Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memilih berhati-hati menamai penyakit yang dipicu virus korona tipe baru. Lembaga itu terutama ingin menghindari kesan buruk terhadap pihak tertentu akibat penyebaran virus
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
GENEVA, SABTU — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memilih berhati-hati menamai penyakit yang dipicu virus korona tipe baru. Lembaga itu terutama ingin menghindari kesan buruk terhadap pihak tertentu akibat penyebaran virus yang telah ditetapkan sebagai masalah darurat kesehatan dunia tersebut.
Untuk saat ini, WHO menetapkan ”Penyakit Pernapasan Parah 2019-nCoV” sebagai nama penyakit yang dipicu virus itu. Sementara China mengumumkan ”Pneumonia akibat Virus Korona Baru” sebagai nama penyakit akibat virus itu.
”Kami pikir sangat penting bagi kami menyediakan nama sementara (bagi penyakit) agar tidak ada lokasi yang dilekatkan pada nama (penyakit akibat virus korona baru). Saya yakin Anda telah melihat berita yang masih menggunakan Wuhan atau China (dalam bagian nama penyakit) dan kami ingin memastikan tidak ada stigma,” kata Kepala Divisi Penyakit Baru pada WHO Maria van Kerkhove kepada Dewan Pengelola WHO, Jumat (7/2/2020) waktu Geneva atau Sabtu dini hari WIB.
Dalam panduan WHO tentang penamaan penyakit baru yang dikeluarkan pada 2015, lembaga itu menyarankan penyebutan penyakit baru tidak menggunakan nama tempat pertama kali menjadi lokasi wabah. Pengguna nama seseorang, biasanya ilmuwan yang pertama mengenali penyakit, juga dilarang. ”Kita semua bertanggung jawab memastikan tidak ada stigma yang dilekatkan pada penyakit ini,” kata Kepala Program Darurat Kesehatan WHO Michael Ryan.
Apa pun namanya, penderita penyakit akibat virus itu terus bertambah. Dari hampir 35.000 orang yang terinfeksi sampai Sabtu sore, baru 2.356 yang sembuh.
Sementara korban tewas tercatat 725 orang, mendekati jumlah korban tewas akibat SARS. Kala merebak pada 2002, total 774 orang tewas akibat SARS. Amerika Serikat dan Jepang mengumumkan, masing-masing seorang warga mereka tewas di Wuhan, China, gara-gara virus korona tipe baru.
Karantina WNI
Kekhawatiran infeksi juga membuat 78 warga negara Indonesia yang bekerja sebagai kru kapal pesiar Diamond Princess ikut dikarantina bersama penumpang kapal pesiar itu di Jepang. Sebanyak 61 penumpang dipastikan tertular virus korona tipe baru. Mereka kini dirawat di rumah sakit di Kanagawa, Jepang.
Penyebaran infeksi membuat berbagai pihak bekerja sama menanggulangi wabah itu. Pakar penyakit asal AS kini menunggu izin untuk masuk China. Mereka bergabung dengan tim ahli WHO yang dibentuk atas perkenan China.
”AS menghargai upaya China dan koordinasinya yang tanpa henti dengan para pejabat kesehatan di seluruh dunia. Para pakar AS punya pengalaman panjang dengan WHO dalam menghadapi beragam infeksi, seperti ebola, SARS, dan flu burung,” demikian pernyataan Kedutaan Besar AS di Beijing.
Beijing melakukan berbagai cara untuk mengendalikan penyebaran virus. Selain karantina massal, China juga memanfaatkan teknologi untuk melacak peluang penyebaran. Sejumlah perusahaan China mengembangkan perangkat lunak, antara lain memeriksa data perjalanan yang terekam di internet. (AFP/REUTERS)