Pemerintah menjalankan perlakuan khusus kargo dari China, baik yang dibawa melalui laut maupun udara, untuk mencegah penyebaran virus korona. Setelah dikaji, ekspor impor antara Indonesia dan China bisa tetap berjalan.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah menutup penerbangan internasional dari dan ke China, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk melarang pengiriman hewan hidup serta menjalankan perlakuan khusus untuk kargo dari China. Perlakuan khusus diberlakukan baik kargo yang dibawa melalui jalur laut ataupun udara.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR di Jakarta, Rabu (5/2/2020), mengatakan, setelah dikaji, arus logistik atau ekspor impor dari dan ke China tetap dapat berjalan. Sebab, belum ada temuan penularan virus korona melalui barang atau kargo.
Demikian pula belum ada imbauan atau rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang hal itu. Namun, pemerintah akan memberlakukan penanganan kargo secara khusus.
”Kami usul agar logistik tetap berjalan, tetapi dengan perlakuan tertentu. Yang tidak diperbolehkan adalah (pengiriman) binatang hidup. Hal ini kami lakukan dengan hati-hati agar proses bisnis berjalan baik dan masyarakat tetap terlindungi,” kata Budi Karya.
Bentuk perlakuan khusus untuk penerbangan kargo adalah bandar udara yang melayani kargo dari China wajib menentukan area parkir yang terisolasi. Personel yang menangani kargo wajib menggunakan pakaian antivirus, sarung tangan, dan masker sesuai petunjuk Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) atau pihak yang berwenang.
Badan usaha dan perusahaan angkutan udara juga wajib memberikan manifes kru dan kargo yang diangkut kepada kepala bandar udara dan instansi yang berwenang lainnya, seperti KKP. Sementara kru pesawat, termasuk awak kapal, tidak boleh turun dari pesawat atau kapal. Kargo dan barang bawaan juga wajib dibersihkan atau disinfeksi.
Menurut Budi Karya, pihaknya masih menyosialisasikan hal ini, termasuk kepada maskapai penerbangan. Kementerian Perhubungan mencatat, setidaknya dalam seminggu terdapat lima penerbangan kargo dari China.
Sejak Rabu (5/2/2020) pukul 00.00, penerbangan dari dan ke China telah ditutup sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Namun, Budi Karya berharap agar penutupan tidak terjadi dalam waktu lama. Para calon penumpang yang terdampak kebijakan tersebut diharapkan mendapat penyelesaian yang baik dari maskapai penerbangan.
Sementara itu, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra mengatakan, Garuda Indonesia melayani penerbangan ke tujuh kota di China. Terkait kebijakan penutupan tersebut, terdapat beberapa jalan keluar yang ditawarkan, yakni dijadwalkan ulang, diubah ke tujuan lain, atau dibatalkan.
”Ada ribuan penumpang (yang terdampak). Namun, sejauh ini tidak ada ribut-ribut karena semua pihak mengerti. Ini kan force majeure,” kata Irfan.
Dampak lainnya, menurut Irfan, ada banyak pesawat yang tidak bisa terbang karena kebijakan itu. Oleh karena itu, pihaknya masih mengkaji kemungkinan penerbangan ke destinasi baru atau menambah trayek untuk rute tertentu, seperti menambah penerbangan ke Australia.
Ke depan, kata Irfan, Garuda Indonesia bersedia untuk berpartisipasi untuk membantu evakuasi warga negara Indonesia yang saat ini masih berada di China. Sebab, masih cukup banyak WNI di sana. Sebelumnya, Budi Karya mengatakan masih terdapat sekitar 3.000 WNI di China.