China Selidiki Kematian Dokter Pengungkap Virus Korona Baru di Wuhan
›
China Selidiki Kematian Dokter...
Iklan
China Selidiki Kematian Dokter Pengungkap Virus Korona Baru di Wuhan
Dokter yang pertama kali menyebarkan informasi mengenai virus korona baru di Wuhan, Li Wenliang, meninggal. Informasi Li membuat dunia mewaspadai kemunculan virus korona baru yang telah membunuh lebih dari 500 orang.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
BEIJING, JUMAT — Li Wenliang, salah seorang dokter China yang pertama kali melaporkan kasus virus korona baru, dilaporkan meninggal di Wuhan, Hubei, China. Pemerintah China memutuskan untuk menyelidiki kematiannya.
Setelah dirawat di Wuhan Central Hospital, Li (34) akhirnya meninggal pada Jumat (7/2/2020) pukul 02.58. Ia dikabarkan telah terinfeksi virus korona baru dari pasien yang dirawatnya.
”Sebuah tim akan berangkat ke Wuhan, pusat wabah, lokasi dokter Li meninggal. Mereka akan melakukan penyelidikan komprehensif terhadap isu yang melibatkan dokter Li Wenliang yang dilaporkan oleh publik,” bunyi pernyataan Komisi Inspeksi Partai Komunis China, Jumat.
Kematian Li memicu kemarahan publik terhadap cara pemerintah menangani penyebaran virus korona baru atau 2019-nCoV, yang diduga berasal dari hewan. Pemerintah China mengakui adanya kelemahan sistem dalam merespons krisis serta mendesaknya kebutuhan peralatan medis pelindung guna mengendalikan penyebaran virus.
China tengah berupaya untuk mengontrol penyebaran virus dengan mengarantina Provinsi Hubei dan sekitarnya yang terdiri dari 50 juta penduduk. Para ilmuwan dari sejumlah negara juga tengah mencari vaksin.
Kematian Li menegaskan risiko besar yang dihadapi dokter dan tim medis yang merawat langsung pasien. Selama ini, pihak berwenang mengklaim sebagian besar korban meninggal akibat virus adalah warga lanjut usia atau warga dengan kondisi lemah sebelum terjangkit sehingga memperumit perawatan dalam penanganan virus.
Kematian Li menegaskan risiko besar yang dihadapi dokter dan tim medis yang merawat langsung pasien.
Komisi Kesehatan Nasional China, Jumat, mencatat, jumlah kematian akibat virus korona baru mencapai 636 kasus dan jumlah warga yang terinfeksi menjadi 31.161 kasus. Virus ini telah menyebar ke lebih dari 25 negara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan status darurat kesehatan global.
Jasa Li
Bagi rakyat China, Li adalah pahlawan karena dia yang pertama kali memberitakan keberadaan virus korona baru. Li adalah dokter spesialis mata di sebuah rumah sakit di Wuhan.
Pada 30 Desember 2019, Li memberi tahu grup dokter di WeChat, sebuah media sosial China, bahwa ada tujuh kasus penyakit yang menyerupai sindrom pernapasan akut parah (SARS) di Wuhan.
Li kemudian mengunggah sebuah gambar hasil tes yang mengonfirmasi virus korona yang mirip SARS dari sampel seorang pasien. Pasar pangan laut di Wuhan diduga sebagai sumber kemunculan virus.
Namun, Li dan tujuh rekannya akhirnya ditegur kepolisian Wuhan. Kepolisian mengirim surat pada 3 Januari 2020 berisi pernyataan bahwa Li sangat mengganggu ketertiban sosial melalui unggahan di WeChat.
Li pun diminta menandatangani surat itu sebagai janji untuk segera menghentikan perilaku tersebut. Jika menolak, dia akan menghadapi tuntutan pidana.
Mahkamah Agung China balik mengkritik polisi dengan argumen bahwa wabah virus korona baru tidak akan menjadi serius jika publik percaya pada pengumuman Li dan rekan-rekannya saat itu.
Pada 1 Februari 2020, Li menyatakan dirinya positif terinfeksi virus korona baru. Tak lama, Li pun meninggal.
”Dia meninggal setelah upaya menyelamatkannya gagal. Kami menyatakan belasungkawa mendalam dan penyesalan kami! Kami menghargai bagaimana dia berdiri di garis depan untuk melawan epidemi dan menawarkan belasungkawa tulus kepada keluarganya!” bunyi pernyataan Pemerintah Provinsi Hubei di Wuhan.
Media yang dikelola Pemerintah China, seperti Global Times dan CCTV, pertama kali melaporkan Li telah meninggal pada Kamis (6/2/2020) tengah malam. Namun, berita ini kemudian dihapus setelah menjadi topik utama.
Kesedihan publik
Berita kematian Li menjadi topik yang paling banyak dibaca di situs media sosial China, Weibo, dengan jumlah keterbacaan mencapai 1,5 miliar kali. Kematiannya juga dibahas dalam grup pesan pribadi WeChat.
”Nyalakan lilin dan berikan penghormatan kepada sang pahlawan. Kamu adalah berkas cahaya di malam hari,” kata seorang komentator Weibo.
Para komentator lainnya mengunggah puisi, foto, dan gambar yang memberi hormat kepadanya. Beberapa media China menggambarkan Li sebagai pahlawan yang memberitakan kebenaran.
”Perlu ada hukum yang melindungi orang-orang seperti Li. Itu akan melindungi orang-orang yang membedakan benar dan salah dalam menyampaikan informasi yang sebenarnya kepada publik dan mengungkapkan kebenaran,” kata Zhan Jian, Profesor Jurnalisme dan Komunikasi Internasional di Beijing Foreign Studies University, melalui Weibo.
Beberapa media China menggambarkan Li sebagai pahlawan yang memberitakan kebenaran.
Namun, ada juga tanda-tanda bahwa diskusi tentang kematiannya disensor, terutama yang menyalahkan pemerintah. Topik di internet yang terkenal, seperti ”pemerintah Wuhan berutang permintaan maaf kepada dokter Li Wenliang” dan ”kami ingin kebebasan berbicara” muncul pada Kamis dan menghilang keesokan harinya.
Tekanan Pemerintah China kepada Li dan rekan-rekan untuk tidak menyebarkan informasi memicu ingatan mengenai kasus serupa yang pernah terjadi. Pada 2003, China dituduh berusaha menutupi penyebaran wabah penyakit pernapasan SARS yang muncul dari pasar basah di Guangdong sebelum menyebar ke negara lain.
Dalam kasus virus korona baru yang sedang terjadi, Pemerintah China telah berkali-kali berjanji akan lebih terbuka dan transparan dalam menyebarkan informasi dan bertindak. (AFP/REUTERS)