh keterlambatan impor dan tidak adanya impor pada Februari-Maret 2019 (Kompas, 31/1/2020).
Sepanjang 2019, Badan Pusat Statistik mendata, nilai impor bawang putih Indonesia mencapai 529,96 juta dollar AS dengan berat sekitar 465.344 ton. Seluruh impor bawang putih pada periode ini berasal dari China.
Penyebaran virus korona baru tidak hanya berdampak pada impor, tetapi juga ekspor sejumlah komoditas unggulan nasional. Beberapa di antaranya minyak kelapa sawit mentah (CPO), besi dan baja, serta batubara.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan, ada kemungkinan ekspor CPO ke China terganggu. Gangguan itu akibat penurunan permintaan dari China yang menutup kawasan-kawasan industrinya.
”Pengaruhnya mungkin bersifat sementara karena Pemerintah China cukup serius terhadap masalah seperti ini,” katanya.
Pengaruhnya mungkin bersifat sementara karena Pemerintah China cukup serius terhadap masalah seperti ini.
Oleh sebab itu, Joko optimistis, kinerja ekspor CPO ke China dapat terjaga. Berdasarkan data Gapki, ekspor produk kelapa sawit ke China tumbuh 21,5 persen secara tahunan sepanjang 2019.