Serangan udara AS, dalam operasi kontraintelijen di Yaman, berhasil menewaskan Qassim al-Raymi, pemimpin Al Qaeda di Semenanjung Arab, yang dikenal dengan Al Qaeda in the Arab Peninsula.
Oleh
·4 menit baca
Serangan udara AS, dalam operasi kontraintelijen di Yaman, berhasil menewaskan Qassim al-Raymi, pemimpin Al Qaeda di Semenanjung Arab, yang dikenal dengan Al Qaeda in the Arab Peninsula.
Washington, Jumat—Amerika Serikat kembali mengumumkan pembunuhan pemimpin teroris. Kali ini sasarannya adalah Qassim al-Raymi yang memimpin Al Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP). Ryami adalah pemimpin AQAP ketiga yang berhasil dilumpuhkan AS. Sebelumnya, AS berhasil mengeliminasi Nasir al-Wuhayshi dan Jalal Belaidi alias Abu Hamza dalam operasi di Yaman.
Lewat pengumuman pada Kamis (6/2/2020) siang waktu Washington, Presiden Donald Trump mengatakan, Raymi tewas dalam serangan pesawat nirawak. ”AS melaksanakan operasi antiteror di Yaman dan sukses menewaskan Qasim al-Raymi, pendiri dan pemimpin Al Qaeda di Semenanjung Arab,” ujar Trump.
AS menganggap AQAP sebagai pecahan organisasi teror paling berbahaya di dunia. Kelompok itu berkembang pesat di tengah perang saudara yang melanda Yaman. ”Di bawah Raymi, AQAP melakukan kekerasan yang tidak terbayangkan kepada warga sipil di Yaman dan terus berulang kali mencoba menyerang AS dan tentara AS. Kematiannya menurunkan kemampuan AQAP dan Al Qaeda serta semakin mendekatkan akhir dari upaya menumpas ancaman grup ini pada keamanan nasional kita,” kata Trump
Tidak ada penjelasan kapan dan di mana secara pasti serangan itu dilancarkan. Sejumlah pejabat Yaman mengakui ada serangan udara oleh pesawat nirawak AS di negara itu. Walakin, serangan itu tidak untuk menyasar Raymi. ”Kami akan terus melindungi warga AS dengan memburu teroris yang membahayakan kita,” kata Trump.
Pengumuman kematian Raymi disampaikan hampir empat bulan setelah Abu Bakar al-Baghdadi dinyatakan tewas. Pemimpin Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) itu dinyatakan tewas dalam serangan pasukan khusus AS di Suriah pada Oktober 2019.
Dengan kematian Raymi, sudah tiga pemimpin AQAP yang dibunuh AS. Pada 2015, AS menewaskan Nasir al-Wuhayshi lewat serangan dengan pesawat nirawak di Yaman. Pada 2016, serangan pesawat nirawak AS menewaskan Jalal Belaidi alias Abu Hamza, pengganti Wuhayshi.
Washington pernah menawarkan hadiah 5 juta dollar AS kepada siapa pun yang bisa memberikan informasi untuk menangkal Belaidi. Tawaran itu diberikan untuk Belaidi yang dituding bertanggung jawab atas serangkaian serangan terhadap kompleks diplomatik asing di Sanaa, Yaman, pada 2013.
Bukan hanya mereka yang dibunuh AS. Pasukan AS juga membunuh Osama bin Laden yang merupakan pendiri dan pemimpin tertinggi Al Qaeda. Mantan sekutu AS dalam perang Afghanistan-Uni Soviet itu tewas dalam serangan pasukan khusus AS di Abbottabad, Pakistan, pada Mei 2011.
Rangkaian serangan
AQAP berulang menyatakan bertanggung jawab atas aneka serangan terhadap AS. Terakhir, kelompok itu mengaku bertanggung jawab atas penembakan oleh Letnan Dua Mohammed Saeed Alshamrani (21). Perwira Angkatan Udara Arab Saudi itu menembak sejumlah orang di Pangkalan Angkatan Laut AS di Pensacola, Florida, pada Desember 2019. Saeed ada di pangkalan itu untuk mengikuti program pelatihan Angkatan Laut AS. Ia diduga telah teradikalisasi sebelum berangkat ke AS. Saeed sudah menulis pembenaran atas rencana serangannya dalam bahasa Inggris di Twitter.
Menurut analisis SITE (kelompok intelijen yang memantau ekstremisme Islam secara daring), Saeed merujuk perang AS di negara-negara Muslim. Ia juga mengatakan benci orang-orang AS yang dinilai melakukan kejahatan tak hanya terhadap umat Islam, tetapi juga kemanusiaan. Dia juga mengkritik dukungan AS kepada Israel.
Senator Republikan dan sekutu Trump, Lindsey Graham, mendesak AS menghentikan pelatihan bagi tentara Arab Saudi di AS akibat insiden itu. Politisi Republikan dari Florida, Matt Gaetz, mengingatkan, setelah insiden itu harus ada informasi yang jelas terkait kelanjutan hubungan AS dan Arab Saudi.
Jauh sebelum insiden Pensacola, AQAP—saat masih berstatus Al Qaeda Yaman— mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap USS Cole. Serangan pada tahun 2000 di Teluk Aden itu menewaskan 17 tentara AS.
Selanjutnya, pada 2004, ganti Al Qaeda Arab Saudi menyerang pabrik petrokimia dan kilang minyak di Yanbu dan Khobar. Total 25 orang, termasuk warga sejumlah negara barat, tewas dalam rangkaian serangan itu. Kelompok itu juga terlibat dalam penculikan dan pembunuhan warga AS, Paul Johnson, Juni 2004.
Pada September 2008, Al Qaeda menyatakan bertanggung jawab atas serangan roket terhadap Kedutaan Besar AS di Sanaa. Tidak ada warga AS tewas dalam serangan itu. Walakin, sejumlah warga Yaman yang bekerja di sana tewas akibat serangan tersebut.
Serangan itu terjadi dua tahun selepas Wuhayshi dan Raymi melarikan diri dari penjara Sanaa pada 2006. Mereka kabur bersama sejumlah orang lain yang ditangkap karena terlibat terorisme. Hampir tiga tahun sejak pelarian itu, Wuhayshi mengumumkan penggabungan Al Qaeda di Arab Saudi dan Yaman menjadi AQAP. (AFP/REUTERS/RAZ)