Kesehatan warga Indonesia yang diobservasi di Natuna dalam kondisi baik. Warga setempat tidak perlu cemas dan tetap dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari.
Oleh
Tim Kompas
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kondisi warga Indonesia yang berada di Pulau Natuna, Kepulauan Riau, setelah dievakuasi dari Wuhan, China, menggembirakan. Mereka tak menunjukkan tanda-tanda sakit.
Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I Laksamana Madya Yudo Margono di Natuna, Selasa (4/2/2020), menyatakan, warga negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Wuhan dalam keadaan sehat sampai hari ketiga observasi. ”Warga Natuna bisa melaksanakan kegiatan sehari-hari tanpa perlu resah. Yang perlu diperhatikan, menjaga kesehatan, terutama dengan menggunakan masker,” ujarnya.
Sebanyak 237 WNI yang sebelum ini tinggal di Wuhan, 1 WNA (suami dari WNI), 5 anggota tim aju (advance), dan 42 anggota tim penjemput kini diobservasi di hanggar Lanud Raden Sadjad. Mereka diobservasi selama 14 hari terhitung sejak kedatangan pada Minggu (2/2/2020).
Warga Natuna bisa melaksanakan kegiatan sehari-hari tanpa perlu resah.
Menurut Yudo, permukiman terdekat warga terletak di Penagi, Kecamatan Bunguran Timur, berjarak 1,3 km dari lokasi observasi. Jarak tersebut aman karena aktivitas WNI yang diobservasi dibatasi di sekitar hanggar. Pengawasan yang ketat menjamin tak ada kontak langsung dengan warga.
Ketua RT 001 Penagi Yohanes Suprianto menyatakan, awalnya ada 29 keluarga yang mengungsi, tetapi sekarang sembilan keluarga sudah kembali. ”Pelan-pelan warga mulai tenang,” ujarnya. Siswa SD dan SMP di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, kemarin kembali masuk sekolah. Sebelumnya, mereka diliburkan menyusul kekhawatiran dampak karantina WNI yang dievakuasi dari Wuhan.
Kementerian Dalam Negeri telah meminta Pemerintah Kabupaten Natuna mencabut keputusan meliburkan siswa SD dan SMP. Awalnya, siswa di Natuna akan diliburkan 14 hari sampai observasi rampung.
Kasus di China
Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian di Jakarta, kemarin, mengatakan, tingkat pertumbuhan jumlah orang yang tertular virus korona baru di China turun. Pada Januari, angkanya 64,54 persen, sedangkan pada 2 Februari silam angkanya jadi 19,65 persen. Tingkat pertumbuhan total kasus infeksi yang parah, menurut Xiao Qian, juga berkurang. Pada 27 Januari, angkanya 111,71 persen, sedangkan pada 2 Februari 8,82 persen.
Ia menyebutkan, jumlah pasien yang berhasil disembuhkan juga bertambah. Saat ini, 475 orang yang tertular virus korona tipe baru dapat disembuhkan. Fakta itu menunjukkan, pneumonia yang dipicu virus korona tipe baru dapat dikendalikan dan disembuhkan.
Dubes China menuturkan, sampai 2 Februari, komisi kesehatan China menerima laporan 17.205 kasus terkonfirmasi dan 361 kasus kematian. Secara global, hingga kemarin, penyakit pernapasan akut akibat virus korona baru dari Wuhan mencapai 20.680 kasus yang tersebar di 24 negara. Sebanyak 20.486 kasus di antaranya terjadi di daratan China.
Dari berbagai kasus positif terinfeksi, 723 orang pulih. Adapun korban jiwa 427 orang. Kasus pneumonia yang disebabkan virus korona baru muncul pertama kali di Wuhan, Provinsi Hubei, Desember 2019. Hubei lalu dikarantina oleh Pemerintah China.
Reagen baru
Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga, Surabaya, bekerja sama dengan Universitas Kobe, Jepang, memiliki reagen laboratorium yang dapat mendeteksi virus korona baru (2019-nCoV). Maka, uji spesimen pasien terduga korona bisa dilakukan di Surabaya, selain di Balitbang Kementerian Kesehatan di Jakarta.
Rektor Universitas Airlangga Mohammad Nasih mengatakan, reagen atau cairan untuk mengetahui suatu reaksi kimia terbaru ini tiba dari Jepang akhir pekan lalu. ”Akurasi reagen baru 99 persen karena ada parameter dari pasien positif virus korona baru dari Wuhan,” ujarnya. Untuk mendeteksi pasien terduga terinfeksi virus korona baru, uji laboratorium dilakukan menggunakan sampel dahak pasien.
Dahak diekstraksi, kemudian diuji reaksi dengan reagen virus korona. Pengujian dilakukan dua kali guna memperkuat diagnosis. Kemarin, Kementerian Kesehatan Singapura menyampaikan, ada enam kasus anyar virus korona tipe baru di Singapura. Ini membuat kini ada 24 kasus positif di Singapura. Satu dari enam kasus baru itu menimpa perempuan WNI yang bekerja di Singapura.
KBRI Singapura mengimbau WNI tetap waspada, menjaga kesehatan dan kebersihan, serta memperhatikan imbauan pemerintah setempat. Sementara itu, Kepolisian Daerah Kalimantan Timur menetapkan dua tersangka penyebar kabar bohong di media sosial terkait virus korona tipe baru. Masyarakat diimbau berhati-hati dalam menyebarkan informasi terkait virus ini.
Kepala Subdirektorat V Siber Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Kaltim Ajun Komisaris Besar Albertus Andreana mengatakan, polisi memeriksa warga Balikpapan, yakni KR dan FB, yang diduga merupakan penyebar pertama informasi bahwa ada orang yang positif terjangkit virus korona baru 2019-nCoV di Balikpapan melalui media sosial. (NDU/JOS/ADH/SYA/CIP)