Banjir akibat luapan Sungai Citarum kembali menggenangi ratusan rumah warga di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Warga mewaspadai hujan lebat pada malam hari karena dikhawatirkan akan menyulitkan evakuasi.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Banjir akibat luapan Sungai Citarum kembali menggenangi ratusan rumah warga di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/2/2020). Warga mewaspadai hujan lebat pada malam hari karena dikhawatirkan akan menyulitkan evakuasi.
Banjir dipicu hujan lebat lebih dari empat jam pada Rabu (5/2/2020) malam. Banjir menggenangi ratusan rumah di Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang. Tiga daerah itu dikenal langganan banjir karena dekat dengan aliran Sungai Citarum.
Hingga Kamis malam, ketinggian banjir masih di atas 1 meter. Banjir juga menggenangi Jalan Andir-Katapang sehingga tidak dapat dilalui kendaraan bermotor.
Maman (31), warga Andir, Baleendah, mengatakan, dalam beberapa hari terakhir hujan lebih sering turun pada malam hari. Akibatnya, banjir melanda pada tengah malam atau dini hari ketika sebagian besar warga sudah tidur.
”Walaupun sudah terbiasa menghadapi banjir, warga tetap waspada. Kami menyiapkan perahu dan pelampung sebagai persiapan evakuasi jika banjir meninggi,” ujarnya.
Beberapa perahu ditambatkan di depan rumah warga. Sejumlah warga juga menyiapkan pelampung di lantai dua rumah.
Walaupun sudah terbiasa menghadapi banjir, warga tetap waspada. Warga menyiapkan perahu dan pelampung sebagai persiapan evakuasi jika banjir meninggi.
Di Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, sejumlah warga memanfaatkan ban bekas sebagai pelampung. Ban bekas banyak digunakan warga yang akses ke rumahnya harus melalui gang sempit.
”Kalau pakai perahu, tidak bisa masuk gang. Ini (ban bekas) hanya untuk berjaga-jaga kalau hujan lebat,” ujar Rani (28), warga Dayeuhkolot.
Menurut Rani, banjir di Dayeuhkolot sudah sempat surut dalam dua hari terakhir. Namun, hujan pada Rabu malam membuat kawasan itu kembali tergenang.
Sebagian warga bahkan sudah menyingkirkan lumpur yang terbawa banjir. Sampah-sampah sisa banjir sebelumnya juga masih menumpuk di pinggir jalan. Warga perlu mewaspadai banjir lebih besar karena puncak musim hujan diprediksi terjadi pada Februari hingga Maret.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Enjang Wahyudin mengatakan, lebih dari 100 warga mengungsi akibat banjir itu. Mereka mengungsi ke rumah kerabat, aula desa, dan gedung olahraga.
BPBD Kabupaten Bandung telah menyiagakan posko lapangan di Gedung Inkanas, Baleendah. Tujuannya, memudahkan evakuasi karena lokasi tersebut dekat dengan permukiman warga. Di posko itu disediakan sejumlah peralatan evakuasi, seperti perahu karet dan perahu fiber.
Warga berharap upaya pemerintah untuk menanggulangi banjir di kawasan Bandung selatan segera tuntas. Salah satunya pembangunan sodetan Cisangkuy yang ditargetkan rampung tahun ini.
Pemerintah telah membangun infrastruktur pengendali banjir, seperti kolam retensi Cieunteung dan terowongan air Nanjung di Curug Jompong. Namun, infrastruktur itu belum mampu mengatasi banjir akibat luapan Sungai Citarum dan anak-anak sungainya, antara lain Cisangkuy, Cikapundung, Citarik, dan Cikeruh.
Kolam retensi Cieunteung sudah difungsikan sejak 2018. Namun, kolam seluas 8,7 hektar itu belum bisa menampung luapan Citarum di kawasan Bandung selatan. Apalagi elevasi sejumlah permukiman lebih rendah dari permukaan Citarum.
Sementara itu, Terowongan Nanjung berfungsi untuk memperlancar aliran air Citarum ke Waduk Saguling sehingga diharapkan membuat genangan banjir cepat surut. Saat meresmikan terowongan tersebut, Rabu (29/1/2020), Presiden Joko Widodo mengatakan, pembangunan infrastruktur pengendali banjir akibat luapan Citarum akan dilanjutkan.
Beberapa di antaranya sodetan Cisangkuy, kolam retensi Andir, serta pembangunan sejumlah polder di sekitar Citarum. Proyek infrastruktur itu ditargetkan rampung tahun ini. Dengan begitu, pemerintah dapat melanjutkan pembangunan infrastruktur ke kawasan hilir, seperti Karawang dan Bekasi.