Inspirasi dari Sumarlin, Meretas Jebakan Pertumbuhan
›
Inspirasi dari Sumarlin,...
Iklan
Inspirasi dari Sumarlin, Meretas Jebakan Pertumbuhan
JB Sumarlin, pencetus gebrakan perekonomian, kini telah berpulang. Kebijakan-kebijakan yang pernah dilahirkannya masih relevan meski sudah melewati berbagai perkembangan zaman.
Oleh
AGUSTINA PURWANTI
·3 menit baca
Johanes Babtista Sumarlin berpulang, tetapi semangatnya menjaga perekonomian Indonesia tak pernah hilang. Gebrakan Sumarlin terekam sebagai salah satu tonggak pentingdalam sejarah perekonomian Indonesia.
Di tengah rilisnya laporan kinerja ekonomi 2019 oleh BPS, Indonesia kehilangan ekonom andal yang berjasa memperjuangkan pertumbuhan ekonomi pada masanya. Kemarin, tepatnya pukul 14.15, Johannes Baptista (JB) Sumarlin, meninggal dunia. Pria kelahiran Blitar pada 7 Desember 1932 tersebut adalah Menteri Keuangan periode 21 Maret 1988 hingga 17 Maret 1993 pada Kabinet Pembangunan V di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.
Berbagai peranan penting lain yang pernah dijabatnya adalah sebagai Ketua Bappenas (1983-1988), Menteri Penertiban Aparatur Negara (1973-1983), anggota MPR (1972-1997), dan dosen di sejumlah Universitas ternama di Indonesia.
Selama menjabat menteri keuangan, Sumarlin telah memikirkan berbagai kebijakan. Salah satunya terkenal dengan sebutan ”Gebrakan Sumarlin”. Gebrakan Sumarlin pertama kali dilakukan tahun 1987 saat Indonesia mengalami kesulitan perekonomian akibat melemahnya harga minyak dan gas bumi. Saat itu, minyak adalah komoditas ekspor utama yang menjadi andalan perekonomian Indonesia.
Menanggapi hal itu, dirumuskanlah kebijakan pengetatan moneter dengan cara menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Kebijakan tersebut mampu menembus angka pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7 persen. Angka ini lebih tinggi dari target rata-rata pertumbuhan 5 persen (1988).
Pakto 88
Masih melemahnya harga minyak menuntut pemerintah kala itu untuk kembali merumuskan kebijakan yang lebih optimal. Melihat adanya kesulitan saat hanya mengandalkan aktivitas ekonomi yang bergantung pada kondisi global, maka kebijakan moneter diperkuat. Gebrakan Sumarlin berikutnya, yang hingga kini masih dikenang, adalah Kebijakan Deregulasi di Bidang Moneter. Kebijakan ini sering disebut dengan kebijakan Pakto 88 (27 Oktober 1988).
Tujuan kebijakan ini adalah meningkatkan efisiensi operasional perbankan untuk kembali memulihkan geliat perekonomian. Salah satu implementasi dari kebijakan ini adalah dibukanya perizinan untuk mendirikan kantor-kantor perbankan baru.
Fungsi perbankan sebagai lembaga intermediasi dioptimalkan untuk menggerakkan perekonomian. Dengan dibukanya banyak kantor perbankan, diharapkan bisa menampung dana dari pihak-pihak yang kelebihan dana, dan bisa disalurkan kepada pihak-pihak yang kekurangan dana. Saat itu, hanya dengan modal disetor senilai Rp 10 miliar sudah dapat membuka bank umum.
Kebijakan tersebut dinilai sangat berhasil. Harian Kompas mencatat, dalam kurun waktu sekitar 2 tahun, berhasil didirikan 3.244 kantor cabang perbankan. Jumlah tersebut meningkat hampir dua kali lipat dari sebelum diberlakukannya kebijakan Pakto 88 yang hanya berjumlah 1.700 kantor cabang.
Selama menjabat sebagai menteri keuangan, Sumarlin telah memikirkan berbagai kebijakan. Salah satunya terkenal dengan sebutan ’Gebrakan Sumarlin’.
Pergerakan ekonomi terwujud. Semakin banyaknya kantor perbankan, mampu menghimpun dana lebih banyak. Penyaluran kredit pun kian meningkat. Dampak akhirnya adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi negara.
Data Bank Dunia menunjukkan bahwa satu tahun pasca-dilakukannya kebijakan Pakto 88, pertumbuhan ekonomi mencapai angka 7,46 persen. Tahun 1988, pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 5,78 persen. Hingga tahun 1996, pertumbuhan ekonomi selalu lebih tinggi dari sebelum dilakukannya kebijakan Pakto 88.
Ekonomi kembali melemah sejak 1997. Krisis moneter yang terjadi berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang hanya mampu menembus angka 4,70 persen. Kondisi menjadi semakin buruk tepat pada tahun 1998, di mana pertumbuhan ekonomi menjadi negatif.
Kurangnya pengawasan pada perbankan yang tumbuh pesat saat itu membuat kinerjanya tidak optimal. Terjadi kredit macet di mana-mana. Berujung pada beban kerugian yang harus ditanggung bank sehingga enggan untuk ekspansi kredit. Pada masa itu, praktek kinerja perbankan memang belum optimal, pun di negara lain (Kontan, 8 Agustus 2016).
Kinerja Ekonomi
Kendati demikian, tidak dapat dimungkiri bahwa gagasan almarhum Sumarlin adalah terobosan bagi Indonesia untuk meningkatkan kinerja moneter. Hingga saat ini, penguatan sektor keuangan dan perbankan masih diterapkan sebagai salah satu strategi peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Memanfaatkan kemajuan teknologi, perbankan menghadirkan tekfin (teknologi finansial) untuk kembali menggenjot perekonomian. Tiga segmen bisnis industri jasa keuangan konvensional yang bisa dilakukan dengan adanya tekfin adalah pembiayaan atau kredit, pendanaan (funding), dan transaksi. Dengan kemudahan yang ditawarkan, pergerakan ekonomi adalah suatu keniscayaan. Perekonomian yang aktif bergerak dapat mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Perbankan di Indonesia sangat mungkin menjadi salah satu penopang perekonomian, tentunya dengan pegawasan. Perlu diingat, aset pada sektor perbankan masih mendominasi sistem keuangan di Indonesia. Sejak 2013 hingga Mei 2019, total aset di sektor perbankan tercatat mencapai lebih dari tiga perempat nilai total aset sistem keuangan Indonesia.
Sebagai tambahan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019 sebesar 5,02 persen. Menurut rilis BPS, pertumbuhan jasa keuangan dan asuransi pada triwulan IV-2019 sebesar 6,60 persen, lebih tinggi dari triwulan IV-2018 yang hanya sebesar 4,17 persen.
Jika dibandingkan dengan tahun 2018, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2019 melemah. Tahun 2018, ekonomi tumbuh sebesar 5,17 persen. BPS menganalisis, melemahnya ekonomi pada 2019 terjadi karena turunnya kinerja sektor industri. Boleh jadi industri tidak optimal karena adanya guncangan skala global.
Di tengah ketidakpastian global, penguatan moneter melalui perbankan relevan dilakukan. Dengan kata lain, Gebrakan Sumarlin adalah gagasan yang tak lekang oleh waktu, disertai pemutakhiran yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Terima kasih dan selamat jalan Pak Sumarlin. (Litbang Kompas)