Marc Marquez selalu memberi tantangan bagi dirinya sendiri untuk menjadi lebih baik. Dia enggan terjebak kemapanan. Mentalitas itu yang bisa membuat pebalap Spanyol itu mendominasi MotoGP hingga beberapa tahun ke depan.
Oleh
Agung Setyahadi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Marc Marquez berpotensi mendominasi MotoGP dalam waktu lama karena dia selalu menciptakan tantangan baru di setiap musim. Dia tidak pernah puas dengan pencapaiannya dan selalu meningkatkan kemampuan diri agar bisa meraih lebih banyak gelar juara.
Bahkan, pebalap andalan tim Repsol Honda itu dinilai hanya tidak akan juara saat dirinya lelah. ”Dia tidak pernah berhenti. Sama seperti filosofi kami, selalu mebuat tantangan baru,” ujar Tetsuhiro Kuwata, Direktur Honda Racing Corporation (HRC), seusai peluncuran tim balap HRC dan Astra Honda Motor di Jakarta, Selasa (4/2/2020).
Motivasi besar Marc untuk selalu menjadi yang terbaik itu terlihat setiap musim. Bahkan, dia tetap memberikan yang terbaik saat cedera, seperti saat ini pada masa pemulihan bahu kanannya baru sekitar 60-70 persen. Namun, mental pebalap Spanyol itu untuk segera berlatih tak pernah terpengaruh oleh cederanya itu.
”Marc berusaha sangat keras untuk menjadi juara. Tetapi benar, dengan potensi dan kemampuanya yang sangat tinggi dan bisa menjaga motivasi serta ambisinya sepanjang tahun, dia punya peluang terus mendominasi kejuaraan ini. Namun, dia tidak boleh kehilangan kekuatan itu. Jika kehilangan sedikit saja, dia tidak akan juara lagi,” kata Alberto Puig, Direktur Tim Repsol Honda.
”Jika dia bisa terus seperti saat ini, saya yakin dia memiliki masa depan yang bagus dengan beberapa gelar juara lagi. Saya harap sampai dia lelah,” ujar Puig terkait berapa lama Marc akan mendominasi.
Mentalitas Marc untuk terus meraih gelar juara itu tecermin dari komitmennya memberikan yang terbaik pada pramusim ataupun saat musim balapan bergulir. ”Mempertahankan gelar juara memang tekanannya sangat besar, tetapi saya suka tekanan ekstra karena itu membuat saya terus berjuang menjadi yang terbaik,” ucap Marc.
Meskipun sudah merebut enam gelar juara MotoGP, Marc menegaskan, dirinya kembali dari nol awal musim ini. Dia pun sudah melupakan hasil musim lalu dan memfokuskan usahanya mempersiapkan balapan pertama 2020 di Qatar.
”Saya akan berusaha meraih gelar juara lagi, tetapi itu menuntut kerja keras. Saya akan berusaha menang di setiap balapan dan menikmati setiap balapan,” ujar pebalap berusia berusia 26 tahun itu.
Motivasi besar Marc saat ini adalah mengulangi pencapaian musim lalu saat dia menang 12 seri dan 6 kali berada di peringkat kedua. Dia hanya sekali tidak menyelesaikan balapan saat terjatuh di Austin, Amerika Serikat.
”Musim lalu musim yang sempurna dan untuk mengulanginya akan sangat sulit karena semua pebalap dan tim berbenah,” ujarnya.
Terkait dengan persiangan musim ini, Marc menilai, Yamaha akan menjadi pesaing berat. Musim lalu, dia menilai Yamaha lebih kuat daripada Ducati, dan dengan perbaikan performa motor tim lain, tantangan musim ini akan jauh lebih besar.
”Para pebalap, seperti (Maverick) Vinales, (Fabio) Quartararo, (Andrea) Dovizioso, dan (Alex) Rins, mereka akan sangat cepat dan berusaha juara,” ujar Marc.
Musim sulit
Namun, Marc menilai adiknya sekaligus rekan setim di Repsol Honda, Alex Marquez, belum akan menjadi pesaing berat dalam perebutan juara. Bagi pebalap rookie seperti Alex, tantangannya adalah beradaptasi dengan motor MotoGP yang sangat bertenaga dan sulit dikendalikan.
”Juara saat menjadi rookie memang tidak mustahil, tetapi itu luar biasa sulit. Di MotoGP, Anda akan belajar banyak hal, terjatuh karena melakukan kesalahan bodoh, bahkan saya masih melakukan kesalahan bodoh itu. Dia perlu banyak belajar menjadi lebih baik dari satu balapan ke balapan lain,” ujarnya.
Alex pun mengakui, dirinya masih mempelajari motor baru MotoGP yang jauh berbeda dengan motor Moto2 tempat dia dia juara musim lalu. Dia sudah beradaptasi saat tes shakedown di Sirkuit Sepang, Malaysia, 2-3 Februari. Dia juga akan ikut tes resmi di sirkuit yang sama pada 7-9 Februari.
”Hasil tes shakedown positif, tetapi masih banyak yang harus diperbaiki. Saya berusaha menjadi lebih baik setiap hari dan semakin kompetitif,” ujar pebalap berusia 23 tahun itu.
Terkait dengan target musim ini, Alex akan berjuang menjadi rookie terbaik sekaligus mendapat posisi yang baik. Dia akan melihat hasil balapan seri pertama di Qatar, 8 Maret, untuk menentukan target posisi yang akan diraih.
Puig menilai, tim tidak memberi target besar bagi Alex karena sebagai pebalap rookie, meraih posisi ketujuh saja akan sangat sulit. Tim akan melihat kemampuan Alex beradaptasi dengan motor RC213V 2020 dan performanya pada awal musim ini.
”Ini akan menjadi musim yang sangat sulit bagi Alex, tetapi kami yakin dengan kemampuannya. Kami akan mengevaluasi performanya. Saya harap dia bisa beradaptasi dengan motor, dan paruh awal pertama musim ini akan sangat berat bagi dia,” ujar Kuwata.
Dia menegaskan, potensi Alex sangat besar. Karena itu, dia direkrut menggantikan Jorge Lorenzo.
”Dia kami rekrut karena menjadi juara (Moto2), bukan karena saudara Marc. Bagi kami, itu (Alez adik Marc) bukan masalah, yang terpenting adalah hasil dia musim lalu. Karena dia juara Moto2, kami mulai bicara dengan dia. Kalau dia tidak juara, itu tidak akan terjadi,” kata Kuwata.