Anik divonis menderita kanker payudara stadium empat. Kelumpuhan terjadi tiga bulan terakhir. Bobotnya anjlok dari 80 kilogram dan kini separuhnya.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
Kanker payudara melumpuhkan dan mengancam hidup Anik Ismawati (37), ibu tunggal dari empat anak, di Surabaya, Jawa Timur. Keberlangsungan keluarga juga terancam jika perhatian khusus dari tetangga dan aparatur negara mengendur.
Saat ditemui di rumah kontrakan ukuran 3 meter x 5 meter di Jalan Sidotopo Wetan, Gang IV, Surabaya, Jumat (31/1/2020) siang, Anik terbaring tak berdaya didampingi dua perempuan tetangganya. Hunian berupa kamar yang disekat itu berada di tengah permukiman padat penduduk dan hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki dari tepi Jalan Sidotopo Wetan.
Anik divonis menderita kanker payudara stadium empat. Kelumpuhan terjadi tiga bulan terakhir. Bobotnya anjlok dari 80 kilogram dan kini separuhnya.
Kelumpuhan membuatnya tak bisa lagi bekerja. Ekonomi keluarga sedikit ditopang dari penghasilan tak menentu anak angkat pertama, Galuh (20). Anak kedua masih duduk di bangku kelas VII SMP Negeri 15 Surabaya, anak ketiga berusia 4 tahun, dan si bungsu berusia 2 tahun.
Sejak Anik mengalami kelumpuhan, kehidupan keluarga ini juga ditopang belas kasihan dari tetangga. Penderitaan keluarga ini, yang diunggah di Facebook oleh akun Merry Rosalia, menjadi viral dan mendapat perhatian publik. Pemerintah Kota Surabaya pun memberikan bantuan. Kalangan masyarakat dan donor datang untuk bersimpati dan membantu.
Anik dan keluarganya menyambut gembira uluran tangan pemerintah dan masyarakat. Anik divonis dokter, hidupnya tak lama lagi akibat serangan kanker itu. ”Maret nanti saya akan dioperasi, tetapi harus menunggu kondisi fisik saya bagus. Tensi saya jeblok, berat badan anjlok. Kata dokter, hidup saya tinggal sebentar (tiga bulan lagi), semoga diperlama biar masih bisa merawat anak-anak,” tuturnya dengan nada tercekat.
Tiga tahun lalu, benjolan muncul di payudaranya. Namun, ia mengabaikan benjolan itu karena dianggap tak berbahaya. Kecemasan mulai menghinggapi Anik ketika benjolan membesar. Pada 2018, ia memeriksakan diri dan benjolan itu diketahui merupakan kanker payudara stadium dua. Serangan ini coba ditangani dengan kemoterapi yang kini sudah tujuh kali.
Serangan kanker kian memukul Anik. Perempuan ini lumpuh. Saat memeriksakan diri lagi, sel-sel kankernya mengganas. Tidak ada cara lain, Anik akan menjalani operasi dengan biaya ditanggung Pemerintah Kota Surabaya, Maret nanti. Saat ini Anik berjuang memperbaiki kondisi fisiknya agar siap menjalani operasi.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, pihaknya mengintervensi kehidupan Anik dan penderita kanker yang tak mampu dengan memberi bantuan, terutama menanggung iuran Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat, makanan dan minuman, pendampingan, rawat jalan, serta sarana kursi roda dan tempat tidur. Makanan pun disediakan tiap hari dan makanan tambahan setiap pekan berupa susu dan vitamin.
Untuk pencegahan, terutama kanker serviks, Pemerintah Kota Surabaya menganggarkan dana imunisasi bagi anak dan remaja. ”Tahun ini kami membangun gedung untuk kemoterapi di Rumah Sakit Suwandhi dan gedung kemoterapi dengan nuklir di Rumah Sakit Bhakti Dharma Husada,” kata Risma.
Deteksi dini
Kunci penanganan kanker ialah datang pada saat dan tempat tepat.
Deteksi dini dengan pemeriksaan utuh jadi langkah penting bagi pencegahan hingga penanganan kanker. Harapan hidup pasien menipis jika kanker sudah stadium lanjut atau membahayakan. Menurut spesialis bedah kanker payudara di Rumah Sakit Onkologi Surabaya, Ario Djatmiko, SpB Onk, kanker bisa disembuhkan jika terdeteksi secara dini atau ditangani pada tahap awal.
Penanganan kanker juga mesti memperhatikan tiga aspek, yakni menghilangkan radikal (jaringan kanker), memulihkan fungsi organ yang diserang kanker, dan mengembalikan estetika organ setelah pembedahan. ”Kunci penanganan kanker ialah datang pada saat dan tempat tepat,” ujar Ario yang juga pendiri RS Onkologi Surabaya.
Untuk itu, pemeriksaan awal, terutama pada perempuan yang rentan diserang kanker payudara dan serviks, penting dilakukan sejak dini. Kanker tak memberi gejala di awal sehingga kewaspadaan menjadi kunci keselamatan jiwa. Kesempatan sembuh terbesar pasien kanker ada pada ketepatan tindakan pertama. Akurasi tindakan dan pemeriksaan di tiap tahapan tak bisa ditawar. Kesalahan pada tindakan pertama mengurangi kesempatan sembuh.
Pengobatan kanker menghabiskan biaya besar. Untuk itu, keputusan medik terkait kanker mesti mengikuti kaidah tepat dan sadar biaya. Pemeriksaan dan penanganan kanker, lanjut Ario, patut diadakan di rumah sakit khusus kanker yang dijamin tim medisnya merupakan para ahli khusus, kompeten, cermat, dan tepercaya.
Bagi Ario, penanganan kanker membutuhkan kerja tim dokter yang cermat dan kompeten demi kendali mutu dan biaya. Dengan kata lain, penanganan kanker harus spesifik.
Sebelum mendirikan klinik, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, itu membuat sejarah dalam dunia kedokteran setelah menemukan tumor ganas kurang dari 4 milimeter pada seorang perempuan. Itu menandakan kecermatan tinggi, peralatan medik memadai, serta pembacaan akurat. Jadi, tumor diangkat melalui operasi agar tak membahayakan keselamatan jiwa pasien.