Pemerintah memakai pendekatan holistik dalam memitigasi dampak bencana hidrologi. Cara ini diharapkan efektif memulihkan kehidupan warga dan lingkungan.
Oleh
·2 menit baca
Presiden Joko Widodo, saat meninjau lokasi longsor di Desa Harkatjaya, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (3/2/2020) siang, menekankan pendekatan menyeluruh dalam mencegah bencana banjir dan longsor. Pendekatan ini juga digunakan untuk pemulihan kehidupan warga dan mencegah bencana berulang.
Untuk mencegah longsor, pendekatan tidak lagi hanya pada penertiban fisik bangunan. Penertiban bangunan fisik diikuti penanaman pohon yang berfungsi ekologis. Tanaman dengan perakaran dalam dan tajuk pohon lebat diketahui memiliki kemampuan mengikat tanah agar tak mudah tergerus air hujan.
Dalam dua bulan terakhir, bencana hidrologi berupa banjir dan longsor menerjang sejumlah wilayah Indonesia. Sejumlah jiwa melayang dan kerusakan fasilitas umum menyebabkan kegiatan masyarakat terganggu. Ribuan keluarga kehilangan rumah tinggal akibat banjir dan longsor. Kerugian langsung mencapai ratusan miliar rupiah. Sementara kerugian tidak langsung bisa lebih besar lagi karena orang tidak dapat bekerja dan anak-anak tidak bisa bersekolah.
Pemanasan global, menurut sejumlah ahli, telah menyebabkan perubahan iklim. Kenaikan suhu muka Bumi menyebabkan kenaikan suhu muka air laut, yang menyebabkan perubahan pola curah hujan, dan bahkan memicu badai.
Selain faktor iklim, di sejumlah wilayah Nusantara, terutama Jawa, daya dukung lingkungan semakin merosot. Lebih separuh penduduk tinggal di Jawa sehingga menyebabkan tekanan pada lahan untuk industri dan permukiman. Sebagian penduduk bahkan bermukim di lahan yang tidak layak menjadi daerah hunian, seperti di lahan pertanian ataupun perkebunan.
Menyelesaikan bencana alam menuntut penyelesaian menyeluruh. Harus ada rencana tata ruang dan tata wilayah, di dalamnya termasuk peta daerah rawan bencana, yang dipatuhi semua instansi pemerintah.
Kita memiliki peta daerah rawan bencana, tetapi tidak semua pihak mematuhi. Laporan harian Kompas (27/1/2020) menemukan, peta bencana Palu mengabaikan hasil survei kerentanan gempa bumi dan likuefaksi yang disusun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika meskipun Palu mengalami bencana alam tersebut dua tahun lalu.
Untuk mengurangi tekanan terhadap lingkungan di Jawa, ekonomi daerah di luar Jawa harus tumbuh. Luas minimal hutan harus dipertahankan karena hutan memiliki fungsi hidrologi menahan air permukaan, menyimpan air hujan, dan menjaga kelembaban udara.
Langkah menanami lahan kritis dengan tanaman berfungsi ekologis yang sekaligus memberikan kehidupan berkelanjutan masyarakat hendaknya dapat dilakukan juga di tempat lain. Kita berharap Presiden Jokowi dapat mewujudkan kerja lingkungan ini dengan konsisten.