KBRI menjamin untuk memfasilitasi keinginan setiap WNI yang ingin pulang ke Indonesia. Warga Negara Indonesia di China masih 1.890 orang saat ini. Sebelum kembali, mereka diminta menghindari keramaian agar tetap sehat.
Oleh
NINA SUSILO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Warga Negara Indonesia di China masih 1.890 orang saat ini. Sebagian besar dari sekitar 16.500 WNI sudah kembali ke tanah air. Untuk WNI yang masih di China ini, KBRI menjamin untuk memfasilitasi keinginan setiap WNI yang ingin pulang ke Indonesia.
Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun menjelaskan kondisi di Beijing saat ini sudah mulai ramai dengan aktivitas publik warga setelah libur Imlek. Namun, Provinsi Hubei dan Kota Wuhan masih tertutup.
Adapun KBRI serta Konsulat Jenderal RI di Guangzhou dan Shanghai terus berkoordinasi untuk memfasilitasi WNI yang berada di daratan China. Sebelumnya, terdapat sekitar 16.500 WNI yang sebagian mahasiswa. Setelah KBRI dan KJRI mengimbau supaya para mahasiswa melanjutkan libur di tanah air, kebanyakan sudah pulang ke Indonesia.
"Sebelumnya, terdapat sekitar 16.500 WNI yang sebagian mahasiswa. Setelah KBRI dan KJRI mengimbau supaya para mahasiswa melanjutkan libur di tanah air, kebanyakan sudah pulang ke Indonesia"
Djauhari menjelaskan, dari 1.890 WNI di China, 722 orang berada di wilayah kerja KBRI Beijing, 841 orang di wilayah KJRI Shanghai, dan 327 orang di wilayah KJRI Guangzhou.
"Mereka yang masih menetap di Tiongkok itu dalam keadaan sehat karena kita pantau terus. Secara umum di seluruh dataran Tiongkok, kami dari KBRI tetap menghimbau kepada WNI untuk menghindari keramaian umum dan jalanan, kebersihan diri dan lingkungan, untuk mengurangi penyebaran virus corona yang memiki gejala awal seperti yang sudah disampaikan juga oleh Kementerian Kesehatan dan lain-lain. Itu juga imbauan yang diberikan oleh Pemerintah China," tutur Djauhari melalui telekonferensi di Bina Graha, Jakarta, Senin siang.
Komunikasi dengan WNI terus dijalin termasuk melalui Perhimpunan Pelajar Indonesia di China yang memiliki cabang di 25 kota. Distribusi masker yang dikirimkan dari tanah air maupun yang dibeli KBRI juga dilakukan sembari memastikan pasokan kebutuhan WNI di Provinsi Hubei.
Senin (10/2/2020) pagi, KBRI memfasilitasi 21 WNI kembali ke Indonesia melalui Bandara di Beijing dan akan tiba di Jakarta sorenya. Untuk WNI lain yang ingin kembali ke tanah air, KBRI maupun KJRI siap memfasilitasi jalur dan maskapai penerbangan yang bisa digunakan. Sebab, masih banyak maskapai yang terbang dari dan ke China.
Adapun WNI dari China ini, tambah Djauhari, dibolehkan keluar dari bandara di China setelah diperiksa dan mendapatkan sertifikat sehat. Setiba di Indonesia, menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono yang juga hadir dalam rapat telekonferensi ini, prosedur pengecekan kesehatan tetap ada. Selain itu, mereja harus mengisi health alert card di bandara masing-masing. Ke-21 WNI ini juga dipantau di daerah masing-masing selama 14 hari ke depan sehingga ketika ada keluhan bila langsung direspons.
Kondisinya sehat
Terkait kondisi WNI yang sedang diobservasi di Natuna, Anung mengatakan semua dalam kondisi sehat, demikian pula tim aju maupun kru pesawat penjemput.
Adapun spesimen dari pasien yang terduga terkena virus Corona baru sudah mencapai 62 spesimen dari 28 rumah sakit di 16 provinsi. Sejauh ini, kata Anung, 59 negatif. Sebanyak tiga lainnya masih dalam pemeriksaan.
Anung menambahkan, terkait empat WNI yang dikabarkan menjadi bagian kontak dengan penderita virus Corona baru di Singapura dan telah kembali ke Tanjung Pinang, kini dalam pantauan. Dari pemeriksaan, kondisi semua sehat, tetapi observasi tetap dilakukan dan mereka diminta tetap di rumah masing-masing.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah menambahkan, 78 WNI yang bekerja sebagai kru kapal Diamond Princess Cruise di Jepang maupun 209 WNI kru kapal di Hongkong sudah bisa dipastikan kondisi kesehatannya baik. Bahkan, WNI kru kapal di Hongkong sudah dibolehkan turun ke darat.
"Disarankan masyarakat Indonesia yang bepergian ke Singapura untuk mempersiapkan diri dan meningkatkan kewaspadaan. Belum ada pembatasan perjalanan. Warga juga diminta memerhatikan pengumuman pemerintah setempat"
Untuk peningkatan status kewaspadaan di Singapura yang ditetapkan pemerintah setempat menjadi jingga, menurut Faizasyah, Kemenlu hanya memperbaiki status di aplikasi safe travel yang disediakan untuk masyarakat. Disarankan masyarakat Indonesia yang bepergian ke Singapura untuk mempersiapkan diri dan meningkatkan kewaspadaan. Belum ada pembatasan perjalanan. Warga juga diminta memerhatikan pengumuman pemerintah setempat.
Kepala Balitbang Kemenkes dr Siswanto menambahkan, adanya prediksi Harvard yang menilai semestinya ada penderita virus Corona baru di Indonesia adalah model matematik. "Model matematik untuk memprediksi, sekali lagi memprediksi. Bisa terjadi bisa enggak. Prediksi dinamika penyebaran nCov, dengan independent variabelnya adalah volume dari international prevalence, artinya seberapa besar orang lalu lalang secara internasional, dan dibikin prediksi," tuturnya.
Namun, ketika di Indonesia tak ada kasus penderita Corona virus baru, Siswanto mengatakan semestinya hal itu disyukuri sebab semua spesimen sudah diteliti dengan benar dan sesuai standar WHO.