Singapura-Vietnam Terdampak Korona, China Siapkan Stimulus Lanjutan
›
Singapura-Vietnam Terdampak...
Iklan
Singapura-Vietnam Terdampak Korona, China Siapkan Stimulus Lanjutan
Aktivitas ekonomi Singapura, pariwisata Vietnam, dan semua sektor vital China tertekan akibat wabah virus korona baru. Aktivitas ekonomi diperkirakan baru bakal pulih setelah virus dapat dikendalikan.
Oleh
Benny Dwi Koestanto
·4 menit baca
SINGAPURA, SABTU — Merebaknya virus korona baru masih menimbulkan kekhawatiran turunan di sejumlah negara di luar China. Ekonomi Singapura diproyeksikan tertekan hingga 0,5 persen sepanjang tahun ini.
Sementara itu, pariwisata Vietnam pun terancam kehilangan potensi pendapatan hingga 1,6 miliar dollar AS selama empat bulan pertama tahun ini.
Di China, pertumbuhan ekonomi negeri itu benar-benar tengah diuji. Para analis memperkirakan tekanan bagi ekonomi China pada triwulan I-2020 ini dapat mencapai 2 persen, menekan ekonomi yang sebelumnya diproyeksikan di angka 6 persen.
Bank sentral China pun bertekad meningkatkan dukungan bagi ekonomi China untuk meredam pukulan dari wabah virus 2019-nCoV itu. Aktivitas ekonomi diperkirakan baru bakal pulih setelah virus itu dapat dikendalikan.
Bank terbesar di Singapura, DBS, Jumat (7/2/2020), menurunkan perkiraan untuk meningkatkan pertumbuhan pada 2020 menjadi 0,9 persen dari sebelumnya 1,4 persen. Proyeksi itu didasarkan pada kemungkinan efek penyebaran virus 2019-nCoV.
Bisa lebih parah
Singapura adalah salah satu negara terparah di luar China dalam wabah sindrom pernapasan akut parah (SARS) tahun 2003 yang menewaskan 800 orang di seluruh dunia.
”Dampak wabah virus berpotensi menjadi lebih parah daripada episode SARS sebelumnya mengingat hubungan ekonomi yang lebih kuat dengan ekonomi China,” kata ekonom senior DBS, Irvin Seah, dalam catatan analisisnya.
Menurut Irvin, wabah virus itu akan memukul sentimen konsumen dan bisnis, pariwisata, dan rantai pasokan regional yang terkait dengan negeri itu.
Pemerintah Singapura mengatakan, pihaknya memperkirakan ekonominya akan mengalami tekanan tahun ini sekalipun target pertumbuhannya belum direvisi. Target pertumbuhan ekonomi Singapura tahun ini masih pada kisaran 0,5-2,5 persen. Bank sentral Singapura, pekan ini, mengatakan, mata uangnya memiliki ruang untuk melemah akibat tekanan tidak langsung wabah virus 2019-nCoV.
Dari Vietnam dilaporkan, virus korona tipe baru diperkirakan dapat menghapus pendapatan di sektor pariwisata. Proyeksinya, pendapatan sektor itu antara Januari dan April 2020 akan turun dari 7,7 miliar dollar AS pada 2019 menjadi 5,9 miliar dollar AS. Jumlah wisatawan diperkirakan anjlok 2 juta lebih.
Radio Voice of Vietnam menyebutkan, pendapatan pariwisata negeri itu terancam hilang 1,8-2,0 miliar dollar AS. China adalah sumber wisatawan asing terbesar di Vietnam, terhitung sepertiga dari 18 juta pengunjung tahun lalu, data resmi menunjukkan.
Karena merebaknya virus 2019-nCoV, Vietnam akan menghentikan pemberian visa bagi pengunjung asing yang telah berada di China dalam dua pekan terakhir.
Langkah lanjutan
Secara terpisah, di Beijing, Wakil Gubernur Bank Rakyat China Pan Gongsheng mengatakan, pihaknya sedang mempersiapkan alat kebijakan untuk mengimbangi tekanan atas ekonomi China.
”Dalam hal kebijakan moneter, langkah selanjutnya adalah memperkuat penyesuaian kontra-siklus, mempertahankan likuiditas yang masuk akal dan cukup, serta menyediakan lingkungan moneter dan keuangan yang sehat bagi ekonomi riil,” kata Pan sambil menambahkan, ”Dalam konteks epidemi dan tekanan terhadap ekonomi, lebih penting untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi.”
Pembatasan perjalanan dan kesehatan masyarakat yang meluas semakin menambah tekanan terhadap sektor pariwisata, konsumsi, dan sektor jasa China. Di industri, banyak pabrik menunda operasinya hingga pekan depan atau bahkan lebih lama karena pihak berwenang berusaha menahan penyebaran virus itu.
Tekanan wabah tersebut tetap tinggi, di mana jumlah kematian akibat epidemi naik menjadi 636 pada Kamis, dengan 31.161 orang dipastikan terinfeksi.
Sumber mengatakan bahwa pembuat kebijakan China sedang mempersiapkan langkah-langkah lanjutan. Termasuk di dalamnya adalah lebih banyak pengeluaran fiskal dan pengurangan suku bunga di tengah ekspektasi wabah akan berdampak buruk pada pertumbuhan triwulan pertama tahun ini.
Analis percaya, pertumbuhan China dapat melambat tajam sebesar 2 poin persentase atau lebih dari pertumbuhan 6 persen pada triwulan terakhir, dengan gangguan bisnis yang semakin meluas bagi ekonomi global.
Kegiatan bisnis dan belanja konsumen dapat pulih dengan cepat jika wabah itu segera mencapai puncaknya, mirip dengan pola selama epidemi SARS pada 2003.
Pan menegaskan, China memiliki aneka alat kebijakan yang cukup untuk mengatasi tekanan. Ia sesumbar pihaknya memiliki lebih banyak ruang untuk mendukung pertumbuhan. Bank sentral akan menggunakan alat-alat, seperti pemotongan persyaratan cadangan yang ditargetkan, peminjaman kembali, dan pemberian potongan-potongan biaya.
Diungkapkan, suntikan likuiditas PBOC baru-baru ini telah membantu menurunkan suku bunga pasar, yang dapat memengaruhi suku bunga pinjaman utama China. (AFP/REUTERS)