Ternyata tidak mudah mendapatkan kartu Jak - Lingko. Beginilah pengalaman saya mencari kartu itu.
Oleh
·3 menit baca
Bermula dari keinginan mengikuti ajakan pemerintah menggunakan angkutan umum untuk mengurangi kepadatan dan kemacetan lalu lintas di Jakarta, saya mencari kartu Jak-Lingko, kartu yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai alat bayar kepada sopir angkutan umum.
Namun, setelah bertanya dan mencari ke sana kemari, ternyata tidak mudah mendapatkan kartu tersebut. Beginilah pengalaman saya mencari kartu Jak-Lingko itu.
Dalam kurun waktu satu minggu, saya sudah menanyakan ke dua bank pemerintah serta 10 halte Transjakarta dan halte mikrolet, yang diinformasikan sebagai tempat penjualan kartu. Petugas selalu menjawab bahwa kartu tidak ada, ”kosong”, atau belum dikirim. Hingga sekarang kartu Jak-Lingko belum juga saya dapat.
Mengatasi kemacetan lalu lintas di Jakarta, semestinya ada kerja sama yang cepat, efektif, dan efisien antarpihak. Jak-Lingko yang langka kelihatannya masalah kecil dan sepele, akan tetapi kalau mengurus kepentingan umum mulai dari persoalan kecil saja tidak bisa cepat, bagaimana menyelesaikan persoalan transportasi yang lebih besar dan rumit di Jakarta?
Pengguna transportasi umum membutuhkan rasa aman, nyaman, ramah, dan murah. Menjadi kurang nyaman ketika saya datang ke petugas untuk membeli kartu Jak-Lingko hanya mendapat jawaban ”kosong” dan dengan cara yang tidak ramah pula. Tidak tampak empati petugas bahwa pengguna transportasi umum sedang memerlukan solusi.
Petugas yang informatif, ramah, dan cekatan sangat dibutuhkan agar masyarakat umum mau beralih ke angkutan umum. Jakarta memerlukan pemimpin yang tegas, tetapi berhati mulia. Semoga rakyat Jakarta segera terbebas dari kemacetan lalu lintas.
Bambang Utomo
Ciganjur, Jakarta
Ketinggian Belanda
Dalam rubrik Surat kepada Redaksi harian Kompas, Kamis (23/1/2020), yang dikirim oleh L Van der Zee-Oehmke, Sentul City Bogor, dinyatakan bahwa 80 persen wilayah negeri Belanda berada 20 meter di bawah permukaan laut.
Menurut informasi di situs netherlands-tourism.com, hanya sepertiga dari wilayah Belanda yang berada di bawah permukaan laut, 22 feet (6,7 meter) sementara titik tertinggi ribuan feet.
Abdul Faridhan
Cilandak, Jakarta Selatan
Catatan Redaksi:
Terima kasih atas informasi yang Anda sampaikan.
Popok Bayi dan Lingkungan
Popok sekali pakai memang praktis sehingga banyak digunakan. Namun, menurut Ecoton 2017, Sungai Brantas menjadi tempat pembuangan popok sekali pakai.
Dari total popok sekali pakai yang dibuang, 98 persen adalah popok bayi, 1,9 persen popok dewasa, dan 0,1 persen pembalut wanita. Ini baru pada satu sungai.
Bahan baku popok terdiri atas plastik, absorben, gel, pelembut, phthalate (untuk fleksibilitas), pewangi, dan pemutih. Bahan-bahan tersebut membuat sungai tercemar, populasi ikan turun, dan mata rantai ekosistem terganggu.
Ada kepercayaan jika popok dibakar akan membuat kulit bayi/anak gatal. Maka, popok banyak dibuang ke sungai.
Pemakaian popok ini bukan hanya di kota besar, melainkan juga sudah sampai tingkat desa. Bahkan, saat saya bertugas di pulau kecil, popok dibuang ke laut. Popok ibarat kebutuhan pokok yang mudah dibeli di toko, bahkan warung.
Untuk menyelamatkan lingkungan, kampanye mengurangi sampah plastik sudah berjalan. Adakah kampanye kembali ke popok kain?