Banjir Terparah di Susukan Cirebon, Ribuan Rumah Terendam
›
Banjir Terparah di Susukan...
Iklan
Banjir Terparah di Susukan Cirebon, Ribuan Rumah Terendam
Ribuan rumah warga di tujuh desa, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terendam hingga Kamis (6/2/2020) siang. Menurut warga, banjir akibat luapan Sungai Wangan Ayam dan Sungai Ciwaringin.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Ribuan rumah warga di tujuh desa, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terendam banjir sejak Rabu malam hingga Kamis (6/2/2020) siang. Warga menyebut banjir akibat luapan Sungai Wangan Ayam dan Ciwaringin itu sebagai yang terparah.
Aliran air kedua sungai tersebut meluap ke permukiman warga setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut sejak Rabu (5/2/2020) sore. Hingga Kamis pukul 11.00, banjir masih merendam ribuan rumah di Desa Bojong Kulon dan Desa Susukan dengan ketinggian air hingga 1 meter.
Akses jalan menuju kedua desa itu juga ditutup. Sejumlah warga masih berupaya menyelamatkan harta bendanya agar tidak hanyut terbawa banjir. Di Desa Susukan, sekitar 2.200 rumah dengan 7.000 warga desa terdampak banjir.
”Air masuk pada Rabu pukul 24.00. Ketinggiannya lebih dari 1 meter. Kami berempat mengungsi ke rumah tetangga yang lebih tinggi. Listrik padam. Biasanya, banjir enggak masuk rumah. Ini paling parah,” kata Rahman (32), warga Desa Susukan. Akibat bencana itu, warungnya tidak beroperasi.
Selain Susukan dan Bojong Kulon, daerah lain yang sempat terendam adalah Desa Bunder, Jatipura, Gintung lor, Kedondong, dan Ujung Gebang dengan ketinggian 30-200 sentimeter. Warga pun dievakuasi menggunakan perahu karet oleh petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, TNI, Polri, dan sukarelawan.
BPBD Kabupaten Cirebon mencatat, 760 warga mengungsi ke Masjid Jami Baitul Muslimin. Namun, siang ini, pengungsi mulai kembali ke rumah seiring surutnya air. Adapun jumlah pengungsi tersisa 355 orang. Mereka tersebar di masjid, mushala, dan rumah warga yang lebih tinggi. Petugas juga menyediakan makanan dan pemeriksaan kesehatan kepada pengungsi.
Selain mengganggu aktivitas warga, siswa SDN 1 dan SDN 2 Susukan juga tidak bisa bersekolah karena bangunan sekolah mereka terendam. ”Laptop, komputer, dan proyektor kami rusak. Sebanyak 305 siswa terpaksa tidak bisa ke sekolah karena rumah mereka juga kebanjiran. Kami tidak tahu sampai kapan anak-anak tidak sekolah,” kata Kepala SDN 2 Susukan Toip.
Kuwu (Kepala Desa) Susukan Badrudin mengatakan, sekitar 2.200 rumah dengan 7.000 warga desa terdampak banjir. ”Ini banjir terparah karena masuk rumah dan ketinggian air mencapai 2 meter. Banjir karena hujan deras beberapa jam sehingga Sungai Wangan Ayam dan Ciwaringin meluap,” katanya.
Daya dukung lingkungan memperparah dampak banjir. Sungai Wangan Ayam selebar 15 meter hanya terpisah tanggul dengan jarak sekitar 4 meter dari permukiman warga. Selain itu, kata Badrudin, areal sawah dalam lima tahun terakhir berkurang dari 800 hektar menjadi 700 hektar sehingga daerah penampungan air berkurang. ”Sawahnya jadi rumah,” ujarnya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cirebon Dadang Suhendra mengatakan, pihaknya masih mendata jumlah rumah dan warga terdampak akibat banjir. ”Kami sudah siapkan dapur umum di Kantor Dinas Sosial Kabupaten Cirebon dan tempat pengungsian,” katanya.
Sementara itu, Kepala Kepolisian Resor Kota Cirebon Komisaris Besar M Syahduddi mengatakan, 375 personel dari Polri, TNI, petugas BPBD setempat, dan sukarelawan diterjunkan untuk menangani warga terdampak banjir. Pihaknya menggencarkan patroli untuk menjamin keamanan harta benda di rumah warga yang mengungsi.