Pasta Gigi Terbukti Bermanfaat

Hasil penyelidikan klinik gigi Eastman di Inggris menunjukkan bahwa anak-anak yang menyikat giginya tiga kali sehari lebih banyak mengalami kerusakan gigi daripada mereka yang jarang atau tidak pernah menggosok gigi.

Sikat gigi dipercaya mampu membersihkan gigi dan mencegah terbentuknya karang gigi. Namun, efektivitas pasta gigi untuk melindungi gigi masih diragukan. Sikat gigi digunakan mulai 1498 setelah China menciptakan bentuk sikat yang mirip dengan yang kita gunakan saat ini.

Kemudian disempurnakan DuPont dengan sikat gigi nilon pada 1938. Jauh sebelumnya, sejak 3000 SM, bangsa Mesir menggunakan ranting pohon ara (Salvadora persica) yang ujungnya dipukul hingga berserabut atau dikunyah untuk membersihkan gigi. Laman Asosiasi Ahli Kesehatan Gigi Australia menyebut, sebuah laporan yang diterbitkan di Journal of Clinical Periodontology menyatakan, penggunaan pasta gigi tidak membantu sikat gigi dalam membersihkan karang gigi.

British Society of Periodontology menilai, ulasan tersebut menarik, tetapi tidak berarti menggunakan pasta gigi adalah buang waktu dan uang. Sikap senada dinyatakan European Federation of Periodontology. Menurut mereka, pasta gigi mungkin tidak membantu pembersihan kotoran gigi.

Namun, kandungan zat aktifnya mampu melindungi, misalnya fluorida untuk menguatkan gigi dan antibakteri untuk membunuh bakteri pada karang gigi. Pasta gigi juga membantu menghilangkan noda pada gigi dan menyegarkan napas. Banyak bukti menunjukkan, pasta gigi bermanfaat bagi kesehatan mulut dan gusi.

Bukti lain tentang manfaat pasta gigi disodorkan Jaime Cury dan Livia Tenuta dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Campinas, Brasil, dalam jurnal Brazilian Oral Research, Januari 2014. Pasta gigi yang mengandung fluorida disebutkan terbukti meningkatkan efek mekanis sikat gigi serta mengurangi karies gigi pada anak-anak dan orang dewasa.

Triklosan, salah satu zat aktif pada pasta gigi, andal mengurangi bakteri pada karang gigi serta mencegah gingivitis (radang gusi), periodontitis (infeksi gigi), karang gigi, dan halitosis (napas bau). Efektivitas triklosan dalam mengontrol mikroflora mulut juga dibuktikan Manupati Prasanth dari India dalam Dental Research Journal, pertengahan 2011.