Film ”Buku Harianku” menambah ragam judul film keluarga pada industri film Indonesia yang ramah anak, yang sebelumnya belum banyak berpihak kepada anak-anak.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Film Buku Harianku garapan rumah produksi Bro’s Studio dan Blue Sheep Entertainment akan tayang di bioskop pada 12 Maret 2020. Film ini diharapkan menjadi tontonan edukatif bagi anak dan keluarga.
”Kami ingin ada film keluarga yang bisa ditonton anak-anak dan mengandung nilai (luhur) bagi mereka. Film ini sudah selesai digarap dan sekarang sedang dalam proses promosi,” kata Produser Eksekutif Film Buku Harianku Andri Putra di Jakarta, Selasa (4/2/2020).
Buku Harianku bercerita tentang Kila (Kila Putri Alam), anak perempuan berusia delapan tahun yang menghabiskan masa liburan sekolah di Desa Goalpara, Sukabumi, Jawa Barat. Ia dititipkan sang ibu (Widi Mulia) kepada kakeknya, Prapto (Slamet Rahardjo Djarot), yang seorang pensiunan tentara.
Kila bertemu dengan banyak teman baru yang sebaya dengannya di desa tersebut. Ia juga bertemu dengan seorang teman lama, Rintik (Widuri Puteri). Hari-hari mereka pun diisi dengan keceriaan.
Masalah datang ketika warga desa terjerat perangkap seorang pengusaha properti. Kila yang selalu ingin tahu dan peduli pun berusaha membantu warga keluar dari jeratan pengusaha tersebut.
Film ini juga berkisah tentang kebiasaan Kakek Prapto menulis di buku harian. Hal itu dilakukan sejak ia belia hingga menikah dan memiliki anak. Buku harian itu kemudian diwariskan kepada sang cucu. Kila pun melanjutkan warisan kakeknya dengan menulis.
”Cerita ini digerakkan oleh karakter Kila yang kemudian bertemu dengan sang kakek. Buku harian itu semacam warisan dari kakeknya. Harapannya, nilai-nilai yang terkandung dalam buku bisa diwariskan ke Kila,” kata sutradara Angling Sagaran.
Film ini dikemas dalam format musikal dengan sejumlah tarian dan nyanyian. Adapun sejumlah aktor yang terlibat dalam film ini antara lain Dwi Sasono, Ence Bagus, Gary Iskak, Daffa Raqila Putra, dan Samantha Zulaikha.
Menambah ragam
Buku Harianku dinilai menambah ragam judul film keluarga di industri film Indonesia yang ramah anak. Selama ini, film-film produksi Indonesia dipandang belum banyak berpihak kepada anak-anak.
Beberapa dekade lalu, tokoh pendidikan Soerjono atau Pak Kasur menjabarkan kriteria ideal sebuah film untuk anak-anak. Film tersebut dikatakan ideal jika mengandung unsur pendidikan. Film juga harus mengandung lelucon dan nyanyian yang menarik untuk anak-anak (Kompas, 30/4/1973).
Film anak-anak yang menuai sukses di Indonesia lahir di tahun 2000-an. Beberapa di antaranya Petualangan Sherina (2000) dan Laskar Pelangi (2008). Setiap film berhasil meraih perhatian dari 1,1 juta dan 4,7 juta penonton dari berbagai usia.
Film anak pertama kali dinikmati oleh warga Indonesia pada 1951 melalui film Si Pintjang. Film yang disutradarai Kotot Sukardi ini bisa dibilang sebagai pelopor film anak di Indonesia. Si Pintjang berkisah tentang anak difabel yang berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya dalam situasi perang (Kompas.id, 26/8/2018).
Si Pintjang berpartisipasi dalam Festival Film Internasional di Karlovy, Vary, Ceko, pada 1952. Film-film anak lain muncul setelah Si Pintjang antara lain Mardi and the Monkey (1952), Kunang-Kunang (1957), dan Bintang Ketjil (1963).