Kementerian Kesehatan Tegaskan Indonesia Masih Bebas Virus Korona
›
Kementerian Kesehatan Tegaskan...
Iklan
Kementerian Kesehatan Tegaskan Indonesia Masih Bebas Virus Korona
Kementerian Kesehatan menegaskan, hingga saat ini Indonesia masih terbebas dari virus korona baru 2019-nCoV. Sampai saat ini, spesimen yang dikirim dan diperiksa hasilnya selalu negatif.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Kesehatan menegaskan, hingga saat ini Indonesia masih terbebas dari virus korona baru 2019-nCoV meski spekulasi bermunculan. Pemerintah juga terus memantau kondisi kesehatan pekerja migran Indonesia yang berada di negara-negara Asia.
Sekretaris Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto mengatakan, prosedur pemeriksaan terhadap penularan virus korona baru mengacu pada protokol Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Laboratorium pemeriksaan yang digunakan juga sudah terstandardisasi dan terakreditasi WHO secara rutin.
”Sampai saat ini, spesimen yang dikirim dan diperiksa hasilnya selalu negatif,” kata Yuri saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (7/2/2020).
Sampai saat ini, spesimen yang dikirim dan diperiksa hasilnya selalu negatif.
Prosedur pemeriksaan berdasarkan protokol WHO tersebut, lanjut Yuri, dilakukan kepada penderita yang mengalami gejala klinis mirip virus korona baru, memiliki riwayat kontak dengan pasien positif, dan mendapatkan konfirmasi laboratorium.
”Kasus positif terkonfirmasi jika gejalanya sesuai, ada kontak, dan hasil laboratorium positif,” katanya.
Kajian terbaru jurnal internasional MedRxiv-British Medical Journal (MDJ) menyebutkan, virus korona baru dinilai telah menyebar di Indonesia tanpa terdeteksi. Kajian ini merujuk pada perkiraan jumlah rata-rata penumpang yang terbang dari kota Wuhan ke kota lain.
Hasilnya menunjukkan, semakin banyak penumpang yang menuju negara tersebut, semakin banyak pula kasus yang ditemukan. Hingga saat ini, hanya jumlah kasus di Kamboja dan Indonesia yang berada di bawah perkiraan para ahli.
Menanggapi hal tersebut, Yuri mengatakan, pemerintah saat ini masih mengacu pada data dari spesimen yang dikirim dan diperiksa. Bahkan, pemeriksaan selama ini dilakukan sebanyak dua kali dalam rentang waktu seminggu dengan dua metode.
”Cara membandingkannya dengan preparat control corona yang didapat dari CDC dan PCR nCoV. Seperti yang dipakai oleh China, Singapura, dan Australia,” katanya.
Sementara itu, Yuri menyebutkan, Kemenkes selama ini terus membaca dan mendiskusikan jurnal referensi dan laporan dari WHO. Perwakilan dari WHO juga ikut duduk bersama di Kemenkes untuk membahas perkembangan teranyar setiap hari.
”Terkait dengan para eks WNI Wuhan yang diobservasi di Natuna, Kepulauan Riau, mereka mendapatkan pemeriksaan fisik selama dua kali sehari. Hingga saat ini, tidak ada satu pun yang terinfeksi virus korona tipe baru,” ujarnya.
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenkes R Vensya Sitohang mengemukakan, data uji spesimen virus korona baru yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) menunjukkan hasil negatif.
Dari 50 spesimen yang diperiksa, sebanyak 49 dinyatakan negatif. Satu lainnya masih dalam proses. ”Spesimen tersebut diambil dari rumah sakit di 18 provinsi di Indonesia,” katanya.
Terkait dengan hasil kajian jurnal internasional tersebut, Vensya akan mempelajarinya lebih lanjut. Menurut dia, hingga saat ini pemerintah telah bekerja secara maksimal. Vensya berharap masyarakat terus mendukung.
”Akan sama-sama kita pelajari. Tentunya sampai saat ini hasil dari laboratorium semuanya negatif,” katanya.
Pantau pekerja migran
Kepala Seksi Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Masa Penempatan pada Direktorat Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Maptuha mengatakan, pemerintah terus berkoordinasi dengan perwakilan di negara-negara Asia untuk memantau kondisi pekerja migran Indonesia.
”Para staf, atase, dan kepala bidang ketenagakerjaan di negara-negara lain kami minta untuk mengirimkan informasi terbaru mengenai kondisi pekerja migran yang ada di sana,” ucapnya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.
Pemerintah terus berkoordinasi dengan perwakilan di negara-negara Asia untuk memantau kondisi pekerja migran Indonesia.
Berdasarkan data dari Kemnaker per Januari 2020, pekerja migran Indonesia yang bekerja di negara-negara terdekat dengan China berjumlah belasan ribu. Mereka antara lain tersebar di Taiwan sebanyak 6.130 orang, Hong Kong (4.955), Singapura (1.410), Malaysia (5.750), Korea Selatan (283), dan Makau (2).
Maptuha menambahkan, Kemnaker juga meminta kepada staf, atase, dan kepala bidang ketenagakerjaan di 12 negara penempatan untuk memberikan imbauan pencegahan kepada pekerja. Pekerja asal Indonesia diimbau untuk menjaga kebersihan dan menghindari keramaian.
”Para pekerja diimbau untuk mencuci tangan, menggunakan masker, dan kegiatan pencegahan lain sesuai dengan arahan WHO,” lanjutnya.
Selain berkoordinasi dengan perwakilan di negara lain, Kemnaker juga terus menjalin komunikasi dengan para pembuat kebijakan di negara penempatan pekerja migran. Misalnya dengan kementerian ketenagakerjaan negara penempatan, agen penempatan, dan pihak pemberi kerja atau majikan.
”Kemnaker bersama BPJS Ketenagakerjaan juga telah memberikan bantuan masker, khususnya bagi pekerja migran Indonesia yang berada di Hong Kong, Taiwan, dan Singapura,” kata Maptuha.
Sebaliknya, pekerja asing asal China yang berada di Indonesia juga telah diberikan pembinaan K3, khususnya kesehatan kerja, untuk mencegah penyebaran virus korona tipe baru. Menurut Maptuha, per 3 Februari 2020, tenaga kerja asing asal China yang bekerja di Indonesia berjumlah 40.357 orang.
”Kemnaker juga meningkatkan peran pembina K3 di perusahaan untuk melakukan deteksi dini dan pengendalian faktor bahaya di tempat kerja,” katanya.
Sementara itu, warga negara Indonesia (WNI) yang terjangkit virus korona di Singapura saat ini dalam kondisi stabil. Meski begitu, WNI itu masih harus mendapatkan perawatan intensif.
”WNI kita masih dirawat di Singapore General Hospital dan terus dipantau oleh Kementerian Kesehatan Singapura,” ujarnya.