Dalam Sepekan, Korona Sebabkan Aliran Modal Asing Rp 11 Triliun Keluar Indonesia
›
Dalam Sepekan, Korona Sebabkan...
Iklan
Dalam Sepekan, Korona Sebabkan Aliran Modal Asing Rp 11 Triliun Keluar Indonesia
Wabah korona menyebabkan aliran modal asing yang keluar dari Indonesia Rp 11 triliun dalam sepekan ini. Itu menyebabkan pembelian bersih portofolio di pasar keuangan sejak awal Januari 2020 sebesar Rp 400 miliar.
Oleh
dimas waraditya nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dalam sepekan ini, aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan Indonesia mencapai Rp 11 triliun. Aliran modal keluar ini disebabkan kuatnya sentimen penyebaran virus korona baru di kawasan Asia.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo, Jumat (7/2/2020), di Jakarta mengatakan, wabah korona menyebabkan aliran modal asing keluar dari instrumen portofolio Indonesia sebesar Rp 11 triliun dalam sepekan ini. Hal itu menyebabkan pembelian bersih investor asing atas portofolio Indonesia sejak awal Januari hingga 6 Februari 2020 hanya sebesar Rp 400 miliar.
”(Penyebaran) virus korona setidaknya berdampak pada pasar keuangan sejak awal Februari lalu. Sebagai salah satu indikator pasar keuangan global, pasar keuangan China pekan ini juga tertekan,” katanya.
Virus korona setidaknya berdampak pada pasar keuangan sejak awal Februari lalu. Sebagai salah satu indikator pasar keuangan global, pasar keuangan China pekan ini juga tertekan.
Bank sentral, lanjut Dody, akan tetap melanjutkan kebijakan akomodatif, tidak hanya terkait suku bunga, tetapi juga pelonggaran makroprudensial lain. Tujuannya untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan aliran modal asing yang masuk ke instrumen surat utang dalam negeri.
Pertengahan pekan ini, dalam Mandiri Investment Forum 2020, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, BI membeli surat utang negara (SUN) di sepanjang 2020 dengan nilai mendekati Rp 25 triliun. Hal itu guna menjaga stabilitas aliran modal asing.
Dody mengemukakan, BI dan pemerintah akan berkomitmen menjaga aliran modal asing tetap masuk. Investor asing itu tidak hanya masuk ke instrumen portofolio, tetapi juga penanaman modal secara langsung.
”BI akan terus bekerja sama dengan pemerintah untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah serta aliran modal asing yang masuk, baik melalui bauran kebijakan maupun langkah-langkah lain yang seirama,” ujarnya.
Dody optimistis kepercayaan investor asing terhadap perekonomian Indonesia masih cukup besar. Salah satu faktor yang mendorong kepercayaan ini adalah naiknya peringkat surat utang Indonesia oleh lembaga pemeringkat Jepang, Japan Credit Rating Ltd (JCR).
”Kita mendapat perbaikan surat utang Indonesia pada minggu lalu. Ini sangat positif karena investor melihat Indonesia masih menjadi tempat yang menarik,” kata Dody.
Pada 31 Januari 2020, JCR mengumumkan peringkat utang Indonesia naik dari posisi BBB pada April 2019 menjadi BBB+ dengan status penilaian stabil. Hal ini seiring penilaian terhadap perekonomian Indonesia yang semakin membaik.
Dalam laporannya, JCR menjelaskan kenaikan peringkat Indonesia mencerminkan konsumsi domestik yang solid dan menopang pertumbuhan ekonomi. Hal itu juga mencerminkan upaya perbaikan defisit anggaran dan utang swasta punya daya tahan terhadap gejolak eksternal.
Meski utang luar negeri sektor swasta kembali meningkat seiring dengan kebutuhan pembangunan infrastruktur, sebagian besar merupakan utang jangka panjang. Cadangan devisa Indonesia pun dinilai mampu memenuhi kebutuhan pembayaran utang jangka pendek.
Lembaga pemeringkat Jepang ini juga menaruh perhatian pada pembentukan omnibus law untuk memfasilitasi investasi asing sebagai penyeimbang defisit transaksi berjalan. Di samping itu, JCR menilai pengembangan infrastruktur di Indonesia terus mengalami kemajuan dan lebih cepat dari yang diharapkan.