Dalam pidato saat National Prayer Breakfast, Trump mengecam Senator Partai Republik yang melawannya di Senat, Mitt Romney, dan Ketua DPR AS Nancy Pelosi.
Oleh
B Josie Susilo Hardianto
·4 menit baca
Dari sisi timur Gedung Putih, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, dengan kata-kata yang pedas, Kamis (6/2/2020), mengecam lawan-lawan politiknya. Ia sekaligus merayakan ”kemenangannya” setelah dibebaskan dari aneka tuduhan dalam sidang pemakzulan di Senat.
Dalam pidato saat National Prayer Breakfast, Trump mengecam Senator Partai Republik yang melawannya di Senat, Mitt Romney, dan Ketua DPR Nancy Pelosi. ”Saya tidak suka orang yang menggunakan iman mereka sebagai pembenaran untuk melakukan apa yang mereka tahu salah. Saya juga tidak suka orang yang mengatakan ’Saya mendoakan Anda’ ketika mereka tahu itu tidak benar,” kata Trump. ”Saya ragu dia (Pelosi) benar-benar berdoa.”
Desember lalu, Pelosi yang menyetujui pemakzulan atas Trump menyatakan tidak membenci Trump, bahkan ia berdoa untuknya. Romney, berdasarkan keyakinannya, memilih untuk menyatakan Trump bersalah karena menyalahgunakan kekuasaan. Romney adalah satu-satunya senator Republikan yang memilih tidak membebaskan Trump dalam sidang pemakzulan di Senat AS.
Merujuk itu, Trump tampaknya gusar. Pendek kata, bagi Trump, pembebasan di Senat adalah kemenangan besar atas musuh-musuhnya di Kongres.
Akan tetapi, apakah kemenangan itu dapat memudahkan Trump untuk terpilih kembali dalam Pemilu AS yang bakal digelar 3 November 2020?
Demokrat menilai pembebasan Trump di Senat tidak benar-benar ”membebaskannya”. Merujuk pada pidatonya itu, pemimpin Fraksi Demokrat di Senat AS, Chuck Schumer, mengatakan, alih- alih mengorbankan diri dan berupaya menyatukan kembali AS, Trump justru cenderung memperlihatkan sosoknya yang pendendam, dengki, dan cenderung membesarkan diri sendiri.
”Tidak ada yang percaya dia tidak melakukan kesalahan,” kata Senator Bob Casey kepada Fox News.
Dukungan
Akan tetapi, juga tidak mudah bagi Demokrat untuk menghalangi Trump. Meskipun untuk kembali terpilih masih tidak pasti, BBC menilai, Trump cukup berpeluang. Sidang pemakzulan di Senat tidak banyak mengubah disposisi politik yang ada di AS.
Pada rapat umum di Des Moines, Iowa, Kamis malam, pendukung Trump bersorak ketika Trump menyebut sidang pemakzulan itu kebohongan belaka. ”Saya pikir dia akan dipilih kembali karena apa yang dilakukan Demokrat,” kata Tracy Root dari Des Moines. ”Mereka tidak bisa mengalahkannya di tempat pemungutan suara sehingga mereka harus memakzulkan dia.”
Sara Johnson, warga asal Minnesota, mengatakan telah menyaksikan setiap menit persidangan dan menemukan upaya Demokrat untuk menghukum presiden sebagai ”lucu”.
Seperti tergambar dalam pidatonya di Gedung Putih, Trump tetap tampil dengan percaya diri dan siap melanjutkan kampanyenya. ”Pembebasan berarti pembenaran total,” kata Tim Murtaugh, direktur komunikasi kampanye Trump. ”Keputusan Demokrat untuk bergerak maju dengan pemakzulan akan menjadi kesalahan perhitungan politik terburuk dalam sejarah Amerika.”
Apabila merujuk hasil jajak pendapat Reuters dan Ipsos terbaru, dukungan kepada Trump tetap konsisten, terutama dari kelompok kulit putih, warga perdesaan, dan sejumlah kelompok konservatif.
Dalam jajak pendapat Reuters terbaru disebutkan, 42 persen responden mendukung Trump, sementara 54 persen lainnya menyatakan sebaliknya. Hasil jajak pendapat itu hampir sama saat DPR AS mulai menggelar penyelidikan untuk memakzulkan Trump pada September tahun Lalu. Kala itu, 43 persen responden mendukung Trump, sebaliknya 53 persen responden mendukung pemakzulan.
Ketua Fraksi Republik di Senat AS Mitch McConnell menuduh Demokrat menggunakan pemakzulan hanya untuk mendapatkan keuntungan dalam pemilihan November mendatang, terutama untuk menguasai Senat. Menurut dia, pemakzulan Trump adalah ”kesalahan politik kolosal”.
Akan tetapi, persentase dukungan terhadap Trump bisa jadi akan berubah.
Ganjalan
Pascasidang pemakzulan, Trump akan berhadapan lagi dengan sejumlah kasus.. Selain isu pajak, fraksi Demokrat di Kongres AS berencana untuk memeriksa kebijakan Trump tentang migrasi, termasuk pemisahan anak di perbatasan.
Sejatinya, pasca-pemakzulan, akan lebih mudah bagi Trump untuk kembali ke tampuk pemerintahan jika mendapat dukungan lintas partai sebagaimana dialami Presiden Andrew Johnson pada 1868 dan Presiden Bill Clinton pada 1999.
Saat ini, sayangnya, Demokrat solid menggaungkan sikap bahwa Trump, jika dibiarkan, akan cenderung menyalahgunakan kekuasaannya. Sejumlah Senator Demokrat asal Alabama dan Virginia Barat, negara bagian di mana Trump cukup populer, bahkan berani mengambil risiko mendapat serangan balik karena memilih menghukum Trump dalam sidang pemakzulan. ”Senator terpilih untuk membuat pilihan sulit,” kata Doug Jones, Senator Demokrat asal Alabama.
Meskipun pembebasan Trump dalam sidang pemakzulan sudah banyak diduga, pada kenyataannya akhir cerita akan tampak pada November mendatang. Pemakzulan itu seakan membangun definisi baru tentang sosok seperti apa yang diinginkan publik AS untuk menjadi presiden.
Bagaimanapun, pemakzulan, sebagaimana dikatakan Ketua DPR Nancy Pelosi, akan menjadi bagian dari warisan Trump. Hal itu yang akan menjadi salah satu faktor bagi pemilih untuk mempertimbangkan, apakah akan kembali memilih Trump pada pemilu November mendatang atau tidak. (AP/AFP/REUTERS)