Kurang tidur pada anak-anak memengaruhi kesehatan fisik dan mental. Anak-anak yang kurang tidur lebih mudah mengalami depresi, kecemasan, perilaku impulsif, dan kinerja kognitif yang buruk.
Oleh
Yovita Arika
·3 menit baca
Bagi anak-anak, tidur merupakan kebutuhan dasar untuk mendukung tumbuh kembang, terutama otak mereka. Kurang tidur pada anak-anak tidak boleh dianggap sepele karena bukan hanya berpengaruh pada kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental mereka.
Kebutuhan tidur pada anak-anak berbeda-beda, sesuai umurnya. Semakin besar si anak, semakin berkurang kebutuhan tidurnya. National Sleep Foundation, Amerika Serikat, merekomendasikan, lama atau durasi tidur anak usia 0-3 bulan berkisar 14-17 jam sehari, usia 4-11 bulan berkisar 12-15 jam, usia 1-2 tahun berkisar 11-14 jam, 3-5 tahun berkisar 10-13 jam, 6-13 tahun berkisar 9-11 jam, dan 14-17 tahun berkisar 8-10 jam.
Fungsi tidur, apalagi pada anak-anak, tidak sekadar istirahat untuk memulihkan kondisi tubuh mereka setelah seharian beraktivitas atau bergerak. Tidur yang cukup bagi anak-anak juga penting untuk mendukung tumbuh kembang otak mereka. Ini antara lain terkait konsolidasi dan regulasi memori yang sangat penting untuk kesehatan mental.
Studi yang dilakukan tim Departemen Ilmu Komputer Universitas Warwick, Inggris dan Universitas Fudan, China, menunjukkan, anak-anak yang kurang tidur mengalami masalah perilaku dan kognitif. Ini berdasarkan penelitian terhadap 11.000 anak usia 9-11 tahun. Hasilnya, anak-anak yang tidur kurang dari 7 jam per hari mengalami masalah perilaku 53 persen lebih tinggi dan skor kognitif mereka rata-rata 7,8 persen lebih rendah daripada anak-anak yang tidur 9-11 jam sehari.
Anak-anak yang tidur kurang dari 7 jam per hari mengalami masalah perilaku 53 persen lebih tinggi, dan skor kognitif mereka rata-rata 7,8 persen lebih rendah daripada anak-anak yang tidur 9-11 jam sehari.
Anak-anak yang kurang tidur lebih mudah mengalami depresi, kecemasan, perilaku impulsif, dan kinerja kognitif yang buruk daripada anak-anak yang tidurnya cukup. Kinerja kognitif terkait dengan konstruksi proses berpikir termasuk mengingat, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.
”Ini menunjukkan pentingnya tidur yang cukup baik untuk kesehatan mental maupun kognisi anak-anak,” kata Profesor Jianfeng Feng, anggota tim peneliti dari Universitas Warwick seperti dikutip Science Daily, Selasa (4/2/2020). Hasil penelitian Feng, Profesor Edmund Rolls, Dr Wei Cheng dan tim ini yang berjudul ”Durasi Tidur, Struktur Otak, dan Masalah Kejiwaan dan Kognisi Anak” ini diterbitkan di jurnal Molecular Psychiatry awal tahun 2020 ini.
Faktor pengganggu
Gangguan tidur pada anak-anak dan remaja biasanya terjadi karena faktor banyaknya tugas dari sekolah, meningkatnya penggunaan telepon seluler, serta aktivitas olahraga dan sosial. ”Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menemukan alasan yang mendasari hubungan (durasi tidur dan kesehatan mental anak) ini,” kata Prof Edmund Rolls dari Universitas Warwick.
Hasil penelitian tim Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/Rumah Sakit Umum Pusat Dr Kariadi Semarang, Jawa Tengah, juga menunjukkan adanya hubungan antargangguan tidur dan masalah mental emosional anak. Penelitian terhadap anak-anak usia 4-6 tahun di Kota Semarang pada April-Mei 2016 itu diterbitkan di jurnal Sari Pediatri pada Februari 2017.
Disebutkan dalam penelitian tersebut, gangguan tidur memiliki rasio prevalensi 2,7 kali lipat untuk terjadi gangguan mental emosional dan 1,8 kali lipat untuk menjadi gangguan perilaku pada anak usia 4-6 tahun. Gangguan tidur dapat mengganggu respons amigdala di otak. Amigdala merupakan bagian otak yang berfungsi sebagai pusat pengaturan emosi dan tingkah laku.
Gangguan tidur dapat mengganggu respons amigdala di otak. Amigdala merupakan bagian otak yang berfungsi sebagai pusat pengaturan emosi dan tingkah laku.
Pada gangguan tidur, akan terjadi hiperaktivitas pada amigdala. Pada penelitian lain, anak dengan penurunan jumlah tidur mengalami gangguan pada hubungan antara amigdala dengan korteks prefrontal. Korteks prefrontal berfungsi untuk berpikir, merencanakan, memutuskan sesuatu, mengontrol emosi dan tubuh, memahami diri sendiri, empati pada orang lain, dan moral.
Karena itu bagi orangtua, sangat penting untuk memperhatikan kecukupan tidur anak-anak. Ini dapat dilakukan dengan menerapkan jam tidur pada anak, membuat suasana kamar tidur yang nyaman. Sebut saja, misalnya, dengan mengatur nyala lampu menjadi redup, menjaga kebersihan tempat tidur, serta tidak menempatkan barang-barang elektronik di dalam kamar.
Hasil penelitian menunjukkan, paparan cahaya dari televisi, telepon seluler, dan juga komputer dapat mengganggu sekresi hormon melatonin yang berakibat mengganggu siklus tidur. Para orangtua sepatutnya menjauhkan benda-benda elektronik itu dari tidur anak.