Pemerintah Kota Solo, Jawa Tengah, bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (persero) mendatangkan lokomotif uap buatan 1921. Lokomotif kuno ini akan dioperasikan untuk memperkuat daya tarik wisata Kota Solo.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYO
·3 menit baca
SOLO, KOMPAS - Pemerintah Kota Solo, Jawa Tengah, bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (persero) mendatangkan lokomotif uap buatan 1921. Lokomotif kuno yang berhasil “dihidupkan” kembali oleh PT KAI ini akan dioperasikan untuk memperkuat daya tarik wisata Kota Solo.
Lokomotif uap bernomor seri D1410 tiba di Stasiun Purwosari, Solo, Kamis (6/2/2020) sore setelah menempuh perjalanan dari Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Lokomotif tersebut merupakan buatan Hanomag Hannover, Linden, Jerman. Panjang lokomotif ini tercatat 12,65 meter, lebar 3 meter, dan tinggi 3,78 meter dengan bahan bakar kayu jati. Lokomotif ini sebelumnya pernah digunakan dengan lintasan dinas Jakarta-Bogor-Sukabumi, Jawa Barat.
“Sekarang ini akan digunakan Pemerintah Kota Solo untuk kepentingan pariwisata. Ini nilainya historinya cukup besar,” kata Executive Vice President PT KAI Daerah Operasi 6 Yogyakarta Eko Purwanto di Stasiun Purwosari, Solo, Kamis (6/2/2020).
Pada 2016 lokomotif ini didatangkan ke Solo dari Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. PT KAI kemudian melakukan restorasi di Balai Yasa, Yogyakarta. Lokomotif berusia nyaris seabad ini telah menjalani uji coba di Balai Yasa Yogyakarta sebelum dijalankan menuju Solo. “Lokomotif ini terakhir beroperasi tahun 1958,” katanya.
Lokomotif ini terakhir beroperasi tahun 1958
Menurut Eko, restorasi dilakukan oleh tenaga-tenaga ahli PT KAI. Sejumlah komponen yang rusak diganti dengan suku cadang baru yang dipesan di dalam negeri serta memanfaatkan komponen yang sama dari lokomotif uap yang lain. “Lokomotif ini sekarang sudah siap dipakai di Solo,” katanya.
Kepala Dinas Parhubungan Solo Hari Prihatno yang menyambut kedatangan lokomotif itu mengatakan, KA itu akan mendampingi kereta uap wisata Jaladara yang juga dioperasikan bekerja sama dengan PT KAI sejak 2009.
“Kalau Jaladara rutenya di dalam kota yaitu Stasiun Purwosari-Stasiun Solo Kota, ini (lokomotif D1410) nanti akan dijalankan dengan trip yang diperpanjang sampai (stasiun) Wonogiri atau Sukoharjo,” ujarnya.
Menurut Hari, kereta uap wisata Jaladara dengan tarif sewa Rp 3,5 juta per perjalanan selama ini banyak diminati wisatawan. Pada tahun 2019 tercatat ada 80 kali perjalanan ka Jaladara. Jumlah perjalanan tersebut sesuai dengan target kerja sama yang disepakati Pemkot Solo dan PT KAI. Terkait tarif wisata kereta uap hingga ke Wonogiri, Pemkot Solo akan membahas skema lebih detil dengan PT KAI.
“Dengan mengoperasikan lokomotif uap ini diharapkan daya tarik wisata meningkat sehingga akan memberi dampak ekonomi berganda bagi Solo,” katanya.
Koordinator restorasi lokomotif D1410 PT KAI, Suharyanto mengatakan, restorasi dilakukan selama sekitar tujuh bulan yaitu dimulai 18 April-5 November 2019.Saat mulai dijalankan dari Stasiun Lempuyangan menuju ke Solo, salah satu gelas penduga atau indikator level air sempat mengalami gangguan.
Setiba di Stasiun Klaten, gelas penduga kedua juga mengalami gangguan sehingga api pembakaran dimatikan. Lokomotif kemudian didorong menuju Stasiun Purwosari. Namun, Suharyanto memastikan secara umum lokomotif ini siap dioperasikan dan kini hanya perlu memperbaiki gelas penduga. “Kalau dioperasikan secara rutin, itu akan lebih bagus,” katanya.