Banjir yang merendam ribuan rumah di tujuh desa di Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, sejak Rabu (5/2/2020) malam surut pada Kamis (6/2/202) sore. Namun, warga masih khawatir terjadi banjir susulan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Banjir yang merendam ribuan rumah di tujuh desa di Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, sejak Rabu (5/2/2020) malam, surut pada Kamis (6/2/2020) sore. Namun, warga masih khawatir terjadi banjir susulan karena hujan deras masih diprediksi turun beberapa hari ke depan. Sejumlah tanggul sungai jebol.
Hingga Kamis petang, sekitar 355 pengungsi kembali ke rumah masing-masing seiring surutnya banjir. ”Warga sudah kembali dan membersihkan rumahnya. Namun, posko bencana tetap dibuka di depan kantor kecamatan,” kata Sekretaris Kecamatan Susukan Ronianto.
Sebelumnya, hujan deras sejak Rabu sore membuat Sungai Wangan Ayam dan Sungai Ciwaringin meluap pada malam hari. Menurut Ronianto, ribuan rumah dan sekitar 10.000 warga terdampak banjir dengan ketinggian 30 sentimeter hingga 2 meter tersebut. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon masih mendata jumlah rumah dan warga terdampak.
Banjir merendam Desa Susukan, Bojong Kulon, Bunder, Jatipura, Gintung Lor, Kedondong, dan Desa Ujung. Desa Susukan, Bojong Kulon, dan Desa Bunder menjadi daerah terdampak terparah karena masih kebanjiran hingga Kamis pagi.
Warga pun dievakuasi menggunakan perahu karet oleh petugas BPBD setempat, TNI, Polri, dan sukarelawan. Sebanyak 760 warga mengungsi pada malam itu.
Selain itu, banjir merendam sejumlah mushala dan bangunan kelas SDN 1 dan SDN 2 Susukan. Ratusan siswa terpaksa diliburkan. Buku, komputer, dan laptop sekolah pun ikut terendam. Balai Desa Susukan juga turut tergenang.
”Hampir setiap tahun Sungai Wangan Ayam meluap. Akan tetapi, ini yang terparah karena ribuan rumah terendam. Bahkan, (ketinggian air) sampai 2 meter. Sebelumnya, di bawah 1 meter,” tutur Ronianto. Sungai selebar hampir 15 meter itu terpisah tanggul dengan rumah warga. Jaraknya pun kurang dari 5 meter.
Ketika hujan deras berjam-jam, air sungai limpas ke permukiman. Kondisi ini diperburuk dengan adanya sampah rumah tangga yang menyumbat saluran. Seperti saat banjir, sampah plastik, pakaian, dan dahan kayu tersangkut di pagar warga.
”Sungai ini juga mengalami pendangkalan. Kalau dulu, dalamnya bisa 5 meter. Sekarang, paling 3 meter. Kami sudah beberapa kali meminta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung untuk mengeruknya. Namun, belum direalisasikan,” tuturnya.
Hampir setiap tahun Sungai Wangan Ayam meluap. Namun, ini yang terparah karena ribuan rumah terendam. Bahkan, sampai 2 meter. Sebelumnya, di bawah 1 meter.
Itu sebabnya, warga masih khawatir terjadi banjir susulan. Hingga Kamis petang, langit mendung dan berpotensi hujan.
Sementara itu, penunjuk jalur evakuasi belum ada. ”Saat sungai meluap, saya langsung umumkan kepada warga melalui pengeras suara masjid agar waspada. Belum ada persiapan mengungsi ke mana. Evakuasi pakai perahu karet juga terhambat karena gang masuk rumah warga sempit,” ujar Kuwu (Kepala Desa) Susukan H Badrudin.
Di sisi lain, daerah resapan air juga berkurang. Areal sawah dalam lima tahun terakhir dialihfungsikan sehingga berkurang, dari 800 hektar menjadi 700 hektar. ”Sawahnya jadi rumah,” ucapnya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cirebon Dadang Suhendra mengakui, banjir masih mengancam Susukan dan sejumlah daerah di Cirebon. Alasannya, ditemukan tanggul jebol di Susukan, Suranenggala, Bakung, Gamel, dan Sarabau. ”Untuk sementara, kami tutup tanggul jebol dengan bronjong," katanya.
Untuk itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan BBWS Cimanuk-Cisanggarung untuk penanganan selanjutnya terkait tanggul jebol. Selain itu, pihaknya juga menyiapkan dapur umum di Dinas Sosial Kabupaten Cirebon dan posko bencana.
Kepala BBWS Cimanuk-Cisanggarung Happy Mulya mengatakan, pihaknya berupaya mengantisipasi banjir saat ini. ”Kami sudah membentuk tim reaksi cepat. Kalau ada tanggul jebol, misalnya, kami tangani sementara dengan bronjong,” ujarnya.
Ahmad Faa Izyin, prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Kertajati, mengatakan, hujan deras masih berpotensi terjadi di wilayah Cirebon dan sekitarnya hingga Sabtu (8/12/2020). Intensitas hujan lebat dapat mencapai 50-100 milimeter per hari. Padahal, normalnya, intensitas hujan hanya 20 milimeter per hari.